Walaupun sudah memiliki sayang terhadap dia, tapi sebenarnya aku tak begitu percaya ketika ia mau mengungkapkan perasaannya kepadaku. Mungkin ini salah satu penyebab masih merasakan rasa trauma dalam diriku, terkadang sempat heran padanya. Bukannya, bermaksud ingin kesalahan dalam menerima cinta dari seseorang.
Mungkin kebanyakan orang merasa betapa susahnya, mendapatkan pasangan dalam kurun waktu seminggu. Kalau misalkan, benar-benar menerima tantangan dari teman sendiri. Walaupun aku sempat berpikir bahwa tantangan tersebut hanya bergantung keinginan doang selebihnya, bakal kembali ke awal.
Mungkin ini juga penyebabnya enggak bisa melawan rasa suka dalam diriku, dan pihak cowok juga tak begitu yakin menerima cinta dari semenjak kecil sudah berteman. Wah.... kalau misalkan, ada perlombaan berkaitan dengan hal ini. Pasti resiko cukup jauh bayangkan saja ketika menerima sebuah insiden sangat tegang.
Lalu, aku susah untuk menerima insiden tersebut. Pasti semua orang yang berada di kantor bakal mengejekku, "Makanya, Citra lain kali terima tantangan dari kita. Daripada hubungan kalian berdua belum tentu akan menerima apa adanya," sebenarnya, aku sendiri sudah merasa risih mendengarkan mereka berkata demikian.
Walaupun aku sudah tidak tahu lagi, mengatakan hal ini dengan sambutan positif atau negatif. Meski pada akhirnya, ada kesadaran dalam diriku. Nah, tinggal dalam hatiku sudah yakin belum? Jangan sampai menerima tantangan hanya terpaksa. Supaya enggak mengejekku lagi! Hah.... ada sahabatku di sini pasti mendapatkan pembelaan.
Agak ragu juga sih, ketika dapat informasi darinya menyangkut soal 'Jadi, enggak ke Tasikmalaya?' sebetulnya, mau di jawab olehku. Heh.... malah enggak jadi dong, ketika bertanya lagi kepada orang tua minta izin masih belaku enggak? Ternyata, pikiran orang tuaku dengan anak sendiri tak begitu sama.
Sehingga aku harus memahami isi hati orang tuaku dulu! Jangan sampai orang sekitar berkata, "Dasar anak tak tahu diri! Seharusnya, nurut perkataan dari orang tuamu." Mungkin itu salah satu penyebab yang bisa kulakukan. Walaupun untuk melaksanakan perintah dari warga komplek sangatlah sulit untuk dilakukan.
Ya, sudahlah aku sendiri tak begitu yakin bahwa hidup seorang yang sebenarnya belum tentu pemikiran akan sama juga. Paling penting sebisa mungkin jangan sampai melawan kepada orang tuaku! Pasti beliau tak semestinya, berbicara dari belakang terus. Jadi, aku selalu berpikiran negatif mulu.
Hah.... karena, hal tersebut sudah kejadian. Lebih baik aku harus mampu berpikiran positif terhadap mereka. Namun, sebelum itu aku merasakan terlebih dahulu resiko ketika menghadapi tantangan tersebut. Melalui sebuah khayalan karena, aku sempat melakukan hal tersebut ketika masih duduk di bangku Sekolah.
Semenjak sudah lulus sekali-kali pernah, tapi sayang sekali enggak semudah aku bayangkan. Ternyata, susah untuk dilakukan lagi. Semoga malam ini aku mampu melakukan khayalan sebelum menerima tantangan dari teman kantor! Walau sempat dilarang oleh sahabatku. Siapa tahu 'kan ketika sudah menerima tantangan? Rasa trauma dalam diriku hilang.
Jika hal tersebut beneran kejadian wah.... aku bakal bilang berterima kasih banyak kepada mereka, sudah membantuku menghilangkan rasa trauma. Walaupun dari awal sudah merasakan betapa pahit menerima alasan dari cowok tak tahu diri, dan kurang peka terhadap perasaan yang lagi dekat dengannya.
Aku sempat merasakan hal semacam itu, tapi dengan gerak cepat melakukan pendekatan kembali sama orang yang sudah mengungkapkan perasaannya. Malah respon dariku enggak membuatnya percaya atas bicara dariku, ya karena ia sempat menyakiti hati teman sekelasku pada waktu itu.
Nah, sekarang ia sudah rasakan derita teman sekelasku seperti apa? Jadi, mohon banget kepada orang seperti itu jangan pernah mempermainkan perasaan perempuan. Sebisa mungkin harus mengerti, memahami, dan berusah peka terhadap perasaan seseorang. Kalau belum terlalu peka ya, sudah bertanya kenapa bersikap seperti itu?
Heh... ini malah cuek lalu, mendekati aku setelah perasaan dari temanku tidak di terima olehnya. Aku sebagai teman sekelas merasa geram melihat tingkah laku seakan-akan ingin mempermainkan hati perempuan doang, tapi urusan keseriusan malah enggak ada sama sekali. Ya, pada saat itu, aku sempat berpikir agar cowok tersebut dapat pelajaran.
Kadang aku pernah sekali mendapatkan terror ketika sudah pulang dari Sekolah, walaupun temanku sudah kasih peringatan. Bahwa ada seseorang ingin melakukan hal bodoh hanya saja, aku sendiri tidak begitu percaya setelah berkata tersebut. Setidaknya, jangan pernah memasuki kawasan rumahku.
Apalagi sampai masuk ke dalam rumah, seperti mau mencuri barang yang ada di garasi. Tak segan-segan bakal melaporkan ke pihak kepolisian, biar tahu rasa setelah di tangkap lalu dapat gajaran selama lima tahun. Walaupun selepas mengetahui orang tersebut ternyata, agak sedikit kecewa padanya.
Buat apa coba meneror segala? Agar aku ketakutan lalu, dia berusaha menenangkan diriku supaya rasa takut mudah hilang maksudnya begitu? Awas saja kalau misalkan, melakukan kesalahan sangat fatal. Sampai sekarang komunikasi dengannya, agak kurang harmonis. Sering kali aku mudah banget marah padanya.
Dan sekarang cowok tersebut malah berusaha untuk berkerja denganku tahun ini, itu pun di beritahu oleh teman sekelasku. Dan berusaha berhati-hati kalau misalkan, bertemu dengannya. Jangan pernah membawa masa lampau, kembali hadir di masa sekarang. Setiap orang membutuhkan waktu berpikir sejenak!
"Citra, hati-hati ya!"
"Hati-hati kenapa ya, Putri?"
"Itu loh, masih ingat enggak sama cowok kurang ajar?"
"Oh, ya sekarang aku ingat. Memang kenapa?"
"Katanya, 'Aku bakal bekerja di salah satu perusahaan di Bandung. Karena, ada sosok perempuan di masa laluku begitu susah untuk mendekatinya.' Sepertinya, dia mau mendekati kamu lagi."
"Waduh .... aku harus apa? Karena, belum mendapatkan rencana. Setelah bertemu sama cowok yang sudah menyakiti hati teman kita,"
"Bentar, aku pikir dulu. Siapa tahu 'kan langsung mendapatkan ide?"
"Oke, Putri."
Selama menunggu Putri berpikir aku pun ikut memikirkan hal ini, karena sebisa mungkin aku perlu menghindar cowok bernama Frendy. Walaupun namanya cukup familliar setidaknya, jangan menerima cinta darinya. Takutnya, malah menyakiti hatiku karena sudah balas dendam. Ketika di masa lampau aku sudah membuatnya malu di depan orang.
Nah, sekarang malah dia bakal membuatku malu. Meskipun sampai detik ini aku maupun Putri belum mendapatkan ide sama sekali, tapi kita berdua bakalan kerja keras supaya dapat ide cemerlang. jangan sampai ke duluan oleh cowok tak tahu diri.
"Citra, bagaimana sudah dapat ide baru belum?"
"Belum, kalau kamu sudah dapat belum?"
"Sama belum, Citra."
"Tetapi tenang dulu, aku bakal berusaha memikirkan hal sebelum datang ke Kota Bandung."
"Hah? Dia sekarang sudah ada di Bandung."
"Wah .... serius, Putri cowok itu sudah ada di Bandung?"
"Iya, Citra."
Wah.... sepertinya, tak ada waktu untuk memikirkan hal ini. Kadang aku sendiri sudah mulai ketakutan, apabila dia sudah melamar di kantorku. Sebenarnya, Frendy berniat apa setelah mendekatiku. Rasanya, bukan bermaksud ingin ungkapkan perasaan doang. Tetapi sekaligus dengan balas dendam.