webnovel

Chapter 07 Citra Mengeluh Dan Tidak Banyak Bersyukur

Terkadang apa yang selama ini kujalani persoalan mengenai kisah cintaku cenderung bahaya sekali bukannya, bermaksud ingin berbohong ke siapa pun. Hanya saja ini kesempatan untuk mencari kisah cinta sejati dari seorang lelaki yang dapat membuatku bahagia selama jalani kehidupan di dunia, meski selama ini aku langsung menerima begitu saja.

Tanpa harus melihat sosok mana yang bisa di andalkan oleh kebanyakan orang begitu juga, pengalaman aku sudah cukup banyak kurang baik. Apalagi sampai tidak kabari proses selama pendekatan, seperti tidak keseriusan untuk menjalani hubungan sebagai pasangan kekasih. Memohon juga tak cukup, apa pun alasannya aku tetap menerimanya.

Asalkan, ada kejujuran dari dirinya. Ketika aku sedang menjalani dengan serius malah cowok berniat kurang baik, jadi diriku sangat serba salah mendekati para cowok di luar sana! Benar sih, apa yang di katakan oleh sahabatku dari Tasikmalaya, "Citra, harus mengerti perkataan dari cowok di luar sana. Jangan mudah tertipu oleh rayuan maut terlontar dari bibir cowok," uhhhh.... saran dari sahabatku malah mengabaikan begitu saja.

Padahal penting siapa yang pantas jadi pasangan masa depanku? Asalkan, jangan di ghosting selama bertubi-tubi. Dari Sekolah Menengah Pertama sampai Kerja pun masih saja berniat hubunganku tidak kemajuan sama sekali, apa pun yang kulakukan serba salah di mata para cowok. Lalu, aku harus bagaimana supaya mengerti perasaanku?

Masa ya, harus berikan kode terus kepada dirinya yang lagi dekat denganku? Kalau misalkan, enggak peka banget bagaimana? Aku juga harus memikirkan hal ini. Lebih baik menghindar darinya supaya tahu kehilangan sosok perempuan begitu sayang, tapi semenjak ada sosok lelaki sangat kukenali malah lebih perhatian.

Meski tahu diri seorang perempuan ketika sudah rasakan jatuh cinta ya, pihak dari lelaki harus memberikan kepastian. Namun, harus sesuai hati cowok terhadapku apakah beneran suka atau cuma mempermainkan hati seorang perempuan doang? Please.... sikap seperti itu lebih baik enggak usah di dengarkan, cukup berteman saja.

Sampai dirinya sadar betul perempuan juga bisa mempermainkan hati seorang cowok! Kecuali, ada kata kasihan dalam diriku. Baru aku akan berpikir lagi sebelum mengeksekusi dengan cara sportif, tidak seperti kalian hanya pakai hawa nafsu ketika melihat cowok sepertiku, memang enggak cape selama kejar?

Aku sih, cape menunggu keputusan darimu. Kadang ada alasan tersendiri terkait hal ini, meski terbentur oleh waktu tak menentu. Setiap melangkah selalu mendapatkan resiko yang benar-benar enggak bisa kuhindarkan, walaupun terlalu dini memikirkan hal ini yang ada malah aku sendiri stress.

Nah, untuk itu aku selalu memberikan keyakinan bahwa suatu hari nanti bakal bertemu sosok lelaki baik, tidak pernah menggantung setiap jalin hubungan, dan satu hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh kita sendiri setia kepada pasangan. Namun, ada kesalahan membuatku rugi terkait hal ini.

Hanya saja aku tak bisa menceritakan ke siapa pun, rasa sakit hatiku sudah jatuh ke bawah sampai tidak bisa melupakan sosok membuatku frustrasi, dan sempat ingin bunuh diri. Apalagi sekarang semenjak bekerja di Kota Bandung. Dan berusaha menghindar ketika ada cowok mendekati diriku takut terkena ghosting.

Karena, masih trauma takut terulang kembali kejadian sebelumnya. Ternyata.... mencari pasangan yang benar-benar serius susah juga, berbeda kalau misalkan ada cowok begitu halus heh.... malah sosok pacarnya malah datang 'kan menyebalkan. Lihat wajahnya bakal di pukul secara dua kali lipat, kalau bisa sampai babak belur.

Sudah punya pasangan masih saja kena rayuan tak begitu indah! Sebenarnya, jijik sih tapi berhubungan cowok sangat harmonis membuatku getaran jatuh hati padanya langsung muncul. Tak sebanding ketika pandangan pertama langsung rasakan jatuh hati terhadap dirinya, sudah terlalu sering dilakukan oleh siapa saja.

Berharap banget semua yang kulakukan selama ini, menghasilkan pencarian sungguh beruntung buatku sendiri. Terkadang hidup tak segampang aku bayangkan apalagi mencari pasangan membuatku bisa rasakan kebahagiaan belum dapat, dan sekarang malah banyak pikiran.

Ya, sudahlah aku tak tahu lagi harus melakukan apa lagi. Supaya bisa melewati rintangan yang sudah kujalani sekarang, meski enggak ada waktunya untuk memberikan kepada teman kantor. Biasanya, ada pertanyaan menjebak terkait kapan menikah? Masa umur sudah kepala dua masih jomblo?

Pertanyaan seperti itu sulit untuk di hindarkan, apabila salah menjawab pasti heboh sekantor. Aku tidak mau itu terjadi padaku, biarkan mengalir seperti air. Karena, aku sendiri sudah berusaha keras sayangnya, belum menemukan jodoh yang tepat buatku. Meski pada akhirnya, tahu ini semua kesalahan pada masa lampau.

Sudah ada cowok sayang kepadaku heh.... malah minta putus karena, hidup dia tak sebanding keadaanku bisa beli apa pun. Sedangkan, cowok yang kumaksud enggak bisa beli apa-apa. Apalagi kedua orang tuaku kurang merestui hubungan kita berdua. Jadi, serba salah kalau misalkan memaksakan.

Suatu hari nanti, aku bisa menemui dirinya untuk minta maaf kesalahan di masa lampau. Biar tidak berdampak kepada hubunganku sama cowok yang bakal dekat denganku, setiap orang pasti punya kesalahan. Hanya saja belum ada tanda-tanda mau mendekatiku, pokoknya sekarang aku harus selesaikan dulu pekerjaan, dan sebentar lagi jam istirahat kantor.

Nanti mau makan apa? Sumpah makanan di kantin enggak ada hidangan yang lain apa? Soalnya, bosan makan itu mulu. Sekali-kali ada restoran dekat kantor, kan membuatku makin mantap untuk makan lezat. Tidak berselang lama ada teman yang berusaha mengingatkan kepadaku terhadap nikmat di dunia.

"Citra, ayo! Makan siang dulu di kantin.

"Enggak mau bosan makan di kantin terus,"

"Lah, kenapa Citra?"

"Iya, karena makanan itu-itu doang. Enggak makanan lain apa?"

"Ya, Allah seharusnya kamu harus bersyukur ada kantin di kantor."

"Tapi ....,"

"Enggak usah tapi .... Citra, biasakan harus tetap bersyukur apa yang Allah kasih kepadamu."

"Iya, baik." ucap Citra sambil tertunduk malu.

Begitu aku mendapatkan nasihat dari dia rasanya, ingat apa yang di katakan oleh kedua orang tuaku. Namun, entah kenapa aku berusaha menerapkan dalam diriku susah banget? Enggak baik berkata demikian seharusnya, tetap berusaha sampai bisa terapkan omongan dari orang tuaku maupun teman kantor.

Ya, sudahlah lebih baik makan di kantin deh. Daripada nanti ke buru masuk lagi 'kan berabeh nantinya perut kosong sedangkan, pekerjaanku masih banyak yang belum selesai. Apalagi sekarang malam minggu, pasti lembur ada pekerjaan tambahan dari bos. Sayang sekali kalau aku secara terus menerus mengeluh, tidak ada semangat untuk bekerja.

Mudah-mudahan saja, aku bisa mencapai tujuan yang semestinya mampu tercapai. Nah, sebelum ada pemberitahuan dari bos. Pekerjaan sebelumnya, harus segera selesaikan biar enggak kena omel. Mungkin bukan saatnya, bertemu sama orang di depanku. Sumpah kalau bertemu berantem mulu!

"Heh .... ada Citra, mau ke mana?"

"Terserah gue mau ke mana? Memang urusan loe hah?"

"Galak amat jadi perempuan, bisa lembut enggak bicara?"

"Enggak bisa memang kenapa?"

"Begini, Citra perempuan banyak mengeluh dan tidak banyak bersyukur. Sebagai perempuan harus bersikap lemah lembut, jangan seperti ini. Kesannya tuh, seperti perempuan tomboy."

"Wah .... kurang ajar loe!"