webnovel

Tidak Mampu Bersabar

Makanan yang Fiona pesan sudah datang, ia dengan cepat memakan makanannya itu, karena emosi sangat menguras energi, jadi ia sangat merasa lapar. Sambil menyuap nasi, Fiona teringat masakan Mama Iren yang sudah takkan pernah lagi tersedia di rumah.

"Ma, aku kangen masakan Mama, selama di tempat kost kan aku hanya makan di warung, kadang hanya makan mie instant. Aku kembali ke Jakarta, salah satunya untuk merasakan masakan Mama, tapi ternyata Mama udah nggak tinggal di rumah." Fiona berharap hati Mama Iren akan terenyuh dengan ucapannya itu.

"Fio, kalau memang kamu mau minta Mama untuk masak, kamu boleh menginap di rumah kontrakan Mama. Nanti akan Mama buatkan makanan yang kamu suka."

Fiola mau berkata apapun, rasanya tak ada lagi yang membuat hati Mama Iren terenyuh, ia tidak mungkin akan kembali ke rumah. Fiona tidak boleh egois, ia harus membuang jauh-jauh keinginannya untuk membuat Mama Iren kembali ke rumah. Lagi pula, Mama Iren sudah bercerai dengan Papa Febri dan sekarang, sang mama sudah menikah dengan laki-laki lain. Yang Fiona inginkan sekarang adalah mengetahui suami baru sang mama.

"Oke, nanti kapan-kapan aku akan main ke rumah kontrakkan Mama. Tapi, setiap hari suami Mama pulang kesana?"

Mama Iren menggelengkan kepalanya, "dia pulang ke rumah istri tuanya, kalau ke rumah kontrakkan, paling hanya seminggu sekali atau seminggu dua kali."

"Tapi, Mama nggak merasa sepi? Sedangkan di rumah kita, ada Papa, ada Devan dan kalau saat aku pulang, aku juga lebih sering di rumah."

"Mama nggak ngerasa sepi, karena Mama punya teman, Mama sering main ke rumah teman Mama."

"Aku boleh lihat foto suami Mama?" Pinta Fiona.

Mama Iren membuka ponselnya, lalu ia menunjukkan foto dirinya yang sedang bersama suami barunya itu.

Hati anak mana yang tidak sakit, lalu ingin menjerit saat melihat ibu kandungnya bersama laki-laki lain? Di foto itu, Mama Iren sedang bermesraan dengan laki-laki bernama Rizal. Laki-laki yang tak lebih tampan dari Papa Febri tapi ia lebih mapan, itulah yang membuat Mama Iren memilihnya.

"Nama panjangnya Papa Rizal itu siapa?" Tanya Fiona.

"Rizal Danuatmaja."

Fiona sudah tau wajah dan nama asli suami baru Mama Iren. Fiona membuka ponselnya, lalu ia membuka aplikasi instagram, ia mencari akun atas nama Rizal Danuatmaja.

"Ini akun instagramnya?" Tanya Fiona.

"Iya, benar. Ngapain kamu lihat-lihat akun instagram Papa Rizal?"

"Nggak apa-apa, cuma mau tau aja."

Di akun instagramnya itu, terlihat foto-foto kebersamaan Papa Rizal dan keluarganya yang sedang berlibur keluar kota, bahkan ada juga yang sedang berlibur keluar negeri, mereka terlihat harmonis. Papa Rizal mempunyai tiga orang anak, yang pertama berjenis kelamin laki-laki, yang kedua dan yang ketiga berjenis kelamin perempuan.

"Kamu lihat deh foto-fotonya! Ada foto-foto dia sedang berlibur bersama keluarganya, lalu ada juga foto rumahnya dan foto kendaraannya." Ujar Mama Iren.

"Iya, sangat mewah. Nggak seperti keluarga kita yang sederhana." Sahut Fiona.

"Iya, beli mobil aja Papamu nggak mampu, padahal Mama mau banget punya kendaraan roda empat itu."

Mama Iren adalah cerminan seorang istri yang tidak dapat menerima keadaan suami, seorang suami yang perekonomiannya pas-pasan bukannya didoakan tapi malah diduakan, lalu diceraikan.

Dari ucapan-ucapan Mama Iren, Fiona akhirnya mengetahui bahwa Mamanya itu seorang wanita yang tidak mampu bersyukur dengan keadaan, tidak mampu bersabar dengan kesulitan.

Fiona masih saja memperhatikan foto keluarga Papa Rizal, lalu ia memperhatikan anak pertamanya, seorang laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya. Fiona melihat akun instagram anak Papa Rizal yang bernama Filio. Ternyata Filio ini juga sedang berkuliah di kota yang sama dengan Fiona, tapi berbeda kampus. Tiba-tiba saja Fiona berpikir, ia ingin berkenalan dengan anak dari laki-laki yang menghancurkan keluarganya itu.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Mama Iren yang berada di dalam tasnya bergetar, lalu Mama Iren mengambilnya, ia mengangkat panggilan dari suaminya yang bernama Rizal itu.

[Hallo Papa.]

[Iya Mama. Kamu lagi dimana?]

[Aku lagi di Cafe Pelangi, sama anakku Fiona.]

[Oh. Pulang kerja, aku mau ke kontrakan ya.]

[Tapi, aku belum masak untuk kamu makan.]

[Nggak apa-apa, nanti aku beliin makanan. Kamu mau makan apa?

[Terserah kamu deh.]

[Oke, sampai ketemu nanti ya Mama.]

[Iya, Papa.]

[Assalamualaikum.]

[Waalaikumsalam.]

Mama Iren menutup teleponnya, ia harus secepatnya sampai di rumah sebelum sang suami datang.

"Fio, Mama pamit pulang dulu ya, karena nanti suami Mama mau ke rumah."

"Yaudah yuk aku antar Mama sampai di rumah!" Fiona sengaja ingin mengantar Mama Iren karena ia ingin tahu tempat tinggal sang mama.

"Oke."

Setelah Mama Iren membayar semua makanan dan minuman, ia dan Fiona keluar dari Cafe Pelangi.

Mama Iren naik ke atas kendaraan roda dua, lalu Fiona melajukannya menuju rumah kontrakkan sang mama. Tiga puluh menit berlalu, akhirnya sampai di rumah kontrakkan sang mama.

"Ma, aku mau mampir dulu ya ke dalam!" Ujar Fiona.

"Tapi jangan lama-lama takut Papa Rizal keburu datang."

"Iya, cuma sebentar."

Fiona masuk ke dalam rumah kontrakkan itu, rumahnya kecil, tapi barang-barang di dalamnya sudah lengkap, ada lemari pakaian, tempat tidur, mesin cuci, lemari es dan peralatan dapur.

"Yaudah, aku pulang dulu ya, Ma!" Pamit Fiona.

"Iya. Kamu hati-hati ya, ini untuk kamu!" Mama Iren memberikan uang sebanyak dua ratus ribu rupiah kepada anak sulungnya tersebut. Fiona pun menerimanya, lumayan untuk jajan sehari-hari, karena ia belum bisa mencari uang sendiri.

Fiona mengingat-ingat jalan menuju rumah kontrakan yang ditempati sang mama, karena nanti ia pasti akan berkunjung lagi kesini.

Fiona naik ke atas motor, lalu melajukan kendaraannya. Belum jauh dari rumah kontrakan Mama Iren, ia memberhentikan kendaraannya. Ia masih penasaran dengan sosok laki-laki bernama Rizal itu, ia ingin menunggu Rizal datang, namun tanpa sepengetahuan sang mama. Fiona menepi, mencari tempat yang redup untuk tempatnya menunggu sambil memperhatikan tempat tinggal sang mama.

Fiona membuka ponselnya, lalu ia kembali membuka aplikasi instagram, ia melihat-lihat akun milik Filio, putra pertama dari Papa Rizal. Fiona pun mengirimkan dm kepadanya melalui fake akun yang ia punya.

[Hai, boleh kenalan nggak?]

Fiona menutup ponselnya, lalu ia kembali duduk menunggu suami sang Mama tiba.

Sudah cukup lama Fiona menunggu, akhirnya lewatlah sebuah mobil sedan berwarna hitam, lalu berhenti di depan rumah kontakan sang mama. Fiona memasang kedua matanya, ia perhatikan secara seksama orang yang akan keluar dari mobil tersebut.

Keluarlah laki-laki paruh baya bertubuh tinggi besar, tidak salah lagi, laki-laki itu yang bernama Rizal, wajahnya sama seperti yang Fiona lihat di foto tadi. Laki-laki itu mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam.