webnovel

Mature Female Knight

Buku dongeng? Itu adalah sebuah buku yang selalu dibaca Sophia, ia tergila-gila akan dongeng. Ksatria Wanita Menyedihkan, adalah dongeng yang paling disukai oleh Sophia walaupun memiliki akhir yang menyedihkan. Sophia selalu berkhayal untuk menjadi tokoh utamanya dan hal itupun menjadi kenyataan.

CeJLnoy · ファンタジー
レビュー数が足りません
18 Chs

Pertentangan

"Kenapa rencanaku bisa gagal sih."

"Tidak ada gunanya juga Leucos, kau melakukan itu."

"Itu bisa mengurangi tingkat kepercayaan komandan terhadap Kharysor," bentak Leucos.

"Jika kau menginginkan posisiku, lakukanlah yang terbaik."

Semua orang menoleh ke sumber suara.

"Kharysor," ujar Mats terkejut.

"Aku tidak bermaksud mengambil posisimu, aku hanya melakukan apa yang aku bisa."

Mats dan Owen saling pandang satu sama lain.

"Jika kau menginginkan posisimu kembali. Lakukanlah tugasmu, jangan bertingkah seperti layaknya anak kecil."

Kharysor memojokkan Leucos secara tidak langsung, ia seperti menyindirnya.

"Aku hanya ingin memberitahu bahwa Komandan Haides memanggilmu."

Seketika jantung Leucos berdegup kencang, ia khawatir jika akan dikeluarkan dari pasukan ini.

Kharysor mengambil sebuah buku kasus dan keluar camp.

"Aku permisi."

Leucos sedang berjalan menuju camp Komandan Haides dengan perasaan gugup.

"Permisi."

Ketika Leucos masuk ke dalam camp, ia melihat Hera dan Kharysor sedang berdiskusi dengan Komandan Haides. Leucos memandangnya sebal.

"Ada apa komandan?"

"Apakah kau punya masalah?"

"Ti-tidak."

"Kau bertengkar dengan Kharysor?" tanya Komandan Haides kembali.

Leucos terdiam sejenak.

Hera yang sedang asik membaca buku Kharysor ikut memandang Leucos. Kharysor hanya diam dan menatap Leucos kosong.

"Kalian bertengkar?" Komandan Haides menoleh ke arah mereka berdua.

"Tidak," jawab Leucos cepat.

"Apa masalahmu? Kenapa kau tidak memanggil Kharysor?"

Leucos terdiam.

"Kau marah padanya karena aku menukar posisinya denganmu?" Komandan Haides memelankan suaranya.

Leucos tetap diam.

"Apa yang terjadi?" bisik Hera.

Ia duduk di atas meja yang berada di pojok kanan camp.

"Bukan masalah besar, tetapi komandan memintaku memanggilkan Leucos."

"Masalah tadi pagi?"

"Sepertinya begitu."

Mereka berdua malah asik berbincang tanpa memedulikan Leucos yang sedang di interogasi oleh Komandan Haides.

"Hera, kau baca saja terlebih dahulu daftar buronannya," tegur Komandan Haides.

Sepertinya Komandan Haides merasa sedikit terganggu.

"Eh. Ba-baik," jawab Hera terkejut.

"Pfft..."

Hera menatap Kharysor kesal dan menyenggolnya.

"Itu lucu," bisik Kharysor tepat di telinga Hera sehingga membuatnya geli.

"Ihh. Hentikan! Geli," sergah Hera merinding.

Kharysor semakin tidak dapat menahan tawanya melihat tingkah laku Hera.

"Menggemaskan," batinnya.

"Aku hanya ingin menyampaikan itu, ku harap kau dapat belajar dari Kharysor."

Hera tersenyum masam kepada Kharysor.

"Apa?"

Hera langsung menggeleng dan tertawa.

"Menjadi guru," guman Hera.

Kharysor langsung melototi Hera, membuat Hera cekikikan.

Setelah Leucos keluar dari camp, Komandan Haides beralih kepada dua sejoli ini.

"Kau sudah menemukan buronannya?"

"Sudah," jawab Hera.

"Kejam bukan?"

"Tentu saja, itu kejam."

"Mengapa kita tidak menggunakan anjing serigala untuk melacaknya?" tanya Kharysor.

"Tidak semudah itu, mereka cukup pandai."

"Mereka menghapus jejaknya?" giliran Hera bertanya.

"Selama melakukan misinya DYs hampir tidak pernah menjejakkan kakinya di lantai," jelas Komandan Haides dengan dramastis.

"Benarkah?" mereka berdua membalasnya bersamaan.

"Kau tidak tahu?" tanya Hera kepada Kharysor.

"Tidak."

"Aku kira dia tahu segalanya," guman Hera.

"Enak saja."

Komandan Haides menghela nafas, ia merasa terabaikan. Hera dan Kharysor yang sadar pun terdiam.

"Aku benar-benar yakin jika itu adalah DYs," ujar Hera tiba-tiba.

"Kenapa begitu?" tanya Komandan Haides.

"Seseorang yang menabrakku kemarin menjatuhkan ini," Hera menunjukkan sebuah kalung liontin berwarna merah kepada Komandan Haides.

"Kenapa kau baru memberitahu sekarang?" Kharysor menyahut.

"Ya. Aku kira kalung ini sudah ada di tanah saat aku jatuh tetapi setelah melihat ini..." Hera menunjukkan sebuah gambar liontin yang ada di buku Kharysor.

"Aku rasa ini milik mereka," desah Hera.

Suasana menjadi tegang.

Komandan mengambil kalung yang ada di tangan Hera dan mengeceknya. Rautnya jelas terkejut saat menyadari bahwa liontin merah itu benar milik DYs. Kharysor pun ikut mencondongkan kepalanya untuk membaca buku yang ada di tangan Hera.

"Tidak salah lagi, mereka sedang memata-matai kita."

"Apa rencana kita selanjutnya komandan?" giliran Kharysor yang bertanya.

"Kita periksa lebih detail lagi tentang Pulau Carehayes dan kalau perlu kita jelajahi," ucap Komandan Haides serius.

Terdengar suara kaki kuda yang sedang berjalan ke arah area camp mereka.

"Aku rasa Pasukan Demure telah kembali."

"Aku akan periksa keluar," ucap Kharysor.

"Aku saja," Hera mendahului Kharysor.

Komandan Haides membiarkannya, lagipula mereka hanya memeriksanya.

"Tunggu," Kharysor mengejar Hera.

Akhirnya mereka pun memeriksa bersama-sama.

"Salam hormat Ksatria Hera," pasukan Demure nampaknya membawa tiga prajurit dari istana kemari.

Hera mengangguk dan tersenyum.

"Apa rencana Komandan Haides sekarang?" salah satu prajurit dari istana bertanya pada Hera.

"Komandan ingin kita segera memeriksa Pulau Carehayes, bahkan menjelajahinya sekalipun."

"Sekarang?" tanya prajurit di sampingnya.

"Ya. Kaki tangan DYs telah memata-matai kami di sini," kata Kharysor dengan nada serius.

"Benarkah?"

Kharysor mengangguk acuh tak acuh.

"Aku ingin melaporkan apa yang disampaikan raja pada Komandan Haides."

"Silahkan," Hera dan Kharysor menepi untuk memberi jalan kepada Pasukan Demure.

"Salam hormat Komandan Haides."

"Bagaimana?"

"Raja meminta kami untuk memeriksa Pulau Carehayes tersebut," jawab Demure tegas.

"Ia memberitahu kalian kapan untuk memeriksa pulau itu?"

"Masalah waktu, baginda raja menyerahkannya kepada anda komandan," giliran Noah menjawab.

Komandan Haides mengangguk setuju.

"Apakah benar kaki tangan DYs telah memata-matai kami komandan?" tanya Alaska.

"Ya."

Semuanya saling memandang tak percaya.

"Maka dari itu, aku mau kita melakukan pemeriksaan segera."

"Kapan kita mulai komandan?"

"Pukul dua siang," jawab Komandan Haides percaya diri.

"Kumpulkan yang lain ke sini segera, aku ingin kita memiliki peralatan yang lengkap untuk memeriksa pulau itu."

Pasukan Demure dan tiga prajurit lainnya mengangguk kemudia pergi untuk memberitahu prajurit lainnya.

"Kalian sudah kembali?"

Owen sangat bersemangat pada saat Pasukan Demure kembali.

"Apa kata beliau?" tanya Mats penasaran.

"Kita akan melakukan pemeriksaan terhadap Pulau Carehayes pukul dua siang," jawab Alaska.

"Woww. Cepat sekali," balas Owen.

"Komandan mengatakan bahwa DYs telah memata-matai kita, ja-"

"APA?" teriak Owen dan Mats bersamaan.

"Ya. Jadi kita harus secepatnya memeriksa pulau itu," kata Alaska cepat sebelum kedua temannya menyelanya lagi.

"Siapa yang bilang kita dimata-matai oleh DYs?"

Leucos yang sedari tadi diam pun ternyata menyimaknya juga.

"Ksatria Hera tidak sengaja menemukannya," jawab Noah yang sedang membereskan pedangnya.

"Kalian percaya?"

"Tentu saja," jawab Demure santai.

"Apakah Hera punya bukti?"

Semuannya menatap Leucos bingung bahkan Demure ikut bingung dengan pertanyaan Leucos.

"Mereka adalah atasan kita, tentu saja kita memercayainya."

Semuanya mengangguk setuju dengan pernyataan Demure.

"Kau kenapa sih Leucos?"

"Jangan mengkambing hitamkan Hera terus menerus Leucos," Mats ikut kesal.

"Kenapa kalian tidak bisa membuka mata kalian sih?"

"Apa maksudmu?" Noah berdiri dari tempat duduknya.

"Itu bukanlah Hera yang kita kenal, dia orang lain."

Leucos menantang Noah.

"Berubah?" tanya Alaska.

"Baguslah jika ia berubah, Hera menjadi lebih baik sekarang bukan?"

"Berubah?" tanya Demure sekali lagi.

"Tunggu saja saat kalian berbicara pada Hera. Bahkan melihat senyumnya," kata Owen tersenyum seperti Hera.

"Tersenyum?" guman Noah.