webnovel

01 - PALING RUSUH.

"WHITE!! SI BLACK NGERUSUH!" teriak Melati dari arah ruang tamu rumah Si kembar.

Seorang gadis bernama Melati Bralice harus berteman dengan dua laki-laki berwajah duplikat yang artinya kembar. Sebenarnya, Melati hanya berteman dengan salah satunya saja, berhubung saudara kembarnya tidak pernah lepas. Mau tidak mau, mereka berteman bertiga.

"Mulut lo berisik!" kata Black menggosok telinganya yang terasa pengang. Tangannya masih saja sibuk menggunting kertas HVS yang masih baru tak terpakai.

Black, saudara kembar White.

"Lo tu berisik sumpah!" ujar Black kemudian berdiri dari duduknya lalu melempar potongan-potongan kertas tepat diwajah Melati.

"BLACK!!!!" teriak Melati lagi dan lagi.

"Lo tu brisik! Gak cocok banget sama nama lo yang Melati. Mulut singa kek lo gini gak cocok di namain Melati." ujar Black lalu berjalan menaiki tangga menuju lantai dua, meninggalkan Melati yang masih setia ngedumel.

"Mel, udah. Emang gitu kan abang gue. Lo tau sendiri juga, udah gak usah diladenin." ujar White menenangkan seraya membawa nampan berisikan teko dan dua gelas diatasnya.

Laki-laki itu dengan sangat hati-hati meletakkan nampan tersebut diatas meja ruang tamunya. Hal tersebut membuat Melati spontan membersihkan benda-benda kecil yang berada diatas meja, memberikan tempat untuk nampan itu.

"Tapi dia ngeselin, selalu aja gitu. Baru juga dateng, udah recokin aja. Liat noh White," tuding Melati pada potongan-potongan kertas yang dibuang sembarangan oleh saudara kembar White.

"Udah biarin, nanti asisten rumah tangga gue bantu bersihin." kata White lalu menarik buku paket Matematika yang tebalnya tak kasat mata.

"Kemarin kita belajar ulang tentang bilangan bulat. Lo masih inget kan? Kalo minus ketemu minus hasilnya apa?" tanya White pada Melati yang sedang berkerucut bibir guna berpikir.

"POSITIF!" teriak Black dari lantai atas. Dengan tubuh yang telanjang dada serta kedua tangan menumpu pada railing.

'Postur tubuhnya membuatku mabuk tiba-tiba.' Batin Melati.

"Bodoh banget anak IPA kalah sama anak IPS!" celetuk Black mengejek kemudian memutar balikkan tubuhnya masuk kembali kedalam kamar.

"Tuh kan, lihat Black!" adu Melati pada White. "Dia ngeselin White, gue makin gedeg sama dia!"

"Udah Mel, lo jangan keseringan kesel sama dia. Bisa-bisa lo suka loh!" ujar White seraya senyum-senyum sendiri menatap Melati.

"Dih! Apa lo senyum-senyum. Ngadi-ngadi kalo gue suka sama bocah serba gelap kek gitu." ujar Melati bergedik ngeri membayangkan penampilan sehari-harinya Black.

Bayangkan saja, saat di sekolah bajunya tidak pernah rapi. Baju yang suka keluar dari celananya dan kancing yang terbuka tiga. Dasi yang selalu dirinya ikat di lengan bukan di leher. Poni identik ciri khas dari dua bocah kembar ini. Namun, rambut Black lebih dominan amburadul.

Berbeda dengan White, laki-laki yang selalu tampil rapi. Anggota osis disekolah. Disiplin waktu. Tak heran jika dirinya digemari oleh banyak orang. Wait! Tapi, Black jauh lebih digemari. Entah orang-orang melihat sudut pandangnya dari mana itu.

Setelah bermenit-menit Melati dan White habiskan untuk menyelesaikan soal Matematika, kini keduanya mulai menghela nafas nya lega. Lima soal yang super rumit, akhirnya terselesaikan juga.

"Mel, ini hampir maghrib. Mau sholat disini atau langsung balik sekarang?" tanya White pada teman perempuannya yang tengah sibuk mengemasi buku-buku nya.

"Gue maghriban dijalan aja White. Titip salam buat Bunda ya, gue balik dulu." ujar Melati lalu tak sengaja menjatuhkan pena nya hingga menggelinding tepat di samping pintu utama yang terbuka.

Gadis itu bangkit dari duduknya kemudian dengan langkah lunglai ia berjalan menghampiri pena nya. Namun, hal tersebut lebih di dahului oleh orang yang baru saja tiba. Laki-laki lainnya tengah menyembunyikan pena milik Melati di balik punggungnya.

Ini dia Arya. Teman Black. Laki-laki yang tubuhnya dipenuhi oleh tatto. Badannya besar, jauh lebih besar daripada Black. Akan tetapi, laki-laki ini terkenal penakut, terutama pada Black.

"Hayo, neng Mel-mel mau ambil apa?" goda Arya menyembunyikan kedua tangannya dipunggung.

"Mana pena gue?!" kata Melati malas, tangannya tergerak untuk meminta.

Bukannya memberi, Arya malah menyalami tangan gadis itu. Dengan secepat kilat, Melati melepas genggaman tangan manusia kekar ini.

"Ihhh najis!!" kata Melati mengusap-usap tangannya di rok abu-abu miliknya.

"Tangan gue bersih kok cantik." Arya mencolek dagu Melati.

"Jangan ganggu dia." kata Black menuruni tangga seraya memasang jam tangannya. Laki-laki itu menarik sepatu boot nya dari rak sepatu lalu berjalan kearah ruang tamu.

Arya hanya cengengesan sendiri. Nah kan takut. Laki-laki itu memberikan kembali pena milik Melati.

"Lo mau pulang?" tanya Black pada Melati. Laki-laki itu duduk di sofa guna memasang sepatunya.

"Lo tu kecil, sepatunya segede gaban." elak Melati tidak menjawab pertanyaan dari Black.

"Lo sama gue, lebih tinggi gue. Jadi gue aman." ujar Black kemudian menarik slayer yang ada diatas nakas.

"Bunda, kakak berangkat!" teriak Black seraya memasang slayer dilehernya.

"Sangar-sangar gini, di panggil kakak." gumam Melati yang masih didengar oleh orang disana. Terutama Black yang hanya meliriknya sekilas.

"Mata lo lengket banget kalo liat cewek!" tegur Black memukul lengan Arya. Mendorong tubuh temannya untuk keluar lebih dulu.

Seorang wanita paruh baya keluar buru-buru dari arah dalam rumah. "Kakak, kamu mau kemana? Habis ini maghrib loh." ujar Fena. Ibunda dari Black dan White.

"Mau ke basecamp Ma, Aura habis kecelakaan." ujar Black lalu mencium kening Bunda nya.

"Mantan lo yang ninggalin lo waktu kecelakaan kemarin kak?" tanya White dengan suara sengit tidak suka. "Masih aja lo peduli."

"Bukan urusan lo ya, White." tegur Black.

"Udah tahu lo di tinggalin waktu kecelakaan, masih aja lo jenguk dia." ujar White kemudian berdiri bersamaan dengan Melati yang baru saja selesai memasang tas ranselnya.

"Udah-udah." finish Fena. "Kalian ini adik kakak, jangan berantem terus."

"Loh Melati?" panggil Fena membuat Melati kembali menatap netra mata wanita paruh baya itu. "Mau kemana nak?"

"Tugas Melati udah selesai Tante. Melati pamit pulang dulu ya?" pamit Melati.

"Gak usah!" ujar Black membuat Melati yang akan bersalaman jadi tertunda. "Lo gak lihat ini mau maghrib? Rawan banget, apalagi di depan sana sepi."

"Kak," tegur Fena. Selalu saja anak sulungnya bertingkah, membatasi semua gadis yang ada di sekitarnya. Padahal dirinya sendiri susah di beritahu.

"Bunda, gak bisa. Kalo lo maksa pulang. Lo gue anter." ujar Black.

Baru saja akan membantah, mulut Melati sudah di sumpal dengan tissu baru yang baru saja Black tarik dari kotak tissu di atas.

"Jangan ngebantah!" ujar Black lalu keluar dari rumahnya.

Gadis itu meludahkan tissu bulat yang menyumpal di mulutnya. "Udah gak usah di ambil, habis ini mbak aja yang nyapu." ujar Fena.

(Mbak = panggilan untuk asisten rumah tangga dirumah Black dan White)

Niat awal Melati untuk mengambil tissu tersebut jadi tertunda.

"Hati-hati di jalan ya. Maafin Black dari dulu selalu gangguin kamu." kata Fena menerima tangan Melati dengan baik guna membalas salam pamit darinya.

"Melati pulang dulu ya, Tante." finish Melati kemudian keluar dari rumahnya.

"Bunda," panggil White membuat Fena menoleh.

"Menurut Bunda, Kak Black suka gak sama Melati?"

•••

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

salsaa_12creators' thoughts