webnovel

Part 26-Menerima

TRING! TRING!

Dentingan pelan terdengar dari gelas-gelas bir yang tergenggam erat di tangan mereka. Dengan wajah santai berhiaskan senyum penuh angkuh para pria itu langsung merebahkan diri ke sofa yang telah di sediakan sembari tangan lainnya sibuk merangkul wanita-wanita bayaran yang sedari tadi telah setia menunggu sambil tersenyum manis.

"Ha ha ha ha, aku sungguh tidak percaya bisa bertemu denganmu lagi di sini membayangkan kau sudah mendekam lebih dari 15 tahun di tahanan? Aku bahkan sempat membayangkan akan menemui kuburanmu di depan rumahku ha ha ha."

"Ha ha ha kak Lee kau ini bagaimana! Bisa-bisanya kau membayangkan hal mustahil seperti itu, kau pikir siapa senior kita? Hei.....dengar ya jika ada yang bisa membunuh senior Daichi jika bukan penyakit berarti bukan manusia ha ha ha. Senior bagaimana menurutmu?" Tanya orang itu sembari mengarahkan gelasnya pada sosok pria besar dengan kumis tipis yang tengah duduk di antara keduanya.

Bukannya menyambut hangat gelas yang baru di arahkan orang tadi dengan santai pria itu malah meletakkan gelasnya keatas meja, sebelum tangannya menyambut sebuah pemantik api berlapis emas yang tampak tergeletak di samping gelas.

Dengan tatapan tajam ia mengarahkan pemantik api pada orang tadi setelah menggunakannya untuk menyalakan rokok. Sementara orang tadi yang masih mengarahkan gelasnya perlahan mulai kembali duduk setelah sadar akan sesuatu yang salah dari ucapannya barusan.

"Eh....senior aku...."

"Noa, apa maksud dari kata-katamu barusan?" Tanya Daichi dengan mulut dipenuhi kepulan asap rokok yang hampir menutupi sebagian besar dari wajahnya. Langsung melempar tatapan tajam pada orang bernama Noa itu sontak membuat suasana percakapan mereka menjadi hening.

"Itu....aku....maksudku..." Ujar Noa terbata dengan wajah paniknya yang langsung di arahkan kepada Lee. Sementara Lee yang baru saja diam sebentar hanya mengusap pelan kepalanya yang botak itu sambil menyesali keputusannya telah mengambil posisi duduk di depan orang bodoh ini.

"Senior tenanglah dulu....relak saja....Noa hanya sedang memujimu, dia terlalu senang karna menemuimu yang baru saja bebas dari penjara. Dan sepertinya itu membuat lidahnya terlalu lincah akhir-akhir ini ha ha ha." Tawa Lee yang langsung mencairkan suasana diiringi tawa mereka semua.

"Kau bercanda? Apa kau menganggap ini sebagai gurauan?" Tanya Daichi lagi, membuat tawa Lee, Noa dan para wanita itu terhenti sejenak sebelum mendengar kalimat terakhir dari pria itu.

"itu lucu." Ujarnya melanjutkan kalimat dan mendadak tawa mereka bertiga pecah di tengah-tengah keramaian tempat hiburan malam itu. Tawa mereda sesaat kemudian beberapa pelayan datang untuk mengantarkan beberapa botol bir tambahan ke meja ketiga bapak-bapak itu sebelum akhirnya Lee menyuruh mereka untuk pergi dan datang kembali saat dia panggil.

Para pelayan mengangguk dan satu-persatu mulai keluar meninggalkan ruangan kaca tertutup itu dengan Lee yang terakhir berdiri di dekat pintu lalu menutupnya, sambil melempar senyum pada kedua temannya itu membanggakan klub malam miliknya yang sudah cukup besar. Dengan senang dan tertawa ria pria berkepala botak itu meregangkan tangan sembari menjatuhkan tubuhnya pada simpanannya tadi dan langsung memeluk wanita itu tatkala tubuhnya mendarat.

Daichi dan Noa yang melihat hal itu hanya bertukar pandang satu sama lain sebelum berbalik kearah wanita milik mereka yang sudah tampak mengharapkan sesuatu yang manis dari kedua buaya darat itu. Alhasil keduanya hanya mengambil gelas bir mereka kemudian meneguknya bersamaan dengan raut wajah berbeda yang terlihat dari para wanita tadi.

"Aku kagum kau membuat tempat ini seperti kerajaanmu sendiri, uangmu pasti sangat banyak benar?" Ujar Daichi sambil menuangkan bir ke gelasnya.

"Akut tahu, ini semua sudah mengatakannya pada semua orang. Tidak lepas dari siapa yang memandanginya atau tidak semuanya pasti sadar." Lee mengakhiri kalimatnya saat mengatur kembali posisi duduknya yang tadi. Dengan pelan ia memegangi botol bir yang sedang dituangkan oleh Daichi sambil tersenyum kepadanya.

"Kecuali.....aku menyembunyikannya." Lanjutnya yang kali ini terdengar lebih lembut.

Saat itu juga pandangan Daichi langsung beralih ke sekelilingnya. Di mana ia menyadari pandangan semuanya kini telah tertuju pada dirinya Lee, Noa, dan bahkan para wanita-wanita bayaran itu juga.

"Apa maksudmu?"

"Ayolah senior.....coba saja kau pikirkan dengan akal sehat! Bagaimana bisa seorang narapidana memiliki jutaan dolar di dompetnya dan sekarang sedang duduk santai di klub mewah seperti ini? Tidak masuk akal bukan."

"Lantas, jika aku memang baru mendapatkannya. Apa yang kalian inginkan?" Tanya Daichi. Mendengar itu mata Lee langsung melotot dengan wajah terkejut ia hanya bisa terpaku tidak percaya begitu juga Noa yang langsung berdiri ketika mendengar jawaban itu.

"Luar biasa!!! Aku benar-benar tidak percaya, kau bisa mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam beberapa hari? Butuh waktu lama untukku membangun tempat ini dan butuh waktu lama juga untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, senior kau sungguh hebat."

"Haah kak Lee kau itu banyak bicara! Sudah kubilang untuk ikuti saranku, yang terpenting itu hasilnya berapa yang akan kau dapat jika kau ingin menikmati prosesnya ya....akan lama ha ha ha ha ha senior Daichi kau akan menjadi panutanku mulai dari sekarang ha ha ha...." Tawa Noa memekak.

Lee yang mendapat sindiran seperti itu mendadak memutar topik yang membuat Daichi terdiam di tengah-tengah mereka. "Memangnya....dari mana kau mendapatkan uang itu?" Tanya Daichi spontan, yang sekali lagi membuat pandangan semuanya beralih pada Daichi.

"Soal itu...." Daichi tidak melanjutkan kalimatnya, dengan wajah kaget sekaligus takut dirinya malah memperhatikan kaca ruangan yang langsung mengarah tepat ke tengah-tengah ruangan klub malam yang tengah di penuhi banyak orang, di lantai bawah tampak sesosok wanita sedang berdiri di antara kerumunan orang ramai memandanginya dari kejauhan.

"Senior kau tidak akan meanjutkan...."

"Ada apa, apa semuanya baik-baik saja?"

"Senior?" Panggil kedua teman, juga salah seorang wanita bayarannya yang sama sekali tidak digubris oleh Daichi yang sudah terlanjur hanyut dalam pikirannya sendiri tentang orang yang saat ini benar-benar sudah menarik perhatiannya.

Bukan dari ekspresi datar di wajahnya yang agak pucat, dengan jaket tudung yang menutupi sebagian kepala dan badannya yang berlapis baju pasien rumah sakit, maupun selang bius yang masih terpasang di tangan kirinya yang tampak memegangi alat itu. Yang pastinya cukup membuatmu menyadari bahwa tidak seharusnya dia berada di tempat seperti itu (klub malam).

Sayangnya, bukan itu hal yang menarik perhatian Daichi sekarang. Fakta bahwa ia mengenali rupa dari sepasang mata hitam yang kini sedang menatap tajam kearah dirinya sambil menggenggam pecahan kaca yang tampak tak asing.

"Wanita sialan, bisa-bisanya dia tahu tempat ini. Kali ini tidak akan kubiarkan lolos!" Batin Daichi,sambil memukuli kaca dengan kesal. Sebelum beranjak pergi keluar ruangan meninggalkan kedua temannya Lee dan Noa bersama wanita bayaran mereka dengan banyak pertanyaan.

"Ada apa dengannya, apa terjadi sesuatu?" Tanya Lee pada Noa yang tampak tidaka peduli.

"Ya....tentu saja sudah terjadi sesuatu. Menurutmu apa dia akan seperti itu jika bukan karna pertanyaan jenius yang baru saja kau lontarkan?"

"Hey jangan lupa kau juga hampir melakukan kesalahan yang sama, kau tahu!"

"Oh, ayolah jangan mengungkit masa lalu. Faktanya senior menyukai pujianku padanya dan dia keluar ruangan setelah mendengar pertanyaanmu jadi....siapapun bisa menebak siapa yang salah di sini bukan begitu sayang?" Ujarnya pada wanita yang sedang duduk di samping.

"Yang benar saja, kalau saja kau bukan adiku aku pasti sudah..."

"AAAAAAaaaaaa.....!!!"

Suara jeritan mendadak terdengar dari luar yang langsung mengalihkan perhatian semua orang yang ada di dalam ruangan termasuk para pengunjung club malam yang ada di bawah. Tepat setelahnya beberapa pelayan terlihat berlalu-lalang di depan pintu sampai pada kepala pelayang yang berhenti di sana untuk meminta salah satu anak buahnya memanggil ambulan dan polisi.

"Yamazaki apa yang terjadi, jeritan siapa itu?" Tanya Lee pada bawahannya itu.

"Tidak tahu bos, jeritan itu terdengar dari kabin bawah saat di cek kami hanya menemukan tubuh seseorang."

"Apa katamu?!"

-----

Umika terpejam dengan wajah bingung gadis itu berusaha membuka matanya yang masih setengah tertidur. Perasaan aneh tiba-tiba muncul di benaknya ketika menyadari dirinya yang sedang berdiri dengan seragam Sma lamanya. "Apa yang terjadi?" Tanya Umika pada dirinya sendiri saat memperhatikan kembali seragam lamanya itu yang masih tampak sama.

Sayup-sayup mulai terdengar suara orang bicara dari kejauhan, terdengar seperti suara beberapa wanita yang sedang membicarakan sesuatu namun karna jauh ia tidak sempat mendengar semuanya dan hanya sekilas.

"Ada gadis aneh di Rooftop, sepertinya dia anak baru." Umika mengulangi kalimat obrolan tadi. "Gadis aneh....sepertinya aku tahu siapa." Pikir Umika yang tersenyum saat menatap pintu menuju Rooftop yang sudah ada di belakangnya.

"Itu kau kan? Mereka membicarakanmu lagi, kenapa harus selalu sembunyi di sini sih!" Tanya Umika pada sosok gadis berbadan pendek dengan rambut di kepang yang sedang berdiri di depannya.

"Kau terlambat! Sudah kubilang tidak usah hiraukan mereka, ini." Sembari menyodorkan sebuah buku kearah Umika, hingga membuatnya mencondongkan badan kebelakang.

"Ada beberapa hal yang lebih baik tidak kita ketahui, kau mengerti?"

"Tu-tunggu aku tidak mengerti, sebenarnya apa maksudmu? Hal apa yang tidak boleh kami ketahui?" Tanya Umika yang sempat menghentikkan langkah gadis itu untuk pergi menjauh. Dengan polosnya ia melirik kearah Umika, memperlihatkan sekilas senyum kaku yang terlihat asing di mata gadis itu sampai pada tubuhnya yang perlahan mulai menghilang diantara kabut.

"Senyum itu. Tu-tunggu! Jangan pergi dulu, katakan apa maksudmu....tunggu.."

"..Sakura..."

"Hah! Ternyata hanya mimpi."

Gumam Umika, mengusap pelan wajahnya yang masih setengah mengantuk. Sampai cahaya dan nada dering dari ponselnya yang memaksa gadis itu untuk beranjak dari ranjang yang sedang ia tiduri.

Sebuah situs sedang membicarakan berita terkini tantang pembunuhan yang terjadi di sebuah kasino. Korban mati dengan cara yang aneh beberapa luka gigitan di leher dan pembuluh darah yang pecah, apakah ini ulah gangler?

"Ya....sepertinya kepolisian global akan sibuk mengurus kasus ini. Noel dan yang lainnya bahkan tidak sempat mengunjungi tempat ini." Gumam Umika dengan wajah murungnya berjalan kearah pintu kamar.

"Sejak penemuan lilin lavender itu semuanya jadi semakin jarang bertemu. Akhir-akhir ini Kairi jadi sering tidak pulang, Kogure juga belum memberi kabar apapun, bahkan Toma juga sibuk sementara Sakura. Tidak ada yang melihatnya sejak pertemuan denganku hari itu."

"Semakin lama tempat ini semakin terasa sepi." Ucap Umika yang perlahan mengusap pelan salah satu meja pelanggan yang ada di Jurer.

"Mungkin Sakura benar, pada akhirnya hubungan kami hanya sebatas pada tujuan yang sama. Kelompok ini mustahil untuk disatukan."

"Kenapa kau begitu yakin?"

"Si-siapa itu?"

"Selama ini kalian sudah melewati banyak hal bersama, berjuang, merasakan sakit dan saling memahami perasaan satu sama lain. Ikatan seperti itu siapa saja tidak akan menerima jika hanya sebatas tujuan."

"Kogurei."

"Lama tidak bertemu Umika, dan maaf aku tidak sengaja mendengarkannya."

"Kau mengatakan itu kukira kau tidak menyukai para polisi, kenapa sekarang...."

"Ah...itu mudah jika harus kehilangan banyak koleksi hanya karna tidak menyukai satu hal, aku lebih memilih untuk menerima yang sudah ada selain memperkecil kosekuensi yang di dapat itu juga lebih baik untukku."

"Ya, kurasa itu masuk akal meskipun menurutku kalimatmu agak....umm..."

TRING!

Sebuah pesan masuk muncul di ponsel Umika yang ternyata di kirimkan oleh Kairi, koordinat lokasi yang harus segera di datanginya. Melihat itu mata Umika langsung beralih pada Kogurei yang tersenyum padanya.

"Kau tidak akan pergi, Lupin Yellow?" Ucap pria tua itu sembari mengangkat cangkir tehnya yang entah datang dari mana. Tepat setelahnya pintu Jurer di dobrak secara tiba-tiba yang ternyata itu adalah ulah dari Good Striker.

"Kami sudah menemukan lokasi Black! Umika ayo, kita harus bergegas." Ujarnya.

"Iya! Sampai jumpa Kogu...Ups, kurasa aku harus memperbaikinya." Sambil tersenyum gadis itu kemudian menukar pakaiannya dengan pakaian ala Lupin Yellow yang biasa ia gunakan di tambah topeng berwarna kuning miliknya sebelum akhirnya gadis itu mengulangi kembali kalimatnya.

"Adieu Kogurei."

"Adieu." Balas pria tua itu, memandanginya yang kini sudah tak terlihat. "Gadis itu begitu lembut, aku harap Black tidak terlalu keras padanya hingga membuatnya memilih untuk menyudahi ini."

"Jika itu di perlukan, aku tidak terkejut jika kakak akan melakukannya bahkan pada temannya sendiri. Lagi pula apa yang mereka cari sudah mereka dapatkan jika ada hal yang harus mereka lakukan itu adalah menyelesaikan tugas terakhir."

"Aku mengerti, tapi kurasa kau tidak akan mengatakan itu jika yang kita bicarakan adalah Black bukan begitu, Rhinson."

"Yang aku tidak mengerti hanyalah kenapa gadis itu harus sampai meminta gangler sepertimu untuk masuk ke dalam timnya." Tutur Kogurei menyindir. Kemudian menghabiskan tetesan terakhir dari teh yang diminumnya.

"Kau tidak perlu mengerti yang kau lakukan hanya perlu menerima bukan begitu, Kogurei." Sembari menepuk pelan pundak kanan pria tua itu sambil tersenyum.

-----

DORDORR! DOR! DOR!

"Aku harus cepat! Harus segera keluar dari sini! Kemana, di mana....ada di mana jalan keluarnya kenapa sampai sekarang masih belum bisa....AKH!"

"Black!"

"Black semua baik-baik saja?"

"Hei, sebaiknya jangan memaksakan dirimu jika sedang terluka...."

"Benar! Dengarkan saja ucapannya Black, lagi pula racun itu akan bereaksi dalam empat puluh delapan jam. Menahanmu di sini selama hampir dua hari ternyata cukup menguntungkan juga ya...."

"Apa!"

"Black, apa maksudnya?"

"Tenanglah! Tidak akan ada yang terjadi. Aku....baik-baik saja."

"Silahkan, lakukan apapun semaumu. Semakin lama kalian terperangkap di labirin ini akan semakin sedikit waktu untukmu bisa bertahan. Kau beruntung Patren Ichigou, setidaknya aku memberimu kesempatan untuk melihat salah satu rivalmu itu sekarat."

"Kurang ajar!"

"Hah...Bagaimana Black percobaan pertama yang menarik, bukan begitu kelinci percobaan. Aku ingin lihat sampai kapan kau akan menahan rasa sakit itu."