webnovel

Chapter 9 ( Stay Away!! )

Anna sudah sampai di tempat yang dituliskan dalam pesan yang diterimanya beberapa waktu lalu. Ia melihat sekeliling. Taman belakang kampus. Tempat yang selalu sepi dan jarang sekali dilewati orang. Tempat ini memang selalu jadi tempat yang tepat untuk orang-orang yang ingin melakukan sesuatu yang bersifat rahasia. Jadi tidak heran jika ada yang memanggilnya kemari.

Anna memandang lurus ke depan. Ada sekitar lima orang mahasiswa yang sudah menunggunya di sana. Mereka berdiri sambil menatap Anna dengan ekspresi yang sama sekali tidak bersahabat. Anna bergantian menatap mereka satu persatu.

"Jadi kalian yang sudah mengirim sms ini padaku?" tanya Anna sambil menunjukkan isi pesan di handphonenya ke depan.

"Menurutmu?" Salah seorang di antara kelimanya menjawab.

"Jadi kalian juga yang sudah melakukan itu semua?" tanya Anna lagi, "Mengotori bajuku, membuang sepatuku, menyebarkan kelereng, lalu menaruh serpihan kaca di dalam lokerku? Itu semua ulah kalian?"

Salah seorang yang lain kembali menjawab.

"Ya. Itu benar. Kami yang sudah melakukan itu semua. Kau pasti sangat penasaran 'kan?" seru seorang wanita yang berambut cepol dengan sikap congkak.

Anna menatap mereka tidak percaya. Tega sekali mereka melakukan ini semua padanya. Sekalipun mereka tidak menyukainya, mereka sama sekali tidak berhak untuk melakukan itu. Apapun alasannya, mereka sama sekali tidak pantas untuk bersikap jahat seperti itu. Itu sama saja mereka ingin mencoba mencelakakan oranglain. Baik secara mental maupun fisik. Dan apa mereka sungguh tahu apa akibatnya itu nanti?

Anna mencoba untuk tenang. Ia tidak boleh bersikap gegabah dan terpancing emosi. Ia kembali mengatur napasnya.

"Bukankah kalian ini adalah seorang mahasiswi? Apa menurut kalian pelajaran budi pekerti hanyalah sebuah materi kosong? Sehingga kalian berpikir, melakukan semua tidak pembullyan adalah hal yang sah-sah saja untuk dilakukan? Itu adalah hal yang sangat tidak bermoral dan bermartabat! Apa kalian tahu itu?" seru Anna menyadarkan.

Salah seorang dari mereka tertawa, diikuti yang lain.

"Tidak bermoral dan bermartabat katamu? Bukankah itu kau?" serunya.

"Apa?" Anna menatap kelimanya tidak senang.

"Wah, dia tidak sadar sedang membicarakan dirinya sendiri! Budi pekerti katanya? Kurasa dia yang belum mempelajari itu karena sering membolos mata kuliah itu demi untuk menggaet banyak laki-laki," timpal salah seorang yang lain.

"Apa yang kau katakan?" Anna semakin panas.

"Kenapa? Terkejut? Bukankah itu benar? Itu 'kan yang selama ini kau lakukan? Menggoda banyak lelaki dan bahkan ingin merebut pacar orang?" balas salah seorang yang langsung membuat Anna naik-pitam.

Ia mencoba menahan emosinya.

"Berhenti memasang wajah polos di depan laki-laki. Kau pikir kau itu cantik?"

"Kau itu sama sekali tidak cantik! Kau juga tidak akan sebanding dengan Jessica! Levelmu bahkan berada jauh di bawahnya. Jadi sebaiknya kau menyingkir dan jangan pernah berpikir untuk bisa merebut Iam dari Jessica! Apa kau mengerti?!"

Anna menatap mereka tak percaya. Merebut katanya? Hah! Pemikiran macam apa itu?!

"Harus berapa kali kukatakan pada kalian? Aku dan Iam hanya sebatas teman! Kami tidak punya hubungan apapun seperti yang kalian pikirkan. Dan aku sama sekali tidak akan merebut siapapun!!" teriak Anna frustasi. Ia mencoba bersikap tenang.

"Aku tahu aneh memang jika tiba-tiba saja aku dan Iam bisa jadi dekat. Aku sendiri tidak mengerti dan tidak tahu sejak kapan itu mulai terjadi. Tapi aku cukup tahu posisiku dan batasannya. Karenanya, aku tidak akan menjadi orang ketiga di antara hubungan mereka. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Jadi tolong, tolong berhenti menyebarkan gosip yang buruk tentangku karena aku sudah cukup kesusahan karena hal itu selama ini," pinta Anna memohon. Tapi sepertinya tidak ada satupun di antara mereka yang mau menurut.

"Berhenti katamu? Apa kau pikir kami percaya dengan ucapanmu itu? Kami sama sekali tidak akan mempercayai kata-katamu itu!"

"Ya. Kau pasti mengatakan itu hanya untuk menipu kami dan menyelamatkan dirimu sendiri. Kami tahu kau menyukainya. Dan karena itu kau ingin merebutnya dari Jessi. Apa kau pikir kami ini bodoh?"

"Aku..." Anna kehabisan kata-kata. Apapun yang ia katakan, kelima mahasiswi itu pasti tidak akan percaya. Ia hanya buang-buang waktu saja jika masih ingin berdebat dengan mereka di sini dan itu membuatnya semakin kesal.

Anna menghela napas panjang, "Jadi sebenarnya apa yang kalian inginkan? Katakan! Apa yang harus kulakukan agar kalian berhenti untuk menggangguku?"

"Menjauh dari Iam! Itulah yang satu-satunya hal yang harus kau lakukan. Kami ingin kau tidak dekat-dekat dengannya dan berada di sekitarnya. Kehadiranmu jelas sudah sangat mengganggu. Jadi lakukanlah itu selagi kami masih bersikap baik padamu," jawab salah seorang dari mahasiswi itu.

"Dan bagaimana jika aku tidak mau melakukannya?" Anna membalas dengan tanpa rasa takut. Hal itu membuat semua mahasiswi lain naik pitam.

"Apa? Apa kau sama sekali tidak merasa takut pada kami yang sudah menerjangmu ini? Kau pikir kami hanya bermain-main?" seru mereka marah.

"Tentu saja aku tahu bahwa kalian tidaklah main-main. Tapi daripada aku merasa takut, aku akan memilih untuk merasa kasihan pada kalian. Bukankah hal ini justru menunjukkan betapa pengecutnya kalian?" balas Anna. Membuat kelima mahasiswi itu makin emosi.

Mereka sudah sering memperingatkannya tapi Anna selalu saja keras-kepala. Dengan kesal, salah seorang di antara mereka melayangkan pukulan. Dengan alih-alih bermaksud memberi Anna pelajaran, ternyata usahanya itu gagal.

Seseorang tiba-tiba saja muncul dan menahannya. Tepat sebelum pukulan itu melayang mengenai wajah Anna yang mulus.

"Hentikan!" seru orang itu yang langsung membuat semua yang ada di sana terkejut. Karena tak disangka-sangka ternyata Iam muncul dan menyelamatkan Anna.

"Bukankah seharusnya seorang wanita tidak bersikap kasar seperti ini?" ujar Iam marah.

Ia menatap tajam kelima mahasiswi itu. Merasa geram.

"Aku tahu, kalian mungkin sedang sangat kesal. Tapi menurutku, kalian sama sekali tidak berhak melakukan ini semua padanya. Memang apa salahnya? Apa dia sudah melakukan hal yang buruk pada kalian? Apa dia sudah menyakiti atau melukai kalian? Sehingga kalian berpikir kalian pantas melakukan ini padanya? Apa memangnya salahnya? Katakan! Apa memang salahnya? Karena dia dekat denganku? Karena itulah kalian melakukan ini semua??"

Kelima mahasiswa itu terdiam. Iam menatap mereka tidak percaya.

Apa ini masuk akal? Sekalipun mereka ingin marah, bukankah seharusnya mereka marah padanya? Dialah yang duluan mendekati Anna. Dan dia jugalah yang memiliki perasaan pada Anna. Jadi jika mereka ingin menghukum seseorang, mereka seharusnya menghukumnya. Bukan Anna.

"Aku dekat dengan siapa dan aku ingin bersama siapa, apa itu ada hubungannya dengan kalian? Apa aku harus meminta izin terlebih dahulu pada kalian agar kalian bisa merasa puas?"

"Memangnya kalian ini siapa? Saudara? Orangtua? Atau bahkan teman dekatku? Kalian jelas bukan siapa-siapaku, jadi kalian tidak punya hak apapun untuk mencampuri urusan pribadiku!! Karenanya, hentikan semua ini sebelum aku benar-benar marah!!" seru Iam tajam.

Kelima mahasiswi itu langsung ketakutan karena belum pernah melihat Iam semarah ini sebelumnya. Tidak ada satupun di antara kelimanya yang berani bicara termasuk juga Anna yang hanya bisa terpaku di tempat.

"Ini akan menjadi peringatan pertama sekaligus terakhir bagi kalian. Jika kalian sampai mengganggunya lagi, maka aku tidak akan segan-segan membuat kalian menyesal diakhirnya. Apa kalian mengerti maksudku?" ancam Iam. Kelima mahasiswi itu pun langsung mengangguk ngeri.

"Dan satu hal lagi," Iam menghentikan langkah kelima mahasiswi itu yang hendak beranjak pergi.

Ia berpikir sejenak, lalu berkata.

"Agar kesalahpahaman ini tidak berlanjut dan semakin panjang, maka aku hanya akan mengatakannya satu kali ini saja. Aku dan Jessi tidak berpacaran. Kami berdua sama sekali tidak punya perasaan apapun terhadap satu sama lain seperti yang digosipkan. Kami bahkan, tidak pernah berpikir sampai ke arah sana."

"Berpacaran? Hah... hubungan kami tidak pernah seperti itu! Aku bisa pastikan bahwa semua gosip itu adalah bohong. Jadi aku rasa, kalian sebaiknya menghentikan semua pemberitaan kalian yang buruk tentang Anna. Apa kalian mengerti? Jika kalian mengerti, lakukan itu!!" teriak Iam di akhir.

Kelima mahasiswi itu langsung lari terbirit-birit. Iam yang melihat itu, langsung menghela napas panjang. Merasa lega.

Ia berpaling menatap Anna.

"Apa kau baik-baik saja?" Iam merubah tatapan marah dan tajam yang tadi ia tunjukan menjadi tatapan lembut penuh kekhawatiran.

Anna mengangguk, "Kenapa kau... bisa berada di sini?" tanyanya heran.

Tadaa~

Sy suka dgn cerita yg happy ending..

krn itu sebisa mungkin sy akn terus menyuguhkn cerita yg happy ending di setiap cerita sy..

Lalu..

cerita di bab 1 ini tlh berakhr..

selmt membaca bab baru and cerita baru berikutnya...

dadah...^^

lenzluphcreators' thoughts