webnovel

Perang Dingin (7)

Setelah semua kembali ke barak, mereka mandi bergantian. Setelah itu diadakan lomba membuat nasi goreng antar kelompok. Kali ini Ditya yang memasak nasi. Sementara yang lainnya menyiapkan bumbu dan bahan pelengkap.

Beberapa senior baik laki-laki maupun perempuan berkeliling untuk melihat pekerjaan mereka. Desta dan Rama datang menghampiri kelompok Ditya.

"Kalian mau bikin nasi goreng apa?" tanya Rama.

"Belum tahu nih, Kak. Enaknya bikin apa ya?" tanya Ulvia.

"Bagaimana kalau nasi goreng bumbu kunyit?" usul Desta.

"Memangnya ada kak?" tanya Ditya. Baru kali ini dia mendengar jenis masakan ini.

"Ada. Jadi nasi gorengnya nggak pakai kecap. Terus bumbu halusnya ditambah kunyit. Memang jarang ada yang tahu sih." jelas Desta.

"Ide bagus, tuh. Kita buat itu aja." kata Tami.

"Ayo deh, saya bantu. Tapi kalau udah matang, kami minta ya. Dari kemarin sore kita makannya nggak bener." pinta Rama.

"Ok." kata Niar setuju.

Akhirnya Desta dan Rama membantu kelompok Ditya. Setelah selesai, Tami membawa satu piring untuk dinilai oleh juri yang terdiri dari para dosen. Ternyata nasi goreng buatan Ditya berhasil mendapatkan juara kedua.

Ditya membawa dua piring nasi goreng untuk Desta dan Rama. Kebetulan disana ada Putra, Dewa dan Ade.

"Nih, Kak, nasi gorengnya." kata Ditya sambil memberikan piring itu untuk mereka berdua.

"Akhirnya makan nasi juga." kata Rama bahagia.

"Kok, cuma mereka berdua yang dapat nasi?" protes Putra.

"Wah, pilih kasih nih." kata Ade.

"Maaf ya, Kak, soalnya cuma ada 2 piring." kata Ditya.

"Terus kenapa mereka yang dapat?" tanya Dewa.

"Karena ini ungkapan terima kasih kami atas bantuan mereka tadi." jelas Ditya. "Permisi."

"Eh, tunggu dulu." Putra menghadang jalan Ditya.

"Ada apa?" tanya Ditya datar.

"Kamu nggak ingat kejadian semalam?" tanya Putra dengan wajah cool nya.

"Kejadian semalam?" Ditya pura-pura bingung.

"Iya. Apa kamu nggak ingat aku udah menolong kamu juga tadi malam?" Putra terlihat sedikit jengkel.

Ade, Dewa, Desta dan Rama menyaksikan kejadian itu sambil bertaruh siapa yang akan merasa kesal diantara Ditya dan Putra.

"Oh, itu." jawab Ditya santai.

"Jadi kamu ingat kan?" tanya Putra.

"Iya. Terus kenapa?" tanya Ditya polos.

"Apa?" tanya Putra kaget. Sebenarnya dia ini beneran polos atau pura-pura bodoh, sih, batin Putra. "Baru saja kamu memberikan Rama dan Desta sepiring nasi goreng karena bantuan mereka. Tapi kamu nggak ngasih apa-apa untuk aku padahal semalam aku juga udah bantu kamu." jelas Putra dengan nada kesal.

Ditya menghela nafas. "Oh, jadi itu masalahnya." Ditya merogoh sakunya dan mengambil 1 lembar uang pecahan 10.000 dan 2.000. "Nasi gorengnya udah habis, jadi aku ganti aja dengan uang 12.000 seharga dengan nasi goreng." Ditya meraih tangan Putra dan meletakkan uang itu diatasnya.

"Lain kali, saat aku kesusahan, jangan bantuin aku kalau memang kakak itu mengharapkan sebuah balasan." Lalu dia berbalik dan berjalan beberapa langkah sebelum akhirnya dia berhenti dan berbalik lagi ke arah Putra. "Tapi terimakasih untuk bantuannya semalam." Ditya membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan mereka.

Ade, Dewa, Rama dan Desta tertawa geli menyaksikan kejadian itu.

"Benar kan, kata aku. Pasti Ditya yang menang." tebak Desta.

"Amazing ya, perempuan itu. Baru kali ini aku lihat si Putra di skak-mat sama seorang perempuan." kata Rama.

Putra kembali ke teman-temannya dengan wajah shock.

"Kalian lihat, kan, tingkah laku perempuan itu?" tanya Putra.

"Iya kami lihat dengan jelas bagaimana dia memperlakukan kamu dengan sangat baik." kata Dewa sambil tertawa.

"Aaarggh.. Sumpah aku kesel banget sama dia. Bagaimana bisa dia berani memberikan uang 12.000 untuk membalas perbuatanku kemarin?" ujarnya sambil menatap uang yang ada di telapak tangannya.

"Kan kamu yang minta nasi goreng. Ya, berhubung nasi gorengnya habis, jadi diganti uang." bela Desta.

"Tapi Ditya itu memang unpredictable banget ya. Dia selalu melakukan hal-hal kebalikan dari yang orang-orang sering lakukan." kata Ade.