webnovel

Perang Dingin (8)

Jam 10, para mahasiswa baru berkumpul lagi di lapangan untuk pembekalan materi dari Rektor. Sebenarnya cuaca di luar agak mendung dan sepertinya akan turun hujan. Semua duduk dengan rapi berdasarkan ekskul masing-masing dengan didampingi para senior ekskul. Para anggota BEM berjaga-jaga di sekitar khawatir ada mahasiswa yang sakit atau hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Ditya bisa melihat Randy sedang berdiri di dekat Rektor yang sedang menyampaikan materi. Randy terlihat sangat keren dengan setelan celana Levis dan baju BEM.

Alih-alih mendengarkan materi dari rektor, kebanyakan dari mereka justru mengobrol dengan teman-teman atau para senior.

Di barisan ekskul Musik, Ditya dan yang lain sedang mengobrol dengan kakak tingkat.

"Kak, setelah ini agendanya apa?" tanya Ditya pada Desta.

"Post to post lagi." jawab Desta.

"Lagi? Kan semalam udah kak." keluh Citra.

"Yang ini beda lagi. Nanti akan ada kuis, permainan dan outbond." jawab Rama.

"Terus dibagian kuis, kalau jawabannya salah, kalian akan mendapatkan hukuman." jelas Ade.

"Akhirnya tiba juga saatnya bagi kami mengerjai kalian." kata Putra sambil tertawa melirik ke arah Ditya.

"Tapi Kak Desta, kan sekarang mendung. Kalau hujan bagaimana? Apa Post to Post tetap dilaksanakan?" tanya Yuni.

"Belum tahu juga. Kita lihat nanti." kata Desta.

"Kalau begitu aku harap hujan akan segera turun." doa Ditya dengan wajah polosnya sambil menengadahkan tangannya.

"Semoga siang ini cerah." kata Putra sambil meniru gaya Ditya.

Tiba-tiba hujan deras turun membasahi mereka semua. Akhirnya materi dihentikan dan mereka berlarian menuju barak masing-masing. Berhubung barak laki-laki letaknya jauh, maka mereka meneduh di barak perempuan.

Ditya terlihat bahagia karena hujan akhirnya benar-benar turun. Dia melihat ke arah Putra dengan tatapan meledek.

"Apa aku bilang? Sekarang hujan, kan." katanya.

"Memangnya kenapa kalau hujan?" tanya Putra.

"Ya itu berarti agenda berikutnya dibatalkan. Iya, kan, Kak Desta?" Ditya meminta dukungan. Tapi Putra langsung memotong sebelum Desta sempat menjawab.

"Kamu dengar baik-baik ya, Dit. Walaupun hujan badai disertai angin kencang sekalipun, agenda selanjutnya akan tetap dilaksanakan."

"Memangnya kakak mau tanggung jawab kalau kami semua sampai sakit akibat kehujanan?" tanya Ditya dengan nada jengkel.

"Memangnya aku peduli?" tanya Putra acuh.

Begitu Ditya ingin membalas perkataan Putra lagi, Niar langsung berusaha menghentikan Ditya, "Ditya!" sambil mencubit tangannya.

"Ok, kita lihat siapa yang menang!" kata Ditya tidak mau mengalah.

"Baik. Mulai sekarang aku menyatakan perang sama kamu. Lihat aja nanti!" ancam Putra.

"Ok! Siapa takut?" Ditya menyambut deklarasi perang dari Putra.

Rama menepuk wajahnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kapan sih, mereka berdua bisa akur?"

"Nggak akan." jawab Ditya dan Putra kompak.

"Loh, itu kalian bisa kompak juga! Momen langka, loh, ini." ledek Dewa. Putra tersenyum sementara Ditya membuang muka.

Ditya berdoa dalam hati semoga hujan ini berlangsung hingga malam hari sementara Putra mengharapkan sebaliknya. Dan ternyata doa Putra lah yang terkabul. Hujan hanya berlangsung selama satu jam dan setelah itu cuaca kembali cerah.

Putra tersenyum licik lalu berkata di hadapan Ditya, "Sepertinya hari ini aku akan bersenang-senang." ucapnya, "Ayo, kita kumpul untuk mempersiapkan agenda selanjutnya." Akhirnya semua senior mengikuti langkah Putra, meninggalkan Ditya dalam suasana hati yang buruk.

Tidak lama kemudian, Ditya menerima sebuah pesan dari Randy.

✉️ Halo, adik kecil. Sibuk? 🤔

📤 Nggak kok, kak. Lagi kosong.

✉️ Mau makan siang bareng? Untuk menebus malam kemarin. 😁

📤 Ok. Aku tunggu di bawah ya. Di dekat sini ada warung yang jual lauk-pauk.

✉️ Aku udah ada di depan barak kamu, nih.

"Udah di depan?" kata Ditya kaget. Ditya langsung berjalan keluar dan melihat Randy tersenyum kepadanya.

"Sejak kapan kakak berdiri disini?" tanya Ditya.

"Baru aja. Ayo kita makan." ajak Randy.

"Ok!" Ditya mengikuti Randy ke warung makan.

Disana mereka memesan nasi uduk dengan beberapa gorengan. Ditya makan dengan lahap, karena tadi pagi dia sarapan dengan porsi yang sedikit. Sementara itu Randy makan dengan tenang. Bahkan ketika makan pun dia terlihat begitu menarik.

"Apa agenda ekskul kamu selanjutnya?"

"Jam 2 akan ada post to post. Sepertinya mereka akan menyiksa kami habis-habisan." ucap Ditya secara hiperbola.

Randy tertawa, "Kamu tuh, berlebihan. Mana mungkin mereka berani melakukan hal itu."

"Mungkin aja, Kak. Dan aku yakin dia akan bersenang-senang nanti." Ditya mendengus kesal.

"Dia? Siapa yang kamu maksud?" tanya Ditya.

"Ada lah seseorang. Dia memiliki otak sekecil udang sehingga dia tidak bisa berpikir dan bersikap waras." omel Ditya.

"Siapa namanya? Laki-laki atau perempuan? Mungkin aku kenal."

"Laki-laki. Sudahlah kak, nggak usah dibahas. Lagipula dia bukan orang yang penting dan lebih baik kakak nggak usah kenal dengan orang seperti dia." jawab Ditya.

"Ok. Terserah kamu aja." Randy tersenyum kepada Ditya. 'Siapa ya, laki-laki yang sudah membuat Ditya sampai sekesal ini?' tanya Randy dalam hati.