webnovel

LOVE 3000

tahun 3000, setelah perang dunia ke 4 Bumi benar-benar hancur baik oleh manusia, perubahan iklim dan juga meletusnya gunung terbesar di Bumi yang tersembunyi di lautan tapi karena air laut setengahnya mengering dia pun muncul ke permukaan dan memuntahkan semuanya sehingga Bumi tidak bisa di tempati lagi. Beruntung selama 500 tahun sebelumnya manusia sudah dapat mencari planet di tata surya kita yang sama atau mirip dengan Bumi, dan mereka menemukannya ... tapi kelompok manusia in harus beradaptasi lagi sehingga pada akhirnya manusia Bumi pun sudah bercampur dengan alien sehingga tidak murni lagi ... Sampai suatu ketika ada keinginan dari seorang profesor dan disetujui oleh Liga Planet untuk kembali ke Planet Bumi tercinta dan menjadikannya kembali tempat tinggal dan membuatnya berbeda .. Maka dibuatlah misi Love 3000 For Earth, yaitu mengumpulkan 10 remaja dari ras manusia dari berbagai planet yang mirip bumi yang telah bercampur baur dengan ras alien ... masihkah Bumi bisa diselamatkan dan layak ditempati ?

pangeran_Biru · SF
レビュー数が足りません
195 Chs

Mark 2

Setelah dari kantor profesor aku menuju bengkel ayahku. Bengkel yang sangat bagus, lebih menyerupai Salon untuk robot, kadang-kadang mereka tanpa disadari saling bertubrukan sehingga agak penyok atau goretan di seluruh tubuhnya, maka mereka datang ke tempat ayahku untuk di perbaiki dan di percantik.

Ayah punya karyawan sesama robot juga, jadi memudahkan tugasnya, aku pun sampai di gedung tempat kerjanya di pinggiran City Silver

"Ayah, aku datang !" teriakku, aku tahu dia diatas setelah masuk, dan cukup ramai dengan para pelanggan.

"Selamat siang tuan Mark !" sapa para pekerja robot, aku menatap mereka sebentar dan membayangkan semuanya memakai kulit seperti manusia.

"Tuan muda ?" tanya mereka heran, karena aku menatap mereka dengan tajam.

"Eh iya, selamat siang juga ! apa dia ada ?" tanyaku, mereka mengangguk dan menunjuk ke atas.

"Oke aku kesana dulu ya !" aku pamit untuk bertemu, ayahku.

"Silahkan tuan muda !" ramai juga ya, tempat ini. Apa semua akan berubah suatu hari nanti ? Aku ke lantai atas, gedung ini termasuk bagus berlantai 3 dan aku ke ruangannya.

"Ayah ?' sapaku setelah membuka pintu kantornya. Dia melirik dari balik meja kerjanya.

"Mark, kamu sudah pulang ?" tanyanya aku mengangguk.

"Kalau mau mie ambil saja !" ujarnya sambil menunjuk kotak mie, ternyata di ruang angkasa ada mie juga loh ! he .. he ... ! kami selalu membelinya di salah satu planet, aku mengambil satu dan memasak dengan air panas dan menunggu matang.

"Oh ya ada apa di panggil profesor ?" tanya ayahku sambil mengetik di komputer.

"Ada misi ke planet Bumi ayah !" jawabku santai.

"Oh, eh ... planet Bumi ?" Ayah menghentikan pekerjaannya dan menatapku dengan terkejut. Aku menjelaskan semuanya apa yang dikatakan oleh profesor Edgar, kemudian aku mengambil mie dan memakannya ternyata enak sekali.

"Begitukah ? hmm aneh ... !" ayah terdiam, aku menatapnya.

"Aneh kenapa ayah ?" aku heran.

"Permintaannya itu kepadamu ! ya sudah makanlah ! pasti kamu laper !" aku tertegun ada apa yang sebenarnya terjadi.

---------

"Ayah belum tidur ?" aku menatap ayah sedang duduk di kursi teras rumah kami, seperti biasa sedang menghisap cerutu malam ini, dua bulan bertengger dilangit cerah dan berbintang, dia melirik ke arahku dan menggeleng.

"Belum Mark !" jawabnya.

"Apa ayah memikirkan tentang misi itu ?" tanyaku penasaran.

"Iya Mark ! ayah mau tanya kepadamu, apa kamu setuju ?" tanyanya, aku terdiam.

"Apa ayah tidak mau tahu asal usul planet Bumi ? tempat kelahiran ayah ?" aku balik bertanya, dia terdiam.

"Bumi telah lama mati anakku, tak bisa ditinggali lagi !" jawabnya.

"Kata profesor, semua sudah berubah !" ujarku.

"Jadi begitu ya ? kamu ingin pergi ? ayah tidak keberatan Mark. kamu sudah dewasa dan bisa menentukan nasibmu sendiri ! artinya kamu sudah membuat keputusan dalam hidupmu sendiri !" jelas ayah, aku terdiam.

"Yang jadi pertanyaan kenapa kamu ? bukan ayah meremehkanmu Mark ! tapi ini misi berat dan bukan sembarangan !" tanya ayahku.

"Aku juga sama ayah, tapi menurut profesor hanya aku yang satu-satunya masih ada keturunan ras manusia ! syaratnya hanya itu !" jawabku.

"Begitu ya, lalu tanganmu ?" tanya ayah, aku menghela nafas.

"Akan di ganti, ayah juga sama ! gratis !" jawabku.

"Oh itu bagus sekali ! rasanya memang harus diganti !" Ayah menggerakan tangan dan kaki robotnya.

"Dengan tangan robot manusia bukan mesin !" jawabku lagi, dia tertegun.

"Hmmm, itu bagus sekali ! dengan begitu ayah tidak aneh lagi dan aku bisa mendapatkan wanita lagi ! ha .. ha ... ha !" dia tertawa terbahak, betulkan kataku, ceritanya tak kupercaya kalau ibuku seorang ratu.

"Bukan hanya, aku, ayah dan lainnya ! tapi juga para robot di kota Silver !" kataku, mata ayah terkejut.

"Well itu tak heran, profesor dijuluki bapak para robot ! dan itu mungkin saja keinginannya membuat robot lebih manusia di banding sekarang !" jawabnya masih berpikiran positif tentang tindakan profesor.

"Kapan operasinya ?" tanyanya.

"Setelah aku dan ayah setuju tentang misi ini !" jawabnya.

"Oke, telpon dia ! kamu ingin ikut kan ?" ujar ayah, dan aku mengangguk dan masuk ke dalam rumah kemudian menghubungi profesor.

---------------

Beberapa hari kemudian, aku dan ayah menjalani operasi di rumah sakit Silver City dan itu termasuk juga labotarium milik profesor Edgar. Di mulai denganku, karena hanya lenganku saja, Setelah itu baru ayah, yang harus di operasi kedua tangan dan kakinya.

Aku berbaring di tempat tidur, tanganku masih dipasang berbagai selang. tetapi rasanya aneh. Harus diakui tangan buatan ini memang persis dan sama dengan manusia, chip di tekukku pun berbeda seperti ada aliran menuju otakku entah apa itu. Pintu kamarku terbuka dan profesor Edgar masuk dengan pembantunya tentu robot manusia, bisa disebut Rumah Sakit Silver sudah semuanya menggunakan robot manusia. Itu terlihat para 'dokter' dan 'perawatnya' sama dengan manusia hanya mereka masih kaku belum terbiasa dengan tubuh yang baru.

"Hallo Mark, bagaimana kabarmu hari ini ?" sapanya sambil tersenyum.

"Baik prof, bagaimana ayah ?" tanyaku, ia sedang memeriksa tangan baruku dan lainnya.

"Bagus, dia sedang istrirahat sama denganmu ! hmm ... bagus beberapa hari lagi semua bisa di cabut selangnya ! tapi kamu harus menjalani tes untuk keseluruhan ! oke ... kamu istirahat saja ya !" jelasnya dan dia pun pergi. Aku hanya mengangguk.

Beberapa hari kemudian aku menjalani serangkaian tes. Dari tes fisik, kekuatan tanganku dan sebagainya. Tanganku sudah mulai bergerak normal seakan tangan yang dulu hilang kini kembali, walau itu hanya tetap mesin atau robot tangan.

Begitu pun dengan ayah, kondisi kami sangat baik sehingga semua cepat kembali normal. Ayah tanpak gagah dengan tangan dan kaki barunya tidak aneh lagi dan dianggap cacat. Seperti dulu, Kami berdua berterima kasih kepada profesor atas apa yang telah dilakukannya.

Akhirnya waktunya aku harus pergi, ke Planet Central tempat berkumpulnya para anggota misi, hari sebelumnya aku pamitan kepada profesor Edgar di kantornya, dan ternyata proyek menanusiakan robot sedang berlangsung, banyak robot yang mendaftarkan untuk ambil bagian.

"Jadi kamu besok akan pergi ya ?" tanyanya kepadaku. Aku mengangguk

"Aku akan memberikan satu lagi hadiah untukmu !" dan dia memberikan sebuah kotak kembali. Ketika dibuka sebuah jam tangan ! aku tertegun dan menatap dia.

"Ini adalah robot jam tangan pintar multifungsi !" jelasnya dan dia memperlihatkan kegunaannya, aku merasa takjub.

"Terima kasih profesor !" jawabku dengan hati senang luar biasa,

"Sudahlah, Mark ... good luck !" ujarnya dan aku mengangguk pergi.

-----------------

Keesokan harinya kami meninggalkan planet Silver, makin lama makin menjauh. Aku akan merindukan semuanya.

"Bagaimana perasaanmu ?" tanya ayah sambil melirik kepadaku.

"Baik ayah !" jawabku sambil tersenyum.

"Oke, kita mampir dulu ke suatu tempat !" ujar ayahku, aku tertegun.

"Kemana ayah ?" tanyaku heran.

"Pamitan kepada ibumu ! sebelum kamu pergi !" jawabnya tenang.

"Ayah serius ? bukankah dia ratu ! mana mungkin mau bertemu !" jawabku dengan rasa tak percaya.

"Santai saja Mark oke ?" jawabnya sambil tertawa, "Tak sabar rasanya bertemu dia dan melihat ayah seperti ini !" lanjutnya sambil tersenyum, sedang aku hanya terdiam ...

Bersambung ...