webnovel

You and Me

Matahari masuk menyusup kamar tidur Abel lewat jendela yang terbuka. Membuat gadis itu menggeliat pelan di atas tempat tidurnya. Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi. Seharusnya gadis itu sudah berada di dalam kelas untuk kuliah, tapi dia masih bergelut dibalik selimut dengan malas.

Dahinya berkerut, matanya menyipit dan dia langsung menutup wajahnya dengan selimut saat silau matahari menerpa kulit wajahnya. Abel berpikir bahwa pasti ini perbuatan ibunya yang membangunkannya dengan cara yang sadis. Gadis itu memberenggut di dalam selimut bergumam kesal pada ibunya. Baru dia akan menutup matanya, selimutnya sudah ditarik paksa dari tubuhnya sehingga Abel harus bangun dari tidurnya.

"Ibu!!" Teriak Abel sambil membuka matanya. Tapi dia langsung diam seketika dengan wajah yang setengah sadar dan rambut yang berantakan. Dia menggosok-gosok matanya untuk memperjelas penglihatannya, mungkin dia masih bermimpi atau dia memang belum sadar sehingga berhalusinasi melihat Kevin berdiri didepan matanya.

"Ibumu baru saja pergi, dan sekarang kamu harus bangun. Cepat!!" Abel masih bergeming di tempat tidurnya seperti patung lilin. Dia masih bingung bagaimana bisa Kevin berada di dalam kamarnya pagi-pagi begini.

"Abel, aku bilang bangun, bukan bengong."

"Kamu menyusup ke kamarku?" Tanya Abel bodoh. Kevin tidak menjawab pertanyaan Abel, dia malah mendekati Abel dan membungkuk sampai wajahnya hanya berjarak satu jengkal dengan wajah Abel dan menatap gadis itu dengan tajam lalu menyeringai licik, seperti bukan Kevin yang biasanya.

"Cepat mandi, atau aku akan membuatmu sama sekali tidak bisa bangun dari tempat tidurmu." Abel membelalakan matanya lebar-lebar.

"Lakukan saja jika kau berani." Tantang Abel.

Abel mengangkat dagunya ke atas. Kevin yang merasa tertantang langsung mempersempit jarak di antara mereka. Sedangkan Abel semakin memundurkan tubuhnya ke belakang, berpikir bahwa Kevin serius dengan kata-katanya. Kedua tangan Kevin memegang erat kedua bahu Abel yang masih menatap Kevin dengan gaya yang menantang.

Selama beberapa detik tidak ada yang dilakukan Kevin, dia justru terpesona dengan kecantikan wajah Abel yang dilihat dari jarak sedekat ini. Sejak pertama dia bertemu dengan Abel sampai saat ini, tidak ada yang berubah dari diri Abel, gadis itu masih tetap sama, memiliki daya tarik yang tinggi sehingga Kevin sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Abel.

Seperti yang terjadi saat ini bukanlah yang pertama kalinya, tapi rasanya masih sama seperti dulu, hangat dan membuat pria itu ingin memiliki Abel seutuhnya.

Dia tidak bisa menahan atau menopang perasaan tersebut, untuk kesekian kalinya dia terlena dan lemah dihadapan gadis itu. Abel memejamkan matanya merasa memang itulah yang harus dia lakukan ketika Kevin memiringkan kepalanya kemudian tangannya menjalar menelusuri hingga ke tengkuk gadis itu, dan sedetik kemudian bibir mereka saling menyatu, beradu dan berpacu dengan lembut seakan-akan mereka masih memiliki banyak waktu untuk seperti ini.

Abel mengalungkan kedua tangannya ke leher Kevin membuat pria tersebut menggerakkan tubuhnya ke depan sehingga tubuh Abel semakin mundur dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

Ciuman pagi ini, manis, lembut sepertifoam pada cappucino yang disajikan di pagi hari. Semakin lama ciuman itu semakin melambat, dan tangan Abel menahan pundak Kevin, membuat dirinya terpaksa menghentikan aktifitasnya.

"Apa ibuku mengijinkanmu masuk ke kamarku untuk meniduriku pagi ini?" Abel memainkan ujung kerah kemeja Kevin dan menatap Kevin dengan seduktif.

Kevin tersenyum lalu mengulurkan tangannya keujung bibir gadis itu, dan mengusap sisa-sisa perbuatannya tadi.

"Aku akan melakukannya tanpa izin dari ibumu jika kau tidak segera bangun sekarang juga."

"Kalau aku tidak mau?" Abel tersenyum menggoda.

"Abel, jangan menggodaku. Kamu tahu, aku tidak akan bermain-main dengan perkataanku." Jawab Kevin dengan tajam.

"Aku-tidak-keberatan-jika-kamu-melakukannya-padaku." Ucap Abel dengan pengejaan di setiap kata.

Inilah yang membuat kenapa banyak terjadi kesalahan dalam pergaulan asmara, karena kaum wanita itu sendiri yang selalu bertindak bodoh dengan membangunkan singa yang sedang tertidur, jika sudah seperti ini dia tidak akan pernah melepas mangsanya.

Tanpa adanya konspirasi terlebih dahulu Kevin langsung menyambar bibir Abel secara bertubi-tubi membuat gadis tersebut kaget dan kewalahan.

Kemudian terdengar suara benturan dikepala Kevin. Abel memukul keras kepala Kevin dengan sebuah bantal membuat Kevin berhenti, dan kesempatan itu digunakan Abel untuk mendorong tubuh Kevin hingga terpental ke samping tubuhnya. Abel langsung tertawa keras-keras.

"Kamu memang mudah untuk digoda. Hahaha." Ledek Abel sambil memegangi perutnya merasa kram karena terlalu keras tertawa.

"Dasar Kevin mesum," Abel menggeleng-gelengkan kepalanya dan bangkit berdiri. "Kamu, izin dulu pada ibu baru melakukannya denganku." Ucap Abel sambil berkacak pinggang didepan Kevin yang kini masih terlentang tak berdaya.

***

Kevin langsung duduk di depan tv ruang tengah rumah Abel setelah Abel berhasil mempermainkannya. Dia masih kesal dengan perlakuan Abel yang menggodanya. Seharusnya dia memang tidak usah bermain-main dengan gadis tengil itu jika tidak ingin berujung pada kekalahan. Abel keluar dari kamarnya setelah selesai dengan aktifitasnya pagi ini, kemudian langsung mengambil duduk tepat disamping Kevin.

"sorry," ucap Abel saat dia duduk disamping Kevin. Mata Kevin masih menatap televisi, tapi dia mendengar apa yang diucapkan Abel.

"Kevin, jangan marah, ayolah aku hanya becanda." Kevin masih tetap tidak mengalihkan pandangannya.

"Kevin!!" Kini Abel berteriak kencang karena Kevin sama sekali tidak memedulikannya.

"Terserah kamu aja, lagipula itu hukumanmu karena kamu masuk kamarku seenaknya." Tidak ada respon dari Kevin. Abel semakin kesal kemudian bangkit berdiri, lalu membentangkan kedua tangannya di depan Kevin, dan menutupi pandangan Kevin dengan tubuhnya.

Kevin menatap Abel. Datar.

"Kalau kamu tetap tidak memedulikanku, lebih baik kamu pergi dari sini!!" kata Abel murka. Kevin mengembuskan napasnya.

"Iya, aku maafkan."

"Kau tidak tulus." Tunjuk Abel pada Kevin.

"Iy, Abel aku maafkan. Sekarang menyingkirlah, aku sedang menonton televisi." Ucap Kevin, kini dengan senyuman. Semudah itu Kevin bisa membuat Abel puas mendapatkan maaf dari Kevin, gadis itu langsung menyingkir dan duduk kembali.

"Kamu lapar enggak?" Tanya Abel tiba-tiba dan mengapit tangan Kevin dengan manja.

"Emangnya kamu mau ngasih aku makan?" Tanya Kevin sambil melirik Abel sebentar.

"Tentu saja! Aku udah buat sarapan untukmu." Jawab Abel dengan senyuman yang paling indah. Selama dua menit penuh, rasanya Kevin tidak bernapas sama sekali. Denyut jantungnya tiba-tiba berdebar dengan lebih cepat. Dia langsung menguasai diri.

"Abel," Kevin merengkuh tubuh Abel ke arahnya, sambil menyentuh pipi gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Dia memandang Abel dengan tajam.

"Iya." Jawab Abel gelagapan. Gugup bercampur cemas. Entah kenapa dia merasa tegang sampai-sampai suaranya ikut bergetar.

"Kaulah alasanku untuk tetap hidup. Kaulah alasanku untuk tetap bertahan di setiap harinya. Aku sangat mencintaimu dan aku menginginkan selamanya bersamamu." Abel langsung tersipu.

"Aku memiliki keinginan yang tinggi untuk menjadikanmu masa depanku," kata Kevin serius. "Aku menunggu waktu itu tiba dengan penuh kesabaran. Maka dari itu sayang, aku tidak ingin tewas pagi ini gara-gara masakanmu."

Raut wajah Kevin berubah cepat, dari serius menjadi cengiran lebar, dari cengiran lebar menjadi ledakan tawa. Sementara Abel terlihat begitu sangat kesal. Tak lama kemudian terdengar suara tamparan menggelegar. Abel melempar majalah yang terletak di meja samping. Kevin mengusap pahanya yang terkena pukulan. Dia seperti seekor lalat yang mengganggu lingkungan sekitar.

"Aduuh! Sakit! Kamu emang perempuan yang enggak bisa diajak bercanda!"