Jantungku sebetulnya dag dig dug tidak karuan, takut ketahuan aku peduli padanya. Di balik pintu, aku bersembunyi lalu mengintip dari jendela, karena tadi dia duduknya tepat berhadapan dengan pintu. Aku malah dibuat terkejut karena kepulangannya yang tidak terjadi.
"Jangan ngintip-ngintip, kalo kangen nggak usah malu," katanya pede.
"Ihhh … apaan, sih?" jawabku sewot sangat pelan.
Dia melihatku ternyata, yang menyembul di balik gorden jendela. Sialan. Kupikir dia akan bosan menunggu, bahkan akan pulang karena tidak dihargai sebagai tamu dan juga bos. Kini aku bertanya-tanya, apa tindakanku salah kali ini? Aku membuka pintu.
"Kenapa Bapak masih di sini? Nungguin siapa? Saya, kan, udah bilang kepala saya lagi nggak enak –"
Aku kehilangan kata-kata untuk meneruskan. Dia membisu di tempat, hanya melihatku dengan tampang mengejek kalau kulihat. Mungkin dia sedang menertawakanku yang malu karena ketahuan mengintip dirinya.
"Nungguin bapak kamu," katanya mantap.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください