webnovel

2. Terbangun dari mimpi

Nia diam di teras depan kelas sembari menatap ponselnya yang dibiarkan menyala karna sebuah panggilan. Ponsel tersebut terus bergetar cahaya kuning terus menyala tiada henti. Namun pemiliknya tidak menghiraukan. Laila menghampirinya. "Nia kamu kenapa?"

"Aku baik-baik saja."ujar Nia menyahuti pertanyaan Laila. Namun Laila melihat dari bola mata Nia berkaca-kaca seolah ingin mengatakan sesuatu namun ia tahan. "Aku sedih, setelah ini kita memiliki jalan yang berbeda. Kita tidak pernah tau apa yang akan kita hadapi kedepannya."

Laila kemudian memeluk Nia, dia menangis, tapi Laila paham bukan itu alasan yang jelas yang membuat Nia menangis sedih. "Ayo kita masuk, guru telah menunggu kita untuk ijazah" Laila menarik lengan Nia lalu mereka memasuki kelas.

****

"Siapa kamu?" tanya Laila ketakutan, kakinya mundur selangkah demi selangkah. Angin berhembus kencang seperti di pinggir pantai. Rambutnya melayang terbawa angin, tubuhnya gemetaran ketakutan. Kakinya terus melangkah mundur ke tepian atap gedung. Lelaki berjaket hitam berdiri gagah dengan kedua tangan di sakunya dia hanya tersenyum. Lelaki tersebut melangkah maju dengan pelan namun Laila tetap terus melangkah mundur dan....

"Aaaaaagghhh..."

Laila membuka matanya, tubuhnya berkeringat. Keringat di kening menetes ke pelipisnya. "Sungguh ternyata ini hanya mimpi." jantungnya berdebar cepat. Laila menempelkan telapak tangan kanan di keningnya lalu mengusap keringat yang menetes di pelisnya. "Mimpi apa ini?" kemudian Laila bangkit dari dipan tempat tidurnya dan pergi beranjak mengambil air mineral lalu meminumnya dan berusaha menenangkan diri.

"Laila.." terdengar suara memanggil namanya. Seorang wanita berusia 45 lebih berdiri di belakang Laila. Laila kemudian meletakkan gelas yang ia pegang.

Laila menutup kedua matanya sesaat kemudian membalikkan tubuh rampingnya menghadap wanita tersebut. "Ibu, kenapa ibu bangun di jam-jam ini?"tanya Laila sedikit gelisah dengan mimpinya.

"Ibu hanya tidak bisa tidur jadi ibu duduk di ruang depan sambil membaca Al-Qur'an setelah sembahyang malam." betapa sholehah ibunda Laila, di tengah malam begini dia menyempatkan dirinya untuk membaca kitab. Lain halnya dengan Laila, sibuk dengan ponsel dan teman-teman sebayanya. "Ibu juga dengar kamu teriak jadi ibu menghentikan bacaannya mencarimu di kamar ngga taunya kamu di sini."

Laila menangkap kursi dan meletakan kedua tangannya di atas meja makan. "Laila mimpi buruk bu, hampir jatuh dari gedung yang tinggi. Seolah nyata, Laila takut bu." Ibunda Laila mendekat kemudian mengusap rambut anaknya.

"Istighfar nak, barangkali kamu belum berdoa sebelum tidur." ujarnya mengingatkan.

"Mungkin saja. Aku cuci muka dulu bu, mungkin bisa lebih enakkan." Laila bangkit dari kursi kemudian beranjak mendekati kamar mandi untuk membasuh mukanya. "Nguras keringat benar mimpi kali ini. Mirip lari maraton ngos-ngosan."

Laila kembali ke kamarnya setelah selesai mencuci mukanya. Laila lalu merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur kemudian mengambil ponsel nya memeriksa barangkali ada pesan masuk. "Ternyata sepi, mungkin efek jomblo kali ya? Huh!!"