webnovel

Ku lepas kau dengan bismillah

Miranda amat sangat menentang poligami, tetapi pada akhirnya dia sendiri yang meminta suaminya Damar untuk menikahi Kinanti. Tidak ada alasan lain kecuali uang! Miranda mencintai suaminya, namun uang tidak lebih dari separuh hidupnya. Hingga dia rela mengizinkan suaminya berpoligami dan menikahi wanita kaya. Bagaimana kehidupan Miranda atas keputusan terbesarnya membiarkan Damar jatuh pada gadis kaya dan berhati lembut seperti Kinanti ? akankah dia bisa hidup bersama madunya sendiri?? Simak kisahnya ya dan terus dukung saya untuk terus berkarya ^^

A_blue · 都市
レビュー数が足りません
29 Chs

Chapter 23

Gadis dibalik pintu membelalak.

Sial! sial! sial!~ kutuknya pada diri sendiri. rasanya untuk berlari kali ini akan sedikit sulit. Mau tidak mau dia harus menghadapi dua wanita bermuka garang yang siap memberi perhitungan.

"kenapa Tanti?? bingung? mau lari??" cibir Miranda berkacak pinggang. "coba saja lari, kali ini aku pastikan kamu bisa merasakan dinginnya lantai penjara!" ancam Miranda sarkas

kulit wajah Tanti pucat pasi seperti kehilangan darah.

"ha~ hai Mir, apa kabar mu?" Tanti berusaha tenang ia tersenyum seolah tidak ada kesalahpahaman apapun.

Si muka tebal!!!

Miranda mendengus kasar." akhirnya kita bisa bertemu! bagaimana kamu bisa sekejam ini padaku,hah? kamu tau karena kamu keluarga ku jadi hancur?!"

Miranda melangkah satu jengkal membuat Tanti mundur perlahan. Kemarahan Miranda sudah di ubun-ubun.

"Mir~Mir~ aku bisa jelaskan, kita bisa bicara baik-baik"

"seharusnya kamu katakan itu sejak dulu! kemana saja selama ini?!!"

"Mir~ please" Tanti memelas.

"rasakan ini teman pengkhianat!!!" Raung Miranda.

Beberapa kali wanita yang menggelung rambutnya melayangkan clutch yang ia pegang pada tubuh orang yang punya andil besar atas semua hal yang telah terjadi pada pernikahannya.

Suaminya terlanjur tergadaikan!!!!

Tanti meringis kesakitan, namun ia berusaha menahan.

"aku ingin membunuh mu saja! kenapa kamu tidak enyah dari bumi hah?!" hardik Miranda kalap.

"aauuchh.~ maaf Mir" ringis Tanti

"maaf? apa maafmu bisa membuat suamiku tidak menikahi gadis lain? apa maaf mu bisa mengembalikan apa yang sudah aku korban kan??" raungnya dalam amarah yang membuncah.

Dengan cepat Tanti bersimpuh dikaki teman dari masa belia, tubuhnya bergetar " maaf Mir, aku juga mengalami hal yang sangat sulit, aku terlunta-lunta, bahkan Farel mencampakkan ku dan aku diusir orang tua ku" lirihnya dalam Isak tangis.

huh! sudah cukup kali ini tidak akan semudah itu percaya pada rubah kecil macam Tanti!

"aku harus percaya padamu? kau bahkan lebih rendah dari apapun?" nafas Miranda terengah-engah, rambut rapinya jadi sedikit berantakan. Dia benar-benar ingin melenyapkan gadis tidak tahu diuntung itu!

"Mir.. please beri aku kesempatan, aku akan jelaskan, aku berjanji aku akan memperbaiki semuanya" Tanti berusaha bernegosiasi.

Miranda menghentikan pukulannya, nyala matanya masih penuh amarah.

"Tan, aku sangat percaya padamu, tapi bahkan disaat terakhir pun kamu masih sanggup meninggalkan aku sendiri"

Tanti berdiri perlahan, tampak perut gadis itu menjembul. "a~aku~ aku terpaksa Mir, karena aku tidak hanya membawa diriku sendiri " isaknya perlahan mengelus bagian yang menjembul itu.

"apa maksud mu?!" Miranda terperangah netranya tertuju pada perut agak buncit didalam pakaian agak sedikit longgar.

"dia~ dia alasan ku" lirih Tanti membuat tak hanya mata Miranda yang membelalak tetapi juga Luna.

Gadis berdaster itu menunduk malu.

"iyuhhh~ loe emang menjijikkan ya"hardik Luna yang memang tidak suka pada Tanti.

yah! bisa dikatakan Luna mengenal Tanti karena gadis itu juga seperti terobsesi untuk menjadi seorang selebgram. Selalu berusaha masuk pada dunia yang tak seharusnya ada dia disana. Mengekori temannya Luna bernama Chiya seperti lalat!

Berkat informasi dari Chiya yang selalu di tempeli oleh Tanti mereka bisa menemukan gadis itu.

.

Tanti tertunduk mendengar hardikan Luna. Tapi dia tidak peduli, hardikan selebgram yang sedang naik daun itu bukan yang pertama kali ia dengar.

"Mir.~~ sekarang kamu sudah menemukan aku, terserah apa yang mau kamu lakukan, tapi aku mohon satu hal Mir, jangan sakiti bayi aku, karena cuma dia yang aku punya sekarang" lirih ibu hamil berwajah pasrah.

Miranda terhuyung. Bagaimanapun dia masih punya hati nurani. Tanti memang bersalah tapi ada satu jiwa yang tak seharusnya ikut menanggung kesalahan dari ibunya.

Jiwa yang tadinya keras sedikit melunak, amarah yang membuncah sedikit melebur.

Luna jadi gerah melihat perubahan drastis dari Miranda yang awalnya sangat ingin melenyapkan Tanti, tiba-tiba diselimuti kebimbangan.

"loe, ngga usah manfaatin anak haram loe buat mempengaruhi Miranda, sekarang mending loe tanggung jawab sama apa yang udah terjadi gara-gara loe!" sergah Luna memasang badan didepan Tanti.

Tanti menghela nafas kasar.

"Luna, kamu boleh hina aku apapun itu tapi jangan sekalipun kamu panggil bayi aku anak haram!paham kamu?!" nanar tatapan Tanti pada Luna dia tidak terima bayinya harus dihina oleh orang lain.

"terus, mau disebut apa, hah? emang kenyataan kan? kamu sama sekali belum punya suami tapi sekarang kamu sedang hamil, apalagi coba kalau bukan anak haram?!!!" cibir Luna membuat Tanti kalap, nyaris saja rambut selebgram yang tergerai indah menjadi santapan cengkraman Tanti yang mengamuk, untung saja Miranda segera melerai, jadi hanya kaos yang dikenakan Luna berhasil diraih oleh Tanti "ih dasar jalang, lepasin ngga! sudah ngga waras loe ya, bar bar banget!!! "

"kamu yang ngga waras! stop kamu bilang anak aku anak haram" balas Tanti dengan mata menyala, jika saja tidak ada bayi dalam perutnya mungkin dia sudah mengeluarkan jurus kamehame agar si Luna ini enyah.

"kenyataan kok, kenapa loe marah ?!"

"awas kamu ya!" Tanti mengepal tinju.

"ngga usah pegang baju gue dengan tangan kotor loe!" Luna berhasil menepis cengkraman pada kaos yang ia pakai .

Kuku-kuku tajam Tanti rasanya ingin merobek mulut lantam Luna, dia benar -benar kehabisan kesabaran.

"cukup~~ cukup~~!!!" teriak Miranda membuat tom and Jerry berhenti berkelahi. Luna memperbaiki kondisi rambutnya yang nyaris dijambak.

" ihh udah deh Mir, gue tunggu loe dimobil, gue ngga tahan sama kelakuan kasta bawah!" umpat Luna memperbaiki diri lalu memperhatikan kuku cantik yang baru ia ganti catnya dengan motif floral.

"ya pergi sana aku juga ngga mau liat manusia sok laku kayak kamu" balas Tanti tak kalah sengit!

Luna tidak menggubris ucapan si jalang yang terakhir, baginya menyelamatkan kuku lebih penting dari pada apapun! dia segera pergi meninggalkan dua orang yang punya urusan dalam negeri mereka sendiri.

Beberapa kali Miranda membuang nafas kasar, tatapannya masih tajam bak pedang siap menghunus lawannya.

.

Tak lama suasana agak lebih tenang, kali ini mereka duduk sofa sederhana satu-satunya diruangan itu.

"Miranda~~ aku tahu meskipun sampai mati aku ucap kata maaf semua ngga akan menjadi seperti semula, tapi aku benar-benar minta maaf" suara itu terdengar parau, Miranda terdiam dengan pandangan menggantung.

Tanti menghela nafas.

"hari itu~ aku baru tahu bahwa aku hamil, saat kita bertemu dikantor lama, aku kesana untuk mengambil beberapa berkas yang mungkin bisa aku manfaat kan, kamu tahu Mir aku terpaksa meninggalkan kamu waktu itu" narasi Tanti bermula, beberapa kali tampak ia mengusap air mata.

Begitu sesak untuk mengingat kejadian waktu itu. Dimana dunianya telah musnah seketika karena ulah seorang lelaki.