webnovel

Ku lepas kau dengan bismillah

Miranda amat sangat menentang poligami, tetapi pada akhirnya dia sendiri yang meminta suaminya Damar untuk menikahi Kinanti. Tidak ada alasan lain kecuali uang! Miranda mencintai suaminya, namun uang tidak lebih dari separuh hidupnya. Hingga dia rela mengizinkan suaminya berpoligami dan menikahi wanita kaya. Bagaimana kehidupan Miranda atas keputusan terbesarnya membiarkan Damar jatuh pada gadis kaya dan berhati lembut seperti Kinanti ? akankah dia bisa hidup bersama madunya sendiri?? Simak kisahnya ya dan terus dukung saya untuk terus berkarya ^^

A_blue · Urban
Not enough ratings
29 Chs

Chapter 24

"aku pergi ke apartemen Farel, kami bertemu tapi~~ dia bersama wanita lain dan tidak mau mengakui anak didalam perut ku, Farel pergi ninggalin aku dan semua masalah yang dia buat! hiks~ hiks~" Tanti menutup wajah dengan kedua tangannya, lalu memukuli dirinya sendiri " aku bodoh sangat bodoh, bahkan aku berfikir ingin mengakhiri hidupku, tapi aku takut Mir~ hidupku sudah penuh dengan dosa, jadi aku putuskan untuk melahirkan bayi ini meskipun tanpa ayahnya"

Miranda memijat kepalanya, dia merasa pusing. "kenapa kamu tidak mencari ku? kita bisa bicara kan dan mencari solusi "

"aku kalut Mir, aku bingung saat itu aku benar-benar takut, aku harus melewati semuanya, dikejar penagih hutang, penyewa apartemen sampai bayi di dalam perutku ini, dan aku malu bertemu dengan mu" imbuhnya menyeka air mata.

Miranda nelangsa, rupanya Tanti pun melalui masa yang pelik, bahkan mungkin lebih dari apa yang terjadi terhadap dirinya.

"aku~siap menerima hukuman apapun dari kamu Mir" Tanti meraih tangan Miranda hingga wanita itu tercekat, sorot mata memelas dari teman itu sungguh membuat sukmanya tak mampu untuk tidak memberikan satu kesempatan.

"aku akan pikiran, besok datanglah ketempat ku" Miranda menyodorkan sebuah kartu nama, Tanti menatap kartu nama itu dengan perasaan lega, setidaknya Miranda tidak terlunta seperti dirinya.

"jangan coba-coba kabur lagi atau kamu akan benar-benar menyesal kali ini!"

"iya Mir, aku janji~ aku akan perbaiki semua" ucap Tanti yakin.

yah! Dalam hati Miranda hanya bisa percaya pada temannya kali ini. Paling tidak semua orang berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua.

***

Kelas mewarnai telah usai, Arsenio menjadi instruktur kali ini. Putri kecil tampak sangat antusias mengikuti kegiatan mewarnai, meskipun mewarnai masih hal baru bagi anak berusia hampir mendekati tiga tahun.

"sus, ajak Amanda main kesana dulu ya" instruksi kinanti pada suster Ana, ia menunjuk bagian taman bermain kecil yang memang diperuntukkan bagi anak-anak.

"baik Bu" suster Ana segera membawa putri kecil yang riang menuju tempat bermain.

Kinanti mendekati Arsenio yang tampak tidak terlalu sibuk seperti sebelumnya hanya beberapa hal kecil yang sang pelukis lakukan.

"Arsen" panggil Kinanti membuat pria bermata teduh berpaling padanya "aku bawakan ini untuk mu" Kinanti menyodorkan kopi yang dikemas dalam botol, Arsenio tersenyum, rupanya wanita spesial di masa kuliah tidak melupakan minuman kesukaannya.

"kau bawakan ini,"

"ya, tadi aku mampir ke kedai kopi langganan kita dulu, aku ingat kamu sangat suka kopi ekspresso disana"

Arsenio menyambut kopi yang disodorkan kinanti padanya. Tanpa banyak kata pria yang dulu bertubuh tambun itu segera menegak kopi dari kinanti.

"Arsenio ~~ aku~ aku minta maaf untuk kejadian tempo hari"

"minta maaf? untuk apa ?"

"aku dan Damar sama sekali tidak bermaksud untuk~"

"hahahaha~~" terdengar suara Arsenio menertawai ekspresi bersalah dari mimik wajah sahabatnya.

Kinanti berdelik, dia jadi sangat malu ditertawai begitu.

"apanya yang lucu?" Kinanti bersungut membuat Arsenio makin tidak mau berhenti tertawa.

"kenapa kau jadi merasa bersalah begitu hah?"

Sepasang alis Kinanti menyatu, Arsenio tidak langsung menyambung kata-katanya, dia lebih memilih untuk meneguk kopi ditangannya.

"aku baik-baik saja, walaupun aku tidak menyangka kau akan jadi yang kedua untuk Damar" kali ini mimik wajah Arsenio terlihat serius, dia menatap teduh pada wajah putih bersih milik gadis yang ia sukai "aku berharap kau akan selalu bahagia, jika kau tidak bahagia kau bisa mencari aku disini, tujuan mu ke Indonesia hanya untuk memastikan kau hidup dengan baik dan bahagia "

Kinanti terdiam, ia menghela nafas, lalu mengalihkan pandangan pada jendela besar menghadap ke taman bermain.

"kau tidak ingin berterima kasih padaku?? aku jauh-jauh dari luar negeri pulang kesini hanya untuk melihat teman ku yang ternyata sudah menikah ini"

Kinanti memulas senyum tipis lalu mengucapkan kata "terimakasih selalu menjadi temanku"

"ya~ ucapan terimakasih akan diterima kalau aku sudah di traktir" Arsenio menimpali

Terdengar suara tawa Kinanti, "kamu mau aku ajak ke resto mana?"

"oh~no, aku sedang tidak ingin ke resto "

"lalu?"

" hmmm~~~ aku mau kita ke kantin kampus"

"apa? kamu mau kesana?" Kinanti terheran

Arsenio menjawab dengan anggukan.

"hmm baiklah, aku izin dulu dengan Damar, kita juga ngga akan pergi cuma berdua, aku bersama Amanda dan suster Ana"

"oke syarat diterima"

"oke~oke~ Kinanti merogoh tasnya untuk mengambil gawai, dia mencari satu nama tertulis disana dengan sebutan 'my lovely Damar'

Ting! satu pesan terkirim

[Damar, aku izin untuk pergi bersama Arsenio ke kantin kampus kita dulu, aku ajak Amanda dan suster Ana juga]

Damar mengerenyitkan dahi menerima satu pesan dari Kinanti. Butuh berapa menit untuk Damar membalas pesan itu.

[ya] hanya kata ',ya' sebagai balasan.

Tatapannya sangat serius kearah gawai yang ia pegang, membuat Sultan sang asisten menunggu tuannya memberikan perintah.

"maaf pak, apa ada lagi yang bisa saya kerjakan?" tanya Sultan membuat Damar tersentak

"ah, ya apa aku ada meeting setelah ini?"

"sebentar pak saya lihat dulu " Sultan melihat agendanya.

"ya ada pak kita akan bertemu klien sore ini"

"berapa jam lagi "

"kurang lebih satu setengah jam lagi "

"baiklah tolong batalkan, buat janji untuk besok pagi"

"hah?"

"kenapa? kamu tidak dengar?"

"baik, siap pak" Sultan undur diri meninggalkan tuannya yang tampak berubah seketika setelah menerima sebuah pesan diponselnya.

Kantin kampus.

Arsenio.

Kinanti.

akh! pikirannya jadi terganggu, seharusnya dia merasa biasa saja apalagi ada Amanda dan suster Ana disana. Tetapi ada yang mengganjal entah apa itu.

Bukankah Arsenio adalah teman lama mereka? kenapa perasaannya jadi gusar? Damar mengetuk meja dengan jari-jarinya, dia berusaha tenang tapi hal itu sia-sia.

Baiklah, sekian detik sangat berharga, Damar mengangkat tubuhnya hingga berdiri lalu meminta Sultan menyiapkan mobilnya, dia akan pergi beberapa menit lagi.

***

Suasana kantin kampus tidak terlalu ramai, karena hari hampir sore, hanya ada beberapa mahasiswa yang duduk berkelompok seperti tengah membahas sesuatu yang penting.

ah~ kantin kampus, tempat menyimpan banyak kenangan bagi tiga orang yang bersahabat. Salah satu dari mereka adalah seorang gadis yang suka menyendiri, tidak terjamah dan jarang bicara, namun sekarang memiliki bisnis yang sukses , dia menjelma menjadi gadis menawan yang suka tersenyum namun tetap sulit ditebak isi hatinya.

Tempat favorit sang gadis berada di pojokan dekat jendela, tidak banyak yang berubah hanya kursi dan meja yang telah di upgrade jadi lebih kekinian. Beruntung tidak ada yang menempati, mereka jadi memilih duduk disana.

Tempat itu seolah menghadirkan sosok pria yang mendekatinya di awal perkenalan mereka. Kinanti mengulum senyum, kenangan tentang Damar menggelayut dalam benaknya.

"apa selera mu masih sama?" tanya Arsenio memperlihatkan daftar menu disana. "sepotong Sandwich dengan sedikit mayonaise dan kentang goreng?" lanjut sang pria tak luput tentang selera sang gadis.