webnovel

Ketika Dia Pergi Sebentar

Ini bukan kisah laki-laki yang tampan dan juga kaya raya. Dengan wajah yang jelek, dan tidak mempunyai banyak uang tetapi Prasetyo juga ingin merasakan rasanya di cintai dan mencintai seseorang, bagaimana Prasetyo mendapatkan cewek yang bisa menerima wajah buruk rupanya? Prasetyo merupakan seseorang yang sudah bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup besar, ia di sana juga sudah bekerja cukup lama. Bekerja dengan sistem shift cukup menguntungkan bagi Prsetyo sendiri. Uang demi uang ia sisihkan untuk biaya pernikahannya yang akan terjadi sekitar beberapa tahun lagi. Namun, ketika mendekati acara pernikahannya, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja dengannya atau bisa di sebut partner kerjanya. Mengerjakan pekerjaan bersama, istirahat bersama, dan sudah sering menghabiskan waktu bersama juga dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya sempat di tegur oleh bosnya, apa yang akan di lakukan mereka berdua? Apakah yang harus di lakukan Prasetyo dalam masalah ini? Apakah akan tetap melaksanakan pernikahannya yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari dengan kekasihnya yang bernama Devi atau malah memilih bersenang-senang dengan partner kerjanya yang bernama Mei? Ini juga bukan tentang kisah percintaan saja, tapi juga memberikan pembelajaran tentang dunia kerja yang sangat keras dan licik.

Ervantr · 現実
レビュー数が足りません
279 Chs

Solitude

Raisa bangkit berdiri dan mengajak Naya turun ke bawah. Sesampainya di sana, ternyata laki-laki itu sudah ada di sana.

Raisa menghampiri Budi dan memeluknya sekilas dan saat itu Naya langsung membuang pandangannya ke sembarang arah.

"Ngapain lo di sini?" Laki-laki itu bertanya.

Naya ikut duduk di berhadapan dengannya. Ia memutar matanya malas. "Lo ngapain ngapel malem-malem?"

"Mau ketemu cewek gue dong. Lo nggak ada niat mau pergi gitu? Atau tetep mau jadi nyamuk?"

"Budi, ih! Jangan gitu," kata raisa memperingatkan.

Naya bangkit berdiri dan menengadahkan tangannya pada laki-laki itu.

"Apa?"

"Minjem motor lo"

"Nggak, lo punya sendiri"

Naya berdecak kesal. "Moren udah dijual sama bokap gue. Udah, sini cepetan kuncinya kalau nggak gue ganggu nih kalian berdua."

Laki-laki kemudian menyerahkan kunci motornya dengan setengah ikhlas. Naya menerimanya dengan senyum lebar. Seharian tidak naik motor rasanya seperti ada yang kurang. Seperti makan bakso tanpa saos.

ロックされた章

webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください