"Zahra bagaimana keadaanmu sekarang? mana yang sakit? apa tadi pagi kamu sudah sarapan?", kata Husna yang menanyai Zahra begitu banyak pertanyaan seperti layaknya wartawan.
"Aku tidak apa-apa Husna, kenapa kamu tidak ke kelas, nanti kamu ketinggalan pelajaran loh", kata Zahra dengan suara lesu yang tidak mau merepotkan Husna.
"Tidak apa-apa bagaimana, kamu tadi mendadak pingsan dan membuatku khawatir", kata Husna dengan cemas.
"Maaf ya aku sudah merepotkanmu dan membuatmu merasa khawatir", kata Zahra yang berusaha duduk.
"Tidak kemaren kamu juga membantuku. Sudah, kamu istirahat dulu", kata Husna dan langsung dituruti oleh Zahra Karena kepalanya terasa pusing lagi, Husna menyodorkan minuman kepada Zahra.
"Ini tehnya diminum dulu mumpung masih hangat", kata Husna sambil membantu Zahra duduk untuk minum.
"Husna, terima kasih ya", kata Husna tiba-tiba butiran air keluar dari matanya.
"Sama-sama Zahra, eh kenapa kamu menangis?", tanya Husna yang takut terjadi apa-apa pada Zahra.
"Sebenarnya aku sudah lama tidak merasakan ada yang peduli padaku, aku merasa bahagia bisa bertemu denganmu Husna", kata Zahra sambil mengusap air matanya.
"Sudahlah Zahra kita itu kan sudah menjadi sahabat, jadi sahabat harus selalu ada untuk sahabatnya, bukan hanya ada ketika ia senang, tetapi juga sedih, oke. Sudah jangan menangis lagi", kata Husna sambil memeluk Zahra, Zahra pun membalas pelukan Husna dengan erat.
"Ayo Husna, kita ke kelas, aku sudah lebih baik sekarang", kata Zahra sambil berusaha berdiri.
"Tidak, kamu harus istirahat dulu, nanti kalau kamu sakit lagi bagaimana?", kata Husna yang mencegah Zahra berdiri.
"Baiklah, kamu ke kelas saja dulu, aku sudah lebih baik kok, jadi nanti kamu bisa memberitahu mata pelajaran terakhir", kata Zahra.
"Tidak, aku tidak mau meninggalkan sahabatku sendirian di sini, dalam keadaan seperti ini aku harus ada untuk sahabatku, kalau soal pelajaran kan bisa bertanya teman yang ada di kelas", kata Husna tetap berusaha menemani Zahra.
Akhirnya Zahra memperbolehkan Husna menemaninya. Husna dan Zahra tidak mengikuti semua mata pelajaran pada hari ini karena berada di UKS. Waktu sudah menunjukkan waktunya kuliah selesai. Setelah Zahra merasa lebih baik ia memutuskan untuk pulang. Husna berusaha untuk meminta mengantarkan Zahra pulang, tetapi Zahra tetap menolak. Karena Zahra tidak mau diantar Husna, Husna menawarkan untuk memesankan taksi. Akhirnya Zahra mau. Husna dan Zahra berbincang-bincang sambil menunggu taksi yang dipesannya datang.
"Husna aku pulang dulu ya", kata Zahra.
"Iya hati-hati di jalan, jangan lupa makan dan istirahat", kata Husna sambil mengantar Zahra menuju taksi.
"Iya, Assalamu'alaikum", salam Zahra.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh", jawab Husna.
Setelah melihat taksi yang dikendarai Zahra pergi menjauh, selang beberapa menit Afan menjemput Husna.
"Assalamu'alaikum, sudah nunggu lama ya na", salam Afan.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, gak kok kak", jawab Husna.
"Kok kamu sendirian gak sama Zahra", kata Afan sambil memberikan helm kepada Husna.
"Cie nyariin Zahra", kata Husna meledek Kakaknya.
"Ih apaan sih, ditanya baik-baik palah kayak gitu sama kakaknya", kata Afan tersipu malu.
"Iya iya kak, Husna minta maaf, tadi Zahra sakit jadi pulang duluan", kata Husna.
"Innalilahi wa innailaihi rojiun, semoga Zahra cepat sembuh", kata Afan.
"Aamiin", jawab kakak beradik tersebut serempak.
Di tengah perjalanan keduanya bersenda gurau bersama. Sesampainya di rumah Afan ingin langsung pergi ke rumah sakit, tetapi Husna bersikukuh ingin ikut ke rumah sakit. Afan selaku kakaknya melarang Husna ikut, untuk beristirahat dahulu karena sepulang sekolah pasti lelah. Padahal Husna sudah beristirahat seharian di UKS, Husna tidak menceritakan kalau dirinya tidak mengikuti pelajaran bisa-bisa ditanyai banyak pertanyaan oleh kakaknya seperti soal pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 5W+1H. Akhirnya Husna menurut dengan kakaknya dan berada di rumah sendirian. Husna menghubungi salah satu teman sekelasnya untuk bertanya mapel yang ia tinggalkan.
*****
Keesokan harinya Husna berangkat menggunakan motor sendiri karena Abinya masih dirawat di rumah sakit. Hari ini Husna mengikuti lomba Tilawatil Qur'an. Zahra tidak masuk sekolah karena masih sakit jadi Husna hanya ditemani Bila.
"Aduh Bil gimana nih aku deg-degan banget, sebentar lagi giliranku", kata Husna sambil memegang tangan Bila.
"Udah gpp, kamu pasti bisa kok", kata Bila menyemangati Husna.
Tibalah giliran Husna.
"Husna semangat kamu pasti bisa", kata Zahra sebelum Husna pergi.
"Terima kasih Bila", kata Husna.
Husna menarik nafas untuk menenangkan dirinya. Tidak terasa Husna telah selesai mengikuti perlombaan tersebut. Husna menarik nafas lega.
"Alhamdulillah akhirnya selesai", kata Husna sambil menghampiri Bila.
Setelah selesai lomba Husna dan Bila melanjutkan aktivitasnya masing-masing, karena berbeda jurusan. Husna merasa kesepian saat Zahra tidak berangkat. Tetapi karena Husna merupakan tipe orang yang mudah bergaul jadi Husna sesekali mengobrol dengan salah satu teman dikelasnya.
*****
Sudah tiga hari Zahra tidak masuk sekolah Husna merasa cemas. Keesokan harinya Husna memutuskan untuk menanyakan alamat rumah Zahra kepada salah satu teman sekelasnya yang kebetulan dulu satu sekolah dengan Zahra dan menjenguknya sepulang sekolah.
Di dalam kelas
"Vita", panggil Husna ke arah perempuan berjilbab biru.
"Ya (sambil menoleh ke sumber suara) eh Husna ada apa", kata Vita berjalan menuju Husna.
"Maaf mengganggumu aku mau tanya kamu tahu alamat rumahnya Zahra tidak?", tanya Husna yang berharap Vita tahu.
"Em tahu memangnya kenapa", kata Vita.
"Aku Meu menjenguk Zahra", kata Husna.
Vita menuliskan alamat rumah Zahra di selembar kertas dan menyerahkannya kepada Husna.
"Husna sejak kapan kamu dekat dengan Zahra?", tanya Vita karena tahu sifat Zahra yang sulit bergaul.
"Sejak pertama masuk ke kelas ini", kata Husna.
"Oh ya, bagaimana kalian bisa berteman padahal sikap kalian berkebalikan", kata Vita yang seolah tak percaya.
"Em ya begitulah, kalau diceritakan mungkin akan panjang x lebar", kata Husna tertawa sedikit karena sudah seperti rumus matematika.
"Aku juga mau menjenguk Zahra mari kita pergi bersama-sama", kata Vita.
"Oke", kata Husna sambil mengangkat tangan.
Sepulang sekolah Husna dan Vita pergi bersama untuk menjenguk Zahra, Husna dan Vita berboncengan dengan menggunakan motor Husna, karena biasanya Vita diantar jemput oleh supirnya. Setelah sampai di depan rumah Zahra, Husna terkejut karena rumah Zahra yang begitu besar, hampir sama besarnya seperti rumah Vita, (Husna tahu rumah Vita karena pernah belajar kelompok bersama). Husna terkejut karena penampilan Zahra yang sederhana dan tidak sombong walaupun ia orang yang berada. Vita menekan bel rumah Zahra.
"Ting tong... Ting tong... ", suara bel berbunyi. Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah pembantu di rumah Zahra yang membukakan pintu.