webnovel

Keajaiban untuk Hati

Aku berencana menjalani hidup dengan tidak mencintai siapapun, tapi hidup hampir tidak pernah berjalan sesuai rencana. Aku yang tidak ingin mencintai malah berakhir menjadi seseorang yang tidak bisa berhenti mencintainya dan semakin mencintainya, mencintai dia yang selalu mematahkan hatiku secara berulang. Ironis. Aku yang biasanya dingin, hidup dengan wajah datar tanpa ekspresi, tidak terpengaruh atau tersentuh oleh apapun, dan tidak pernah memberi makna untuk peristiwa tertentu dalam hidup, pada akhirnya berakhir menjadi perempuan bodoh yang mencintainya hingga kehilangan akal sehat juga diriku sendiri. Ryan Idroes, pria bodoh itu selalu mampu mencabik-cabik hatiku tanpa melakukan apapun. Aku tidak pernah mendapat perlakuan seburuk ini, bahkan pria yang nyaris sempurna seperti Reza Pratama Harun, menantu idaman bunda, tidak pernah menyeretku hingga ke dasar, apalagi membuatku membumi dan jatuh ke tanah. Tapi, Ryan sungguh membuatku terkubur dalam lubang penderitaan terdalam. Setelah 10 tahun menetap di Inggris, Ryan Idroes kembali tanpa perasaan bersalah. Ah, dia tidak kembali padaku sebagai kekasih, sejak awal tidak pernah ada hubungan seperti itu di antara kami. Baginya, aku hanya adik perempuan merepotkan yang sering mengusik hari-harinya dulu. Untukku, dia adalah seseorang yang selalu aku cintai dalam diam, dalam jarak, dan dalam do'a yang diam-diam kulangitkan saat perasaan cinta itu terlalu menusuk. Meskipun dia kembali, semuanya telah berubah. Bagaimana mungkin aku mengharapkannya masih sendiri, ketika selalu ada wanita cantik seperti Anne Kumala untuk setiap pemeran utama pria sepertinya. Dan, tentu saja, aku patah hati untuk kesekian kalinya. Di tengah kemelut hati, aku bertemu dengan sahabat Ryan Idroes, Hanan Mikail, pria menyebalkan yang tiba-tiba melabeliku sebagai "Future Wife". Tapi bagaimana mungkin label itu menjadi kenyataan ketika sudah ada pemeran utama wanita dalam hidupnya, Bella Puteri Irsyad, wanita yang sangat cantik dan nyaris sempurna. Bagaimana mungkin aku tidak bersimpati pada Bella, ketika dia terlihat persis sepertiku; mengharapkan cinta yang hampir mustahil mendapat balasan. Penderitaan Bella mungkin tidak lebih sedikit dariku hingga sanggup menukar seluruh hidup hanya untuk sebuah kalimat sederhana, "Aku juga mencintaimu". Jika keajaiban itu benar-benar ada, aku juga tidak keberatan menukar seluruh hidupku untuk cintanya, atau sekedar sedikit lebih lama menetap dalam hatinya, atau sekedar mendengar kalimat yang lebih sederhana, "Sesekali, aku akan merindukanmu".

Aula_Lee · 若者
レビュー数が足りません
132 Chs

Kekacauan yang Tidak Berujung

Aku melirik jam yang hampir mengarah pada pukul 11 PM. Malam sudah mulai larut meski cahaya bintang belum redup.

Aku keluar kamar menuju kolam renang di lantai bawah; terhampar di sisi kanan rumah dan persis berada di bawah kamarku. Lalu, mencelupkan kedua kaki ke dalam air, merasakan hawa dingin, udara dan angin malam.

Semua itu bahkan belum bisa menyamai setengah dari rasa sakit yang kualami.

Aku menerawang ke langit, pemandangan benda-benda pijar di atas sana membuatku takjub sekaligus terhibur. Meski tidak bertahan selamanya, bintang-bintang itu mengalihkanku dari kekacauan panjang yang tidak berujung.

Sejak kecil, keindahan langit malam tidak pernah gagal menghiburku. Ryan tahu itu, mungkin hal itu yang melatarbelakangi alasannya menghias langit-langit kamarku agar terlihat serupa.

Diam-diam aku menangis, air mata berderai tanpa penghalang meluapkan rasa sakit yang teramat dalam.

Tanpa pemberitahuan, Ryan muncul di sebelahku dan menirukan apa yang aku lakukan; mencelupkan kaki ke dalam air.

Seketika air mataku tertahan meski pipi masih terasa lembab dan hidung masih memerah. Dia hanya duduk di sana dalam diam tanpa bertanya apapun. Bagaimana aku bisa mengatasinya ?

Setelah cukup lama menemaniku dalam diam, dia pergi tanpa mengatakan apapun. Lalu, kembali bersama satu cup ice cream berukuran besar dan air putih.

"You can eat as much as you wish", ucapnya seraya meletakkan ice cream di pangkuanku.

Dalam diam yang tenang aku meraih ice cream tersebut dan menikmati setiap lelehannya. Keinginanku sederhana saja, seperti ice cream yang meleleh, aku berharap begitupun perasaanku. Tidak banyak yang aku harapkan, selain kesedihan itu mencair, lalu hilang.

Harapan itu tidak sejalan, air mata kembali mengalir meski telah kutahan. Tangisan itu tumpah, tidak lagi terbendung. Aku lelah, perasaan ini melelahkan. Aku tidak pernah jujur pada diriku sendiri, berusaha tampil sebagai perempuan tangguh di hadapannya. Sekarang, aku menyerah menjadi kuat di hadapannya.

"You can tell me everything", ucapnya.

"I know, there's something wrong with you", lanjutnya.

Aku tidak menanggapi karena kepalaku mulai sakit sekaligus lelah. Pelan-pelan air mataku juga mulai kering. Semua menjadi serba salah, menangis itu melelahkan, jikapun tidak menangis akan lebih melelahkan.

____________________________________

Ryan mengikuti Ara sejak awal dan memperhatikannya dari jauh sebelum akhirnya mendekatinya dan duduk di sebelahnya.

Ryan melihat Ara menangis sejak awal.

Dan, lagi, Ara TIDAK TAHU itu.

Ryan selalu menduga seseorang telah memiliki hati perempuan yang dicintainya itu, tanpa tahu dia adalah orang yang telah mengambil hati dan separuh hidupnya.

Dan, lagi, Ryan SAMASEKALI TIDAK MENYADARI fakta itu.

Aula_Leecreators' thoughts