webnovel

Nico Flirting Cahya

"Nico, balikin nggak!" pekik Cahya saat tiba-tiba buku yang dibacanya diambil oleh Nico begitu saja. Sontak saja dia merasa kesal karena kegiatannya membaca figanggu oleh Nico yang saat ini langsung duduk di sampingnya. Rencananya dia ingin menyendiri malah Nico mendekatinya dan itu membuat Cahya merasa tidak nyaman. Dia belum pernah sedekat itu dengan Nico. Semenjak kemarin malam Nico membantunya Nico mendekati Cahya.

"Gue pengen tau aja Lo baca apa, kenapa kok sendirian? Nggak ikut Arsen ke kantin?" tanya Nico, dia menoleh ke samping dan matanya tak lepas memandang wajah cantik Cahya yang menurutnya tidak pernah membosankan. Sebenarnya banyak yang menyukai Cahya. Hanya saja mereka tidak berani karena selalu ada Arsen di samping Cahya. Hal itulah yang mengurungkan niat mereka untuk memacari seorang Cahya Melati. Tetapi tidak untuk Nico, dia sangat berani mendekati Cahya. Menurutnya wajar bukan? Sebab Arsen hanyalah sahabat Cahya. Kecuali jika Cahya itu pacar Arsen, maka dia akan mundur paling cepat.

"Ngapain ke kantin sama Arsen? Aneh banget, kan dia sama Sandra? Nah Lo ngapain nemuin Gue ke sini?" tanya Cahya balik, saat ini semua murid sedang asyik dengan dunianya sendiri-sendiri. Ada yang ngobrol dengan teman-teman mereka, ada yang ke perpustakaan untuk si paling kutu buku. Dan ada juga yang bermain basket atau volly hanya untuk mengisi waktu istirahat di sela-sela jam pelajaran.

"Kirain Lo mau nungguin mereka pacaran," jawabnya sambil cekikikan tidak jelas. Kini pandangannya beralih ke depan yang terdapat bunga-bunga yang sudah ditanam dan dirawat dengan rapi oleh tukang kebun. Objek yang satu itu membuat siapa saja merasa nyaman saat duduk santai di situ.

"Kurang kerjaan."

"Btw, Lo kemarin malam Gue minta maaf ya karena nggak bisa bantu Lo saat dimarahin ibu Lo," ucap Nico merasa bersalah. Nico kasihan sekali dengan Cahya saat itu. Bahkan dia melihat jika Cahya ditampar saat dirinya belum pulang kemarin.

"Nggak apa-apa, Gue mah udah biasa kayak gitu. Jadi Lo nggak perlu merasa bersalah. Justru Gue mau terima kasih sama Lo karena udah mau bantu Gue dari para preman itu," sahut Cahya sambil tersenyum ke samping menatap Nico. Nico yang melihat itu langsung dadanya berdebar tak karuan. Belum pernah dia berada sedekat ini dengan Cahya sehingga melihat senyuman manis di wajah Cahya dengan jarak yang begitu dekat membuat Nico terpesona.

"Kebetulan aja Gue lewat, tapi kemarin kenapa Lo nggak sekolah? Lo sakit?" tanya Nico dengan nada yang terdengar khawatir. Belum pernah dia peduli dengan cewek yang dekat dengannya sebelum ini. Hanya pada Cahya Nico begitu. Sehingga dia ingin mendekati Cahya. Perasaan yang dia simpan selama ini kian membuncah.

"Cuma nggak enak badan dikit, tapi malamnya udah mendingan kok," jelas Cahya, matanya kembali fokus pada buku bacaan yang ada di pangkuannya. Tanpa Cahya sadari, jika dari kejauhan di dekat kantin ada Arsen yang memperhatikan dirinya dengan Nico. Arsen baru saja keluar dari kantin dengan Sandra dan tidak sengaja dia melihat Cahya bersama Nico dengan jarak yang begitu dekat.

"Oh, Gue khawatir kalau Lo sakit gara-gara dimarahin ibu Lo. Oh ya Ca, kalau weekend Lo kemana?" tanya Nico penasaran. Pasalnya besok adalah hari weekend dan dia ada niat ingin mengajak Cahya pergi keluar.

Cahya menoleh pada Nico dan ingin menjawab pertanyaan Nico. Namun tiba-tiba ada Arsen yang muncul sendirian tanpa Sandra. Cahya yang melihat Arsen datang sendirian merasa tidak enak karena perkataan Sandra tadi pagi. Rencananya dia ingin menghindari Arsen malah dia datang mendekatinya.

"Arsen? Kok Lo udah ada di sini sih? Bukannya Lo tadi ada di kantin sama Sandra?" tanya Nico saat dia melihat ada Arsen yang muncul di hadapanya. Membuat Nico mendengkus kesal. Menurutnya Arsen hanya mengganggu saja kedekatannya dengan Cahya.

"Memangnya kenapa kalau Gue ke sini? Ganggu Lo? Cahya, Nico flirting in Lo?" Arsen tidak mempedulikan Nico, dia malah bertanya pada Cahya yang saat ini malah salah tingkah saat tiba-tiba Arsen menatapnya. Cahya selalu terpesona dengan Arsen, dia sangat tampan. Bagaimana caranya untuk dia melupakan Arsen jika dirinya saja selalu berada di sekitar Arsen. Cahya tersiksa dan dia merasa jika perasaan cintanya dengan Arsen semakin mendalam.

Cahya mendongak pada Arsen yang berdiri di depannya. "Nggak tuh, dia gangguin Gue baca dari tadi. Padahal Gue pengen sendiri," jawab Cahya sambil tertawa lucu, dia hany mengerjai Nico saja dan hal itu malah membuat Nico gemas. Tatapannya penuh damba sehingga Arsen yang melihatnya langsung membuka suara lagi.

"Lo kalau mau godain cewek liat-liat Nic. Cahya tuh rajin, mana mau dia dideketin ama Lo yang badboy gitu," celetuk Arsen dan itu membuat Cahya tergelak sedangkan Nico memutar bola matanya malas menanggapi ucapan Arsen.

"Tau ah, Lo ganggu Gue banget ama Cahya. Sana sama Sandra!" jawab Nico, lalu Arsen malah duduk di tengah tepat di samping Cahya. Sehingga membuat Cahya yang tidak menyadari jika Arsen akan duduk di sampingnya langsung terkejut dan berdebar tak karuan. Cahya lalu mengggeser bokongnya agar tidak berada di dekat dengan Arsen. Berada di dekat Arsen membuat jantung Cahya selalu tidak aman.

"Udah barusan, dia ada di kelas." Arsen menjawabnya dengan santai.

Lalu Cahya bangkit dari duduknya. Dia merasa tidak nyaman kali ini karena Arsen sudah mempunyai kekasih. Dia takut jika nanti Sandra akan salah paham jika dia ada di dekat Arsen. Biasanya Cahya merasa biasa saja saat ada di dekat Arsen. Namun saat ini situasinya berbeda, Arsen sudah ada yang punya. Sehingga dia harus menjada perasaan Sandra.

"Gue mau balik ke kelas dulu," ucap Cahya pada Arsen dan Nico. Kebetulan sekali tepat saat itu bel masuk jam ketiga sudah berbunyi.

***

Setelah semua murid mengikuti pelajaran hingga jam terakhir kini tiba waktunya pulang. Cahya keluar kelas lebih dahulu. Kali ini dia tidak ingin pulang bersama Arsen mengingat tadi pagi Sandra yang mengatakan jika dia ingin pulang bersama Sandra. Cahya membayangkan jika Arsen pulang bersama Sandra pasti sangat romantis sekali sebab dia membonceng Sandra menggunakan sepedanya. Hal yang dulu pernah dia lakukan dengan Arsen saat mereka masih duduk di bangku SMP.

"Ay!" panggil Arsen saat dia melihat Cahya yang berjalan cepat dan hampir tiba di parkiran. Cahya yang mendengar namanya dipanggil langsung menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya.

"Ada apa Ar?" tanya Cahya sambil menunggu Arsen berjalan mendekatinya. Ada Sandra di samping Arsen.

"Gue mau pulang bareng Sandra dan mampir ke suatu tempat. Lo nggak apa-apa kan pulang sendiri?" tanya Arsen merasa tak enak.

"Nggak lah, lagian Gue juga ada perlu beli sesuatu buat ibu dulu. Kalau gitu Gue duluan ya Ar, San?" jawab Cahya lalu melanjutkan langkahnya lagi seraya membalikkan tubuhnya dengan perasaan sesak sebab melihat orang yang dia cintai bersama dengan orang lain. Entah sampai kapan Cahya memendam perasaannya itu sendirian, dia sendiri tidak tahu.