webnovel

Kamu Seperti Kekasihku

Setelah kehilangan kekasihnya sekaligus calon suaminya yang bernama Arkana, Nindya harus menghadapi banyak masalah. Dia harus rela menikah dengan pria bernama Ray karena dia harus melakukan sebuah pernikahan bisnis. Namun, disaat Nindya berada di jurang keputus asaannya. Dia bertemu dengan pria yang 'mirip dengan Arkana.' Akankah Nindya meneruskan pernikahan dengan Ray? Atau mungkin dia memilih untuk bersama dan memperjuangkannya cintanya bersama pria yang mirip dengan Arkana? Lalu, Akankah kematian Arkana mengungkapkan banyak misteri yang tersembunyi selama ini?

Dhini_218 · 都市
レビュー数が足りません
51 Chs

Mengapa dia terlihat sama (2)

Ray merasa sangat kesal. Dia tidak kembali ke rumahnya melainkan pergi ke club' malam.

Dia menghabiskan banyak minuman hingga dirinya mabuk.

"Sial! Kenapa kamu tidak pernah mencintaiku, kenapa?" Teriak Ray, dia seperti orang gila dan menghancurkan banyak barang disana hingga kerusuhan pun terjadi.

Tiba-tiba ada seorang pria datang menghampirinya dan melihat keadaan Ray yang terlihat sangat menyedihkan.

"Hei Ray, kamu kenapa?" Tanya pria itu. Dia duduk disamping Ray yang sedang terlihat marah.

Ray menoleh dan melihat wajah pria yang mengenalnya dan siapa lagi kalau bukan Ardhan, dia adalah adik tirinya Arkana.

"Kamu? Kenapa kamu ada disini?" Tanya Ray, dia menghentikan aksinya dan melempar kartu gold kearah pelayan untuk mengganti semuanya.

Dalam keadaan setengah sadar, Ray mencoba melihat kembali wajah Ardhan.

"Hahaha … itu kamu, itu kamu Ardhan! Ada apa? Kenapa kamu mencari aku?" Tanya Ray, dia mencari air putih untuk mengurangi rasa mabuknya.

Ardhan tertawa dan mengambil gelas, dia menuangkan Vodka yang ada disana dan meminumnya hingga habis.

"Aku disini hanya ingin bertemu dengan kamu. Memangnya kenapa kalau aku ingin bertemu dengan teman yang sudah membantu aku untuk mencapai tujuan utama aku," ucap Ardhan, dia tertawa sambil menepuk bahu Ray.

Dia menatap Ray dan melihat keadaan Ray yang tidak pantas untuk dia lihat.

"Kenapa kamu seperti ini? Mana Ray yang aku kenal? Pria tampan, gagah dan arogan ini kenapa menjadi menyedihkan seperti ini? Bukannya sebentar lagi kamu akan menikah dengan wanita cantik mantan calon istri almarhum kakakku tercinta itu," ucap Ardhan. Dia tertawa kembali sambil menyesap minuman yang dia tuangkan sekali lagi..

Ray, tertawa bodoh. Dia melihat kearah ardhan dan berkata, "Ya. Aku akan menikah dengannya dan dia akan menjadi milikku selamanya tapi, hatinya tidak pernah mencintaiku. Bahkan pria itu sudah mati tapi kenapa dia masih saja mencintainya," ucap Ray, dia merasa kesal karena Nindya belum bisa melupakan Arkana.

Ardhan tertawa dan dia langsung menepuk bahu Ray.

"Hahahaha … cinta? Kamu masih memikirkan soal cinta. Hey Ray, dia sudah menjadi milik kamu jadi untuk apa kamu menginginkan cintanya, tubuhnya sudah menjadi milik kamu. Tinggal menunggu waktu saja dan cepat atau lambat, dia pasti mencintai kamu," ucap Ardhan. Dia tertawa sendiri karena melihat Ray yang terkenal bisa mendapatkan wanita manapun jatuh bertekuk lutut dibawah kaki seorang Nindya dan itu karena cinta.

Ray tertawa dan menatap kearah ardhan sambil mengangguk senang.

"Hahaha ... kamu benar, terima kasih sudah mengingatkan itu semua," ucap Ray dan dia bangun dari tempat duduknya. Rasa mabuknya sedikit lebih berkurang dan dia bisa menyetir mobilnya sendiri saat ini.

Ardhan bangun dan menyerahkan kartu gold milik Ray.

"Ini, kartu kamu!" Ucap Ardhan sambil tersenyum kearah Ray.

Ray tertawa dan mengambilnya.

"Terima kasih, aku pergi dulu dan selamat sepertinya kamu akan menjadi pewaris satu-satunya dari perusahaan milik Alex Alvaro," ucap Ray, dia menepuk bahu Ardhan dan pergi meninggalkannya.

Ardhan tertawa puas karena sebentar lagi dia akan mendapatkan semuanya.

"Hahahaha … kamu benar Ray, karena bantuan kamu. Aku bisa mendapatkan semuanya dan Arkana hanya bisa menonton dari dasar neraka saja. Hahahha ... Semua miliknya akan menjadi milikku dan kekasih yang paling dia cintai akan menjadi milik Ray. Sungguh kasihan sekali nasib kamu Ar …," ucap Ardhan, dia tertawa puas dan dia memanggil banyak wanita di club' itu untuk menemaninya malam ini.

***

Di rumah Nindya.

Nindya masih saja terus memikirkan wajah Axcel yang mirip sekali dengan Arkana.

Bahkan kata-kata Arkana bahkan Axcel mengetahuinya.

"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu bisa sama seperti Ar?" Ucap Nindya, dia berusaha memejamkan matanya tapi sangat sulit untuknya.

"Apakah kamu adalah reinkarnasi dari Ar? Tapi kamu saja tidak mengenalnya. Bahkan kamu juga merasa terkejut jika kamu mirip dengannya," ucap Nindya, dia berpikir keras namun belum menemukan titik terang dari semua masalah ini.

Saat Nindya masih sibuk memikirkan tentang Axcel.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Nindya langsung merasa terkejut dan dia pun bangun dari tempat tidurnya.

"Siapa yang mencariku malam-malam seperti ini?" Ucap Nindya.

Dia pun berjalan dan langsung membuka pintu.

Ibunya sudah berdiri disana sambil memegang bungkusan paket kecil ditangannya.

Nindya langsung terkejut karena paket itu ada ditangan ibunya.

Hatinya merasa sedikit ketakutan tapi dia berusaha untuk tidak membuat ibunya merasa curiga terhadap nya.

"Ma, ada apa?" Tanya Nindya. Dia tersenyum namun dalam hatinya merasa sangat tidak tenang.

Nanny pun menyerahkan bungkusan itu kepada Nindya.

"Ini ada paket untuk kamu. Oh ya dya? Kamu kenapa? Apa Ray menyakiti kamu ?" Tanya nanny, dia merasa curiga dengan putrinya apalagi dia melihat samar-samar ada tanda merah di lehernya.

Nindya tersenyum dengan terpaksa dan langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada ma, kami baik-baik saja. Aku masuk dulu ya, nanti kita bicara lagi," ucap Nindya. Dia langsung menutup pintu kamarnya dan menghela nafas lega.

"Huft, hampir saja ketahuan. Kalau mama tahu aku telah tidur dengan pria asing. Pasti mama akan merasa sangat sedih sekali," ucap Nindya. Dia mengusap lembut dadanya dan berjalan pergi menuju meja yang disana tersedia tempat minum dan juga gelasnya.

Nindya membuka paket itu dan melihat isinya.

"Ya, ini dia obatnya. Semoga saja obat ini bisa membantuku. Aku tidak mau jika Ray marah lagi dan menyakiti dia," ucap Nindya. Dia mengusap perut ratanya. Dia sudah ketakutan karena dia takut hamil dari hubungan sekilas nya itu.

Nindya mengambil satu gelas air putih dan langsung menelan obat itu.

Setelah selesai, Nindya merapihkan kembali obat itu dan langsung menyembunyikannya karena dia takut jika ayah dan ibunya mengetahuinya.

"Semoga saja tidak ada yang menemukannya dan aku, aku tidak mau juga memiliki anak dari Ray, aku akan menyimpan obat ini untuk nanti," ucap Nindya. Dia tersenyum kecil karena biar bagaimanapun dia tidak mencintai Ray dan tidak ada alasan untuknya hamil dan memiliki anak untuknya.

Setelah selesai, Nindya kembali berbaring dan dia mencoba menutup matanya.

Tubuhnya terasa sakit semua dan itu membuat dirinya cukup tersiksa.

"Apakah Axcel melakukannya secara kasar? Kenapa tubuhku sakit semua seperti ini bahkan pinggangku seperti mau patah saja," ucap Nindya. Dia mengingat percintaan Ray dan Fera yang membuatnya merasa jijik.

"Apalagi mereka, apakah mereka tidak merasa sakit seperti ku?" Ucap Nindya, dia sibuk memikirkan rasa sakit yang dia alami dan tanpa terasa dia pun langsung menutup matanya karena rasa kantuk mulai menyelimuti matanya.