webnovel

Kalian mau jadi pacarku?

Jessica Hartanto telah menjalani separuh dari masa sekolah menengah akhirnya seolah dia bukan siapa-siapa. Tetapi semua berubah saat negara api menyerang. Eh. Maksudnya tiba-tiba berubah saat sang wakil ketua OSIS menembaknya. Profil sang wakil ketua osis tidak kalah biasa dengan Jessica, tapi cara spektakulernya ketika menyatakan perasaannya pada penutupan acara class-meeting semester ganjil itu membuat orang-orang bertanya, siapa itu Jessica? Tiba-tiba semua pria di angkatan itu ingin menjadi kekasih Jessica. ... Cerita ini dibuat khusus untuk WPC #Aku memiliki seorang kekasih Mohon dukungannya, terima kasih. 25 November 2019 Rynn_

Rynn_ · 若者
レビュー数が足りません
7 Chs

Kesialan Bertubi-tubi

Kemarin Jessica hanya diam mematung dan tidak beraksi lalu menjanjikan jawaban untuk keesokan harinya, tapi tidak hari ini. "Gue nggak mau jadi cewek lo!"

Jessica tidak perlu pikir-pikir lagi. Bahkan say no to sorry, sungguh malang cowok yang satu ini. Jessica sungguh tidak punya waktu luang untuk memikirkan cowok aneh lainnya yang mendadak muncul dan membuat pertanyaan-pertanyaan gila seperti, apa kamu mau jadi pacarku atau sejenisnya.

Siapa sih, cowok-cowok ini. Kenal aja kagak, kenapa Jessica bisa tiba-tiba ditembak begitu? Memang salahnya sih, kenapa Jessica harus terlahir dengan wajah secantik ini. Sungguh, Jessica pikir tidak akan ada yang menyadarinya dan dia bisa hidup dengan tenang.

Wanita cantik memang ditakdirkan untuk menjadi topik pembicaraan orang kemana pun dia pergi (1).

Jessica tidak mungkin selamanya menyembunyikan dirinya dari dunia ini. Dia memang terlahir untuk menjadi seseorang dibawa lampu sorot.

Cowok itu tertawa renyah setelah mendapatkan penolakan dari Jessica. Hahaha, apakah Reynold juga akan tertawa seperti itu jika Jessica menolaknya? Serius, Jessica ingin tahu. Seharusnya dia datang ke sekolah tepat waktu dan memberikan jawabannya pada Reynold.

Sialnya Jessica malah bertemu cowok aneh lainnya, bahkan yang ini mungkin lebih cocok di sebut gila.

"Kenapa lo langsung nolak gue? Seharusnya lo kasih gue minimal satu hari, kayak Reynold. Seperti lo ngasih dia kesempatan, lo harusnya kasih gue kesempatan satu hari aja buat gue perjuangin lo."

"Gue nggak berniat ngasih Reynold kesempatan dan gue nggak akan kasih kesempatan buat siapapun itu, termasuk lo." Jessica bahkan tidak tahu nama cowok sialan yang satu ini. Dia juga tidak mau tahu sebenarnya.

Senyuman cowok itu makin lebar, "jadi lo bakal nolak Reynold?" ya, mendengar kaliamat Jessica, lebih mudah disimpulkan begitu bukan.

Jessica sudah pasti menolak Reynold, mana mungkin Jessica menerima cowok yang bahkan mungkin belum pernah dia ajak biacara sebelumnya. Ya kan? Kalau begitu bagus.

Cowok itu melangkah mendakati Jessica, mendekati telinga cewek itu dan berbisik, "Oke, kalau begitu lo harus ingat nama gue, Aldo. Kasih gue satu hari yang sama dan gue yakin besok lo akan berubah pikiran dan terima gue."

Gerakannya cepat dan cukup lincah. Cup!

Aldo bahkan berhasil mencuri kesempatan untuk mencium pipi Jessica.

Gerakan manis dan intim itu membuat tulang-tulang Jessica membeku. Sial-sial-sial. Jessica ingin meneriaki Aldo atau setidaknya memberikan perlawanan yang pantas. Tidak, seharusnya Jessica menghindari cowok itu dari awal.

Jessica seharusnya memberi Aldo sebuah tamparan atau bogem mentah atas tindakan kurang ajarnya itu. Tapi Jessica malah mematung dan menyaksikan Aldo berbalik meninggalkannya dikoridor yang kosong.

Ggrr… Kalau ketemu lagi cowok itu pasti dia beri pelajaran. Sialan, Kalau bukan karena Hans yang membuatnya telat, dia tidak akan bertemu cowok segila Aldo ini.

***

Jessica duduk di kursinya, setelah memperlihatkan surat pengantar dari guruk piket sebagai alasan keterlambatannya.

Jessica tidak ambil pusing dengan teman-teman kelasnya yang diam-diam membicarakannya karena datang terlambat. Atau tatapan khawatir Reynold yang memandangnya penuh tanya, kenapa Jessica terlambat?

Orang-orang ini jelas berpikir Jessica sengaja terlambat untuk menghindari Reynold. Jessica benar-benar benci untuk memberikan penjelasan tentang dirinya. Lihat saja kalau waktunya tiba, dia akan membungkam semua orang.

Jam pergantian pelajaran yang biasanya terjeda beberapa menit agaknya sedikit aneh hari ini karena sang guru Fisika langsung masuk tepat setelah bel berbunyi. Seolah-olah sang guru itu menunggu didepan kelas. Tidak biasanya.

Tapi, ya, baguslah. Jessica mensyukurinya, jadi tidak ada kesempatan bagi Reynold untuk menuntut jawabannya disela-sela jam pergantian pelajaran kan?

"Selamat pagi anak-anak," sang guru Fisika itu seorang wanita separuh baya, mungkin lebih, hari ini tersenyum lebar di depan kelas XI-MIPA-1 itu.

Senyuman mautnya yang khas dan biasanya jarang terlihat. Hanya ada dua jenis siswa yang mendapatkan senyuman dari wanita tua itu. Siswa yang membuatnya senang karena prestasi atau siswa yang membuatnya naik darah karena berulah.

Jadi agak ngeri melihatnya tersenyum seperti saat ini. Mungkin bukan tanpa alasan wanita tua ini langsung masuk kelas tepat setlah bel berbunyi. Pasti ada sesuatu, dan Jessica merasakan firasat buruk tentang yang satu ini.

"Saya rasa ada yang tidak bisa tidur semalam karena mendapatkan pengakuan cinta." Wanita tua itu mencoba memperolok seseorang.

Oh, sial. Jessica menundukan kepalanya dalam-dalam. Jessica tahu siapa dimaksud Ibu Magda - Guru Fisikanya ini. Apakah dia memang harus bersikap sedemikian rupa dengan Jessica?

Memangnya disekolah ini hanya Jessica yang pernah mendapatkan pengakuan publik seperti itu. Agrh, rasanya bukan hanya dia seorang. Beberapa bulan lalu ada insiden yang sama, tapi tak ada komentar dari Ibu Magda.

Hal-hal seperti ini bukan kasus langka, aneh atau ajaib. Setiap tahun, pasti ada siswa bernyali, bermental baja, berani dan pastinya romantis membuat acara-acara sedemikian rupa. Malah kesannya jadi sperti ritual wajib, apalagi di hari Valentine.

"Saya harap tidak ada lagi aksi-aksi konyol seperti itu. Tugas kalian itu belajar bukan pacaran!"

Ibu Magda memelototi setiap siswa dikelas itu. Tatapan itu tentu saja terutama untuk Reynold, cowok yang duduk dibelakang Jessica. Entah jawaban apa yang akan Reynold terima hari ini.

Reynold sudah beraharap cemas sejak bangun tidur. Dia berangkat pagi-pagi untuk menunggu Jessica. Reynold sempat berpikir Jessica mungkin tidak akan masuk untuk menghindarinya, namun dia telah memperhatikan Jessica cukup lama untuk tahu kalau Jessica bukan tipe cewek pengecut yang menghindari masalah. Syukurlah Jessica ternyata hanya terlambat datang.

Ibu Magda tidak berkomentar lebih lanjut dan memulai pelajaran yang memeras otak itu.

Sembilan puluh menit berlalu. Bel paruh waktu istirahat pertama berbunyi. Para siswa punya waktu 15 menit untuk merenggangkan otot dan otak mereka. Seharusnya begitu, tapi tidak untuk Jessica.

"Jessica! Kamu ikut saya ke ruang guru," Ibu Magda memberi kode pada Jessica untuk membantunya membawa buku dan mengikutinya ke ruang guru.

Apalagi ini? Apa Jessica akan disidang untuk roman picisan yang kemarin dia tampilkan? Tapi kenapa hanya dia yang di panggil. Jessica melirik pada Reynold, cowok itu sudah berdiri disamping mejanya. Tentunya siap menunggu jawaban Jessica.

Ah, tidak biasanya. "Ayo!" Ibu Magda menunggunya, Jessica akhirnya memilih mengikuti Ibu Magda tanpa banyak berbicara.

(1) Kutipan yang ditulis Oscar Wilde, sebagai pembuka di buku Lady Susan karya Jane Austen.