webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · ファンタジー
レビュー数が足りません
228 Chs

Meminta Penjelasan

Semenjak telefon terakhir dari Nate, Nara sedikit gusar menunggu kedatangan kembarannya itu. Belum lagi dengan maniknya yang sekali kali tampak melirik ke sekeliling nya.

Nara sudah tidak berada di kamar Nate, melainkan ia tengah berada di ruang TV yang dimana menjadi tempat strategis di dalam rumah tersebut, untuk melihat keadaan di sekelilingnya.

'Ugh Nate lama sekali, bukankah dia mengatakan sudah dekat?' Monolog Nara sembari memerhatikan jam yang bertengger di tangannya.

5 menit, hingga 10 menit sudah terlewati, hingga ...

Ceklek

Suara pintu rumah tiba tiba saja terdengar di buka dari luar.

Manik Nara teralihkan fokus menatap pintu tersebut.

Siapakah gerangan yang datang? Apakah Nate? tetapi mengapa tak memberikan aba aba pada Nara.

Nara yang semula hendak bangkit, berakhir menghentikan pergerakannya, setelah melihat bahwa bukan Nate lah yang datang, melainkan Ed yang dengan tenangnya masuk ke dalam rumah tersebut.

"Hai Nate!" pekik Ed yang tiba tiba mengarah pada Nara.

Dengan susah payah Nara mencoba bersikap tenang menghadap ke arah Ed. Jika sebelumnya Nara menghentikan langkah nya untuk berdiri, maka kini ia terpaksa berdiri dan memberikan lambaian tangan pada Ed.

"Bagaimana tadi ka? Apakah berjalan lancar?" tanya Nara mencoba menutupi kegugupannya, yang sedari tadi senantiasa masih memikirkan keberadaan Nate yang tak kunjung memberikan kabar padanya.

Ed memberikan sebuah senyuman pada Nara, dan melangkahkan kakinya mendekati dirinya.

'Apakah ini pertanda bagus?' benak Nara dalam benak, sebab jujur saja raut wajah Ed tak terlalu menjelaskan keadaan yang sebenarnya.

"Thank you Nate," ujar Ed tiba tiba sambil menepuk pundaknya. "Kau benar, lebih baik di bicarakan dengan baik, tanpa mementingkan prasangka buruk yang kulakukan sebelum menanyakan padamu," lanjut ucap Ed.

Nara menegukkan saliva nya kasar.

'Jadi masalah Ka Ed dan Lucy clear?' Monolog Nara dalam benak penuh kebingungan.

Berhubung sekarang bukan lah waktu yang tepat memperpanjang obrolan mereka, Nara pun memilih tak melanjutkan dengan pertanyaan yang ada di kepalanya, melainkan hanya menganggukan kepalanya pelan dan memberikan senyuman untuk Ed.

'Sebaiknya aku tak mengatakan padanya sekarang.' Monolog Ed dalam hati, dan setelah nya ia hanya memberikan kode pada Nara bahwa ia akan langsung ke kamarnya.

Sebuah anggukan kepala kecil Nara berikan pada Ed.

'Syukurlah Ka Ed tak berlama lama disini.'

Dddrt

Sebuah pesan tiba tiba saja masuk ke dalam notifikasi pesan di handphone nya.

Dengan cepat Nara memeriksa pesan tersebut.

'Nate!'

Jari jemari Nara langsung membuka pesan tersebut.

Setelah dengan seksama melihat pesan tersebut, Nara segera melihat sekitar nya dan melangkahkan kaki nya keluar menuju taman belakang, dimana dirinya dan Nate sedari kecil bermain disana.

Langkah kaki Nara tampak sangat hati hati, bahkan beberapa kali kaki Nara tampak tersandung bebatuan kecil  yang berada di sana.

Gugup ?

Tentu saja Nara gugup! Bagaimana jika sang kakak mencurigainya?

Nara tak ingin mendapati masalah apapun, terlebih dengan kondisi yang saat ini dimana jiwanya masih bertukar dengan kembaraannya itu.

"Nate," panggil Nara pelan seolah berbisik pada sebuah pintu pagar kecil di belakang taman itu.

"Ah, kau datang! cepat bantu aku membuka pintu ini, seperti nya pagar ini sedikit berkarat semenjak kita membiarkannya begitu saja Nar."

"Kurasa begitu," ujar Nara menyetujui perkataan Nate sembari membantu menggeserkan pagar kecil berkarat itu.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit, akhirnya Nate dapat masuk ke dalam rumah nya, lebih tepat nya di taman belakang rumahnya yang luas.

"Cepat masuk, Ka Dru dan Ka Ed sedang di kamarnya, Mom sepertinya tadi keluar sebentar dengan bibi, sedangkan Dad belum pulang," ujar Nara menjelaskan pada Nate sambil menarik tangan Nate agar mengikuti langkah nya dengan cepat.

"Kau yakin tak ada orang di ruang tengah?" tanya Nate mencoba meyakinkan dirinya atas penjelasan suasana di rumah dari apa yang Nara jelas kan sebelumnya.

Tak ada jawaban panjang lebar, melainkan hanya sebuah dengungan pelan, dan tatapan tajam yang dapat Nate lihat dari raut wajah adiknya.

'Kau lucu sekali menjadi diriku Nar, tetap saja tingkah mu tak berubah,' benak Nate yang ingin menertawakan tingkah adiknya yang gugup dan berusaha menjadi penjaganya.

Nate sebenar nya tak terlalu takut jika sang kakak memergoki nya dari luar, toh ia sudah bersama Nate, pastinya dengan lihai nya ia dapat membuat alasan klasik yang ia yakini pasti sang kakak memercayai nya.

Mengapa seperti itu? Mengapa Nate bisa sangat yakin kedua kakak nya dapat mempercayai apa yang ia ucapkan begitu saja?

Alasan pertama, tentu saja karena dia berada di tubuh Nara!

Nara adalah tipikal gadis penurut, tak dapat berbohong, sebab setiap kebohongannya dapat terlihat jelas perubahan nya oleh sang kakakc terlebih oleh Nate, Nara tak dapat membohongi Nate sedikit pun!

Mungkin karena mereka adalah saudara kembar, sehingga Nate dapat mengetahui betul jika Nara membohonginya, dan karena alasan itu pula Nara mengatakan jujur pada Nate.

Alasan kedua yang tak lain karena lidah Nate telah terbiasa membuat alasan alasan klasik, yang menurutnya dapat mengelabui sang kakak, karena tentu saja Nate sangat mengenal kedua kakak nya itu, terlebih dengan sikap kedua kakak nya yang sangat berbeda jika sudah di hadapkan dengan Nara.

Alasan ketiga, ialah kedua kakak nya tak dapat memarahi Nara begitu saja, walaupun Nara tak mengetahui hal ini, hanya Nate, Ed, dan Dru lah yang mengetahui hal ini.

Sebagai laki laki gentlemen ketiganya selalu mengedepankan permintaan adiknya, dan tentu saja menyayangi Nara dengan tulus.

Bagi mereka Nara seperti berlian yang harus di jaga oleh mereka.

Dengan sangat hati hati Nara membuka pintu rumah nya tersebut, sembari menarik lengan Nate.

"Ayo masuk," bisik Nara.

Lagi lagi hanya dengungan kecil yang di jawab oleh Nate.

Sejenak Nara melepaskan nafas lega, ketika melihat sekeliling kondisi di dalam rumah tersebut sama persis dengan apa yang ia katakan sebelumnya.

"Sudah sana mandi dulu, kau utang cerita denganku."

"Baiklah, bukan hanya aku, melainkan kau juga sama saja berhutang padaku Nar, kau harus menjelaskan semuanya padaku."

Deg!

Seketika Nara terdiam, dan hanya dapat menganggukan kepala pelan.

'Aish ... seharusnya Nate tak membaca pesan itu.'

———

Leave a comment and vote