webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · ファンタジー
レビュー数が足りません
228 Chs

Kelulusan Ed

"Selamat Ka, sekarang kau sudah lulus, hal apa yang setelah ini akan kau lakukan?" ujar Nara riang.

Untuk beberapa menit Ed hanya terdiam. Entah mengapa semakin lama ia berada dekat dengan Nara, ia semakin lama pula merasakan ada keanehan yang terjadi dengan adiknya itu.

Tak biasanya seorang 'Nate' yang ia kenal akan berbicara riang seperti itu padanya, bahkan untuk dekat dengannya saja biasanya Nate sedikit jaim, dan menjaga wibawanya. Ia baru saja mau berinteraksi menyambut Ed ataupun yang lain jika berada di rumah.

Lebih tepatnya saat tak ada orang luar yang akan melihatnya.

Lalu ...

Apa yang terjadi saat ini?

Itulah yang kembali menghantui pikiran Ed.

"Are you ok?" tanya Ed secara pelan pada Nara.

Nara mengerjapkan maniknya pelan. Ia belum sadar apa yang terngah terjadi.

"Kau sedang tak ada masalah Nate?" tanya Ed sembari menatap lekat ke arah Nara.

Dengan susah payah Nara menegukkan salivanya kasar.

Sungguh ia lupa jika saat ini masih berada di dalam tubuh Nate.

Dru yang sedari tadi memerhatikan interaksi adik-adiknya mencoba menajamkan telinganya dan memerhatikan dengan baik apa yang sebenarnya terjadi.

Tak hanya Ed yang penasaran, melainkan Dru juga sama!

Pemuda itu merasakan kejanggalan pada 'Nate'.

'Astaga! Mengapa kau bodoh sekali Nara! Tak ingat kah saudara kembarmu itu cukup berbanding terbalik denganmu?' benak Nara merutuki kebodohannya.

Dengan penuh percaya diri, dan mencoba mengikuti gaya Nate gadis itu mengatakan pada Ed bahwa ia baik baik saja, dan khusus hari ini memang ia murni ingin menghibur Ed dari rasa sedih yang ia sendiri belum dapat memastikan alasannya karena Ed sendiri lah yang menutupinya.

"Ah ... thank you Nate, tetapi lebih baik kau jadi dirimu, kau tak cocok seperti Nara," kekeh Ed pada Nara.

Seketika Nara dan Nate terdiam. Sungguh kata kata Ed sangat menampar keduanya seakan mereka dikuliti oleh Ed untuk mengetahui wujud asli mereka.

"Ka, kalau seandainya kami memang sedang bertukar jiwa, bagaimana pendapat Ka Ed?"

Nara dengan penuh percaya diri dan penasarannya bertanya pada Ed begitu saja, sedangkan Nate yang tak jauh berdiri dekat keduanya langsung terbatuk batuk.

Ia tak habis fikir dengan tindakan ceroboh dan nekat Nara.

Sontak Ed tertawa terbahak bahak. Ia tak pernah berfikir bahwa kalimat tersebut yang akan di lontarkan oleh adiknya itu, sedangkan Nara sihuk mengerutkan keningnya.

"Apa pertanyaan ku ada yang salah? Mengapa kau tertawa ka?" tanya Nara dengan datarnya tak mengerti maksud tawa Ed.

Dengan cepat Ed menghentikan tawanya. Ia kira sebelumnya sang adik hanya sekedar bercanda saja mengatakan hal tersebut, tetapi yang terjadi justru sebaliknya, Nara tampak serius menunggu jawaban Ed.

Jawaban Ed memang sangat menentukan!

Jika Ed menjawab ia percaya bahwa hal itu mungkin terjadi, maka Nara berniat membongkar dan menceritakan apa yang terjadi tanpa harus melalui persetujuan Nate, dan jika yang terjadi sebaliknya maka Nara akan menutup nya rapat rapat dan melanjutkan perannya sebagai Nate.

"Jadi kau akan percaya bahwa kami bertukar jiwa atau sebaliknya?"

Untuk beberapa saat Ed terdiam, dan tak lama ia tersenyum pada Nara sembari mengusak rambut Nara pelan.

"Itu tak mungkin Nate, kau jangan bergurau seperti itu," ujar Ed lembut sembari mengusak rambut Nara pelan.

Nara mau tak mau hanya tersenyum berusaha kembali memainkan perannya sebagai Nate.

"Haha ... kau benar ... itu tidak mungkin," ujar Nara dengan maniknya yang menatap ke arah Nate saudara kembarnya.

'Kasihan sekali kau nyata nya usahamu tak membuatkan hasil,' benak Nate.

Dru yang masih sibuk menyimak apa yang terjadi, kini menatap ke arah Nate dan juga Nara secara bergantian.

Lain hal nya dengan Ed yang langsung menyangkal hal tersebut, justru Dru tak mau mengambil keputusan atau pun menyimpulkan begitu saja.

Kali ini Dru benar benar menatap baik baik Nate dan Nara secara bergantian.

'Tunggu ... mungkinkah?' Monolog Dru yang merasakan kelainan yang terjadi pada Nara dan Nate.

Jujur saja sudah dua hari Dru merasakan kejanggalan, awalnya tentu saja Dru menyangkal seperti halnya Ed, tetapi saat Nara secara gamblang mengatakan hal seperti itu, tentu saja kini Dru semakin berfikir keras, dan meyakinkan dirinya sendiri untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi sekaligus hal apa yang sedang di tutupi oleh kedua adik kembarnya.

Dengan langkah perlahan seorang gadis tampak bersusah payah mendekat ke arah Ed.

Nate, dan Nara yang menyadari kehadiran gadis itu, tentu saja secara spontan memberikan space untuk gadis itu dan Ed.

"Nate, ayo kita kesana, Ka Dru dimana Mom dan Dad?" tanya Nate mencoba mengilahkan semuanya.

"Ah, tadi Mom dan Dad sudah pulang, karena ada beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan, dan sepertinya aku pulang bersama kalian," ujar Dru.

"Itu bagus." Nara menimpali.

Setelah nya Dru ,Nara dan juga Nate menjauhi Ed berada.

'Ah... jadi memang benar Lucy dengan Ka Ed.'

***

"Ada apa? Mengapa kau datang? Bukankah dua hari yang lalu pembucaraan kita sudah jelas?"

Ed dengan dinginnya mencoba membuka suaranya, disaat gadis di hadapannya terdiam dengan mulut yang masih terkatup sempurna.

Lucy masih diam, tetapi maniknya yang sebelumnya tak berani menatap Ed kini mulai menatap pemuda di hadapannya.

"A...-aku ... tak bisa, Maaf kan aku ... tak bisakah kau memaafkanku, dan kita memulai nya kembali?" tanya Lucy dengan nada yang sedikit memohon pada Ed.

Ed menghela nafasnya panjang.

Dalam dua hari ini ia sudah berusaha menata hatinya yang terasa menyakitkan, dan kini justru ia di hadapkan dengan gadis yang membuat nya tampak hancur selama dua hari lamanya.

Ed yang tak sanggup mengeluarkan suaranya hanya menggelengka kepalanya pelan.

Pemuda itu telah membulatkan tekad untuk menyudahi kenangan cintanya itu.

"Maafkan aku juga Lucy, alangkah lebih baik kita seperti ini dulu, berilah waktu untuk dirimu sendiri tanpa kehadiranku, lagi pula sebentar lagi kau akan melanjutkan pendidikan mu di lain tempat, sedangkan aku akan melanjutkan hidupku, jadi kita jalani saja kehidupan kita masing masing."

Deg!

Seketika Lucy membeku di tempatnya. Buket bunga yang ia genggam di tangannya di balik tubuhnya langsung jatuh begitu saja.

Shock?

Mungkin hal itulah yang terjadi pada Lucy saat ini.

Ed yang pastinya tak tega melihat Lucy lebih terpuruk, akhirnya memilih meninggalkan Lucy begitu saja.

'Maafkan aku Lucy, ini adalah cara terbaik, agar kau dapat melanjutkan pendidikanmu seperti yang kau impikan, aku tak akan menghambat mu sama sekali, kau harus bahagia.'

———

Leave a comment and vote.