webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · ファンタジー
レビュー数が足りません
228 Chs

Kata - Kata Keramat

Manik Louis tak juga dapat terpejam. Bayang bayang akan Nara masih melekat dalam alam bawah sadar nya.

"Arghh sial! Mengapa aku malah mengingat wajah gadis itu?!" kesal Louis pada dirinya sendiri.

Ia fikir jika setelah ia benar benar bertemu Nara, maka Nara lah yang akan jatuh semakin dalam akan pesonanya, dan untuk kedepannya bisa saja ia mencoba melakukan hal yang biasa ia lakukan terhadap gadis gadis lain, tetapi jika mengingat kondisi nya saat ini, maka bisa di bilang hal itu akan sulit untuknya.

Bahkan yang masih terlekat dalam pikirannya bahwa Nara sama sekali tak terlalu antusias saat bertemu dengannya sebelumnya, bukankah dengan berarti hal itu menunjukkan bahwa Nara tak sedalam itu terperanjat akan pesona dirinya bukan?

"Mengapa jadi seperti senjata makan tuan seperti ini," gerutu Louis pada dirinya sendiri.

Louis mengusap wajah nya kasar.

Dengan hati yang terus menerus gelisah dan berkecamuk, mencoba mengelak dengan apa yang sedang ia rasakan saat ini, Louis berakhir memilih menghubungi Nara.

Sebuah pesan ia coba kirimkan pada Nara, dengan harapan gadis itu akan membalas nya langsung.

Dddrrt

Belum sampai lima menit sebuah balasan pesan masuk ke dalam handphone nya.

Louis dengan cepat membuka pesan tersebut.

"Ah ... itu bagus," lirih Louis dengan wajah nya yang tampak sumringah mendapati pesan dari Nara yang berisikan bahwa gadis itu akan menyempatkan waktunya akan bertemu kembali dengannya besok, untuk waktunya kali ini Nara lah yang akan menentukannya.

"Sepertinya boleh juga, lagi pula selama ini aku hanya mencari wanita berdasarkan status dan juga kepopuleran nya saja, siapa tahu dengannya aku tak merasa bosan," ujar Louis pelan sembari menatap layar handphonenya yang tak habis habis nya menampilkan senyuman lebarnya itu.

***

Nara yang sudah berada di atas ranjangnya tampak heboh berguling kesana kemari setelah menjawab pesan dari pemuda pujaannya itu.

Tunggu ...

Jadi pesan yang Louis berikan benar benar Nara yang menjawabnya, bukan Nate seperti sebelumnya?

Ya, Kali ini Nara langsung lah yang menjawabnya, di karenakan perdebatan cukup panjang antara Nate dan Nara, yang berakhir usulan gadis itulah yang di jalan kan, yang tak lain mengembalikan handphone masing masing, agar segala privasi masih tetap dalam privasi mereka.

Awalnya Nate sempat enggan tak terlalu menyetujui hal itu, hanya saja setelah Nara berargumen dengan segala cara, dan kalimat yang masuk akal, maka berakhir ucapan Nara di setujui oleh Nate.

"Seperti nya Nate benar, Louis tak marah, berarti Nate berhasil mencuri perhatiannya," pekik Nara senang.

Nara cukup lega saat mendapati Louis yang nyatanya sangat santai dengannya, bahkan ia tak menduga bahwa Louis akan mengajaknya untuk makan bersama kembali.

Rasanya seperti berkencan yang di perpanjang.

Untuk beberapa saat Nara tampak suka cita mendapati ajakan dari pemuda pujaannya itu, hanya saja setelah nya raut wajah Nara menampilkan 180 derajat berbeda dari sebelumnya.

"Arghh mengapa disaat seperti ini, justru aku berada di dalam tubuh ini? Seharusnya aku berada di dalam tubuhku sendiri agar aku dapat merasakan seharusnya yang ku rasakan." gerutu Nara pada dirinya sendiri.

Tak lama Nara mencoba mengingat ingat apa yang sebenarnya kemungkinan besar, ia bertukar jiwa dengan Nate.

Bayangan akan dirinya yang sedang berada di dekat jendela, dengan saut menyaut suara petir kembali teringat di kepalanya.

Kala itu Nara sempat bersedih hati, lantaran ia baru saja mendapatkan info bahwa salah satu sahabat nya tiba tiba saja mengatakan padanya kata kata yang tak mengenakan padanya, bukan hanya mengatakan bahwa ia tak mau bertemu lagi dengannya tanpa sebab, melainkan juga mengatakan bahwa Louis adalah laki laki brengsek, dan setelah nya ia tak luput mengatakan bahwa ia membenci ketiga kakak nya.

Tak ada alasan jelas atas perkataan perkataan sahabatnya itu, yang Nara tahu sahabat nya itu berniat memutuskan hubungan dengannya.

Kala itu perasaan marah, kecewa, dan sedih bercampur menjadi satu pada dirinya. Ia tak menyangka salah satu sahabat yang ia percaya, akan menyakitinya begitu saja, bahkan cerita mengenai Louis dan orang orang terdekatnya ia ceritakan semua dengan pemuda itu.

Sahabat Nara bukanlah seseorang yang memiliki gender yang sama dengannya, melainkan seorang pemuda.

Berhubung keluarga nya dominan dengan banyak nya laki laki dibandingkan perempuan, untuk itu Nara lebih nyaman memiliki sahabat laki - laki dibandingkan wanita sepertinya.

"Tunggu ... waktu itu aku mengatakan-"

Nara menggantungkan kalimat nya, ia baru saja mengingat kata kata umpatan yang sempat ia katakan hari itu.

'Mungkinkah karena itu?' benak Nara cukup kaget dengan apa yang terjadi sekarang jika dibandingkan dengan apa yang tak segaja ia katakan kala itu.

"Sial! Menagapa aku baru menyadarinya," gerutu Nara sambil mengusak rambutnya pelan.

Nara kembali mendudukkan dirinya, dan tertunduk lesu.

Kata kata keramat yang ia katakan sebelum jiwa nya tertukar adalah ....

["Finn sialan! Ka Louis tidak brengsek, lagi pula tidak ada masalah dengan Ka Ed, Ka Dru dan Nate, mereka hanya sedikit posesif dan itu demi kebaikanku juga, mungkin memang seperti nya lebih enak menjadi Nate yang akan diberi kebebasan lebih di banding aku, belum lagi dia memiliki kepopuleran, dan ketampanan yang cukup memikat banyak wanita, ugh ... sendainya aku bisa merasakan menjadi Nate."]

Berkali kali Nara merutuk dirinya yang dengan asal mengatakan hal seperti itu.

Tak pernah terfikirkan oleh nya bahwa apa yang ia ucapkan akan terjadi, hanya saja bukan hal ini yang ia inginkan. Yang ia inginkan tak lain hanyalah ingin mencoba menjadi Nate yang dapat dengan bebas kesana kemari, tanpa adanya penjagaan di sana sini. Jika mengingat dirinya maka akan jauh dari itu.

Setiap kali Nara melangkahkan kakinya keluar, maka sama saja dengan implementasi bahwa sudah dapat di pastikan akan banyak yang menjaganya, entah itu Ed, Dru ataupun Nate, jadi tentu saja Nara tak dapat bergerak bebas kesana kemari.

"Astaga, aku baru ingat! Mengapa aku tak bertanya pada Nate bagaimana caranya ia keluar dengan aman tanpa di ketahui penjaga dari Ka Ed dan Ka Dru? Bukankah biasanya secara terang terangan penjagaan mereka akan terlihat? Apalagi penjaga Ka Ed," lirih Nara yang baru menyadari nya.

-----

Bagaimana mengenai cerita ini? Adakah saran yang ingin disampaikan pada seya?

Leave a comment, and vote