webnovel

Pria yang Menjengkelkan

"Terima kasih," ucap Laras membuat Kevin mengernyit.

"Untuk pak satpam?" seru Kevin membuat Laras mengepalkan tinju. Kevin terkekeh melihat gelagat Laras dengan gerakan tubuh yang bergetar menahan kesal.

"Tentu saja untukmu karena telah menjaga dan merawatku semalaman, okey. Terima kasih juga telah bersedia membuat makan pagi. Seharusnya aku, istri yang masak bukan suami, hehe. Tak kusangka suamiku seperhatian ini!" Laras tersenyum lebar penuh kemenangan melihat Kevin yang terdiam. Kevin tidak bisa mengelak lagi bahwa dialah yang mengurusnya semalam dan juga membuat sarapan karena wanita ini sedang sakit.

Kevin malah berbalik membelakangi Laras untuk memeriksa masakannya yang terkesan seperti sedang menghindar.

Sikapnya membuat Laras terkekeh. Benar-benar kekanakkan.

"Sarapan lalu minum obat. Aku akan membawamu bertemu kedua orang tuaku dan keluarga besar. Mereka menunggu di kediaman. Setelah itu kita bersama-sama menemui orang tuamu. Setelah itu kita berangkat dan tinggal di kediaman kita sendiri."

Laras mengangguk senang. Ternyata Kevin memikirkan hal ini. Dia telah menyiapkan rumah untuk mereka berdua. Namun Laras juga sangat gugup karena sebentar lagi akan bertemu dengan keluarga besar Admaja dan juga kedua mertuanya. Disisi lain Laras tak bisa menyembunyikan rasa senangnya pada Kevin yang sangat perhatian kepadanya.

Kevin mencelos melihat wanita di depannya malah senyam senyum tak jelas.

"Gak usah kepedean. Aku melakukan ini untuk diriku sendiri."

Baru juga berbahagia, kebahagiaannya malah pupus oleh berpakataan pahit pria ini.

"Aku gak mungkin membiarkanmu bertemu dengan keluargaku dalam kondisi sakit. Mau ditaruh dimana wajahku dipikir aku suami tak becus tak bisa jaga istri dengan baik," celetok Kevin yang tak dipedulikan oleh Laras.

Laras segera menyantap masakan buatan Kevin dengan rakus karena dia sudah sangat lapar.

Siapa sangka selain tampan masakannya juga sangat enak. Benar-benar paket komplit.

Kevin menggeleng menatap wanita yang menjadi istrinya makan sangat cepat seperti orang kesetanan.

"Hei, hei… pelan pelan!" tegur Kevin tak tahan lagi melihat mulut Laras membumbung penuh makanan. Selama ini Kevin tak pernah bertemu dengan wanita yang makan seperti dia. Biasanya wanita selalu menjaga image mereka agar terlihat elegan dan anggun di matanya.

Baru saja ditegur Laras telah tersedak. Kevin segera mengambil gelas berisi air dan menyodorkannya ke mulut Laras yang segera diminum oleh wanita itu. Kevin begitu baik menepuk-nepuk bahu Laras.

Kevin menatap Laras yang mulai membaik, dia langsung melongos dan menjauhkan tangannya.

Laras mengelus dadanya seraya menghembuskan nafas legah dan melirik Kevin yang terlihat kesal.

"So-sorry…"

"Lain kali makan pelan-pelan. Tidak ada yang merebut makananmu. Oke!" sungut Kevin kesal memilih berdiri.

"Eh kamu mau kemana? Kamu gak makan?" Laras menatap Kevin yang menggeleng dan melanggar pergi dari ruang makan meninggalkan dirinya sendiri. Padahal Kevin masih belum mencicipi sesuap makanan pun.

"Apa karena aku dia gak makan?" gumamnya merasa bersalah. Tak berselang lama senyum muncul di wajah Laras.

"Siapkan kotak makan buat dia deh." Putusnya.

***

Sejak tiba di kediaman besar keluarga Admaja, sedetikpun Laras tidak bisa istirahat. Keluarga suaminya menerimanya dengan baik hanya satu orang yang sepertinya tidak menyukai dirinya. Dia adalah adik tiri Kevin yang bernama Ralika. Wanita ini di bawah dari sebuah panti saat usianya masih 7 tahun dan hidup bersama Kevin sejak kecil. Namun jika diperhatikan, mereka tidak terlalu dekat. Terlihat bagaimana cara Kevin bersikap padanya. Kevin sangat acuh padanya berbeda ketika dengan keluarganya.

"Kenalkan aku Ralika, adik iparmu," ucapnya sambil menyodorkan tangan kepada Laras ketika mereka berada di dapur usai makan siang. Ralika berbaik hati ingin membantu Laras meskipun Laras sudah menolaknya.

"Laras, kakak iparmu!" Entah mengapa Laras ingin menekan statusnya kepada adik iparnya ini. Ia kembali menarik tangan untuk membersihkan perabot sisa makan.

Sebenernya kediaman Adjama tidak kekurangan pembantu untuk membersihkan semua ini. Hanya saja Laras ingin mengerjakannya sendiri.

"Menurutmu Kak Kevin bagaimana?" ucap Ralika di saat Laras sedang serius membersihkan piring kotor.

Laras sedikit mendongak menatap balik kepada Ralika yang hanya menatapnya namun tidak membantunya. "Baik dan … juga tampan," sahut Laras.

Ralika terlihat mengangguk-angguk dan tidak mengatakan apapun lagi. Laras melirik sekejap kepada adik iparnya itu. Maksudnya apa dia menanyakan pertanyaan seperti tadi.

Laras memilih fokus mengerjakan pekerjaannya. Namun disaat mereka kembali ke ruang tamu membawa teh dan cemilan untuk keluarga, saat itu Ralika mengatakan sesuatu yang membuat Laras sangat heran.

"Akan ku peringatkan padamu, sebaiknya siapkan hatimu mulai kini karena sekuat apapun kau berusaha merebut hati kak Kevin kau takkan berhasil. Aku hanya memberi saran saja kok, gak ada maksud apapun. Aku hanya tak ingin kau menjadi putus asa karena keinginanmu untuk hidup berdua berdua dengan kak Kevin tak terwujud."

"Selamat datang di kediaman ini dan semoga kau betah, Kakak ipar!"

Laras terkejut saat seseorang menyentuh bahunya.

"Kamu darimana saja?" ucap Kevin kepada Laras.

Laras menggeleng untuk mengembalikan kesadarannya.

"Dari dapur, nyuci perabotan dapur dan piring kotor. Why?" sahut Laras berjalan menuju ruang ganti. Laras ingin mengganti baju karena baju yang ia kenakan sudah basah oleh keringat. Namun gerakannya terhenti karena Kevin menahannya.

"Why?" Laras menatap Kevin dengan jengkel.

"Ikut aku!" ucap Kevin tanpa menunggu jawaban Laras segera menarik istrinya itu pergi dari kamar.

"Kita mau kemana?" tanya Laras namun tidak dijawab oleh Kevin.

Kevin membawa Laras menuruni tangga dan menemui keluarganya yang sedang mengobrol di ruang tamu.

"Kenapa dia bawa aku kesini. Baru juga mau istirahat," batin Laras dalam hati. Masalahnya tubuhnya mungkin sekarang sangat bau. Apa pria ini tidak menciumnya dan merasa jijik padanya?

"Ada apa, nak?" ucap Maria ibunda Kevin menatap anaknya kemudian menatap Laras yang terlihat pasrah dan tak berdaya.

"Sini nak duduk dulu, kamu pasti capek. Kan sudah mama bilang biarkan pelayan yang cuci piring kotor tadi," ucap Maria meminta Laras untuk duduk dengan lembut.

Laras pasrah dan duduk di samping mertuanya. Sekilas pandangannya tertuju kepada Ralika yang juga berada di ruang tamu.

"Mau ngomong apa?" ucap Hero ayah Kevin. Aura pria ini begitu dingin dan menusuk. Tidak sehangat ibu mertuanya. Dia sama seperti Kevin.

Kevin menarik kursi dan duduk di depan ayahnya. Laras juga penasaran apa yang ingin Kevin katakan.

"Jadi begini, pah, mah. Aku telah membeli sebuah apartemen. Dan aku telah memutuskan untuk tinggal bersama istriku dan memulai hidup yang mandiri," ucap Kevin seketika semua orang dalam ruangan terkejut. Laras terkejut mendengarnya. Dia melirik Ralika yang terlihat kesal mendengar perkataan Kevin.

"Secepat ini?" seru Maria.

"Iya, Kev. Bukankah terlalu cepat? Kalian baru nikah. Apa kau sudah membicarakan hal ini dengan istrimu?" ucap Hero.

Kevin menatap Laras dan menggenggam tangan istrinya dengan erat tanpa melepaskan senyum manis di wajahnya. Tindakannya membuat Laras ingin muntah. Bisa-bisanya ia bertindak sok manis di depan keluarganya. Biasanya juga dia sangat cuek.

"Ada apa?" ucap Laras merasa tak nyaman diperlukan seperti ini di depan keluarga.

Kevin menatap Laras dan tersenyum mesra kepada istrinya itu. "Sudah kok, Pa. Aku sudah bicara dengannya semalam. Dan dia setuju." Lagi-lagi Laras dongkol mendengarnya. Kapan ia bilang setuju. Astaga dasar pria judes pembohong. Kevin mengelus-elus kulit tangan Laras membuat Laras merinding bukan main.