webnovel

Masakan Suami

Sambil makan Laras bercerita dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Kevin yang terlihat tidak bersimpati dengan ceritanya.

Kevin mendadak membuang pandangnya mendengar pertanyaan Laras yang seharusnya ia jawab. Harapan Laras malah dibalas dengan sikap masa bodohnya yang kembali memasukkan susi ke mulut.

Kevin membuat Laras kehilangan percaya diri.

"Itu urusanmu!" ucap Kevin dengan dingin sambil membersihkan mulut dengan tisu membuat Laras mengeryitkan wajah.

"Bagaimana ketika aku dekat dengan seorang pria. Kau tidak marah kan?" ucap Laras yang begitu baper dengan sikap Kevin. Kevin berhasil membuatnya emosi.

Kevin yang sedang makan berhenti sejenak. Ketika dia hanya diam dan malah lanjut mencicipi susi sikapnya benar-benar membuat Laras kecewa. Namun sebisa mungkin Laras berusaha menyingkirkannya.

"Kau tidak melarangku?" ucap Laras sesudah meneguk segelas air.

Kevin dengan cuek menjawab, "Untuk apa marah dan melarangmu. Hidupmu, aku tak perlu ikut campur kedalamannya. Mau dalam bentuk apapun juga begitupun sebaliknya," ucap Kevin lagi-lagi membuat Laras bungkam.

Kevin mengalihkan tatapannya dan menatap Laras. Dia tidak tahu wanita yang duduk di depannya benar-benar terpukul atas pertanyaannya barusan.

"Jangan pernah sekali-kali ikut campur dalam urusanku. Secuilpun aku tidak mau kau ikut campur. Aku tidak suka membagi-bagi urusanku kepada orang lain. Hidupku tenang saat mengandalkan diriku sendiri. Apa kau mengerti?" Kevin menatap Laras dengan dingin seakan menunjukkan batasan antara mereka berdua. Sikapnya membuat Laras semakin membencinya.

Laras menunduk sesaat kemudian mengangguk. Alangkah baiknya dia tidak menanyakan pertanyaan tadi, membuat hatinya terluka saja.

Mendadak Laras kehilangan nafsu makannya. Laras kemudian berdiri yang membuat Kevin menatapnya.

"Nikmati makananmu. Aku tidak lapar," ucap Laras tanpa menunggu jawaban Kevin berjalan meninggalkan Kevin di ruang makan.

Kevin menatap kepergian Laras hingga wanita itu menghilang kemudian lanjut makan lagi.

Laras berjalan menuju halaman. Mungkin dengan menghirup udara segar dapat menenangkan dirinya. Laras memilih duduk di kursi yang tersedia di halaman dan menatap halaman.

Udara malam yang cukup dingin membuatnya mengusap pipi dan tangannya berulang kali. Laras merasa sepi, alam seakan turut mengantar sedih yang ia rasakan.

"Inikah pernikahan yang kau nanti-nantikan, Laras? Menyedihkan," batin Laras yang di dalam hatinya menangis. Air matanya pasti telah luluh sejak tadi jika Kevin tak bersamanya. Laras tak ingin menjadi lemah hanya karena pria itu. Sebisa mungkin dia berusaha menahan. Laras akhirnya menangis.

Menyedihkan. Pernikahan seperti apa ini? Suami yang begitu berego dan dingin karena tidak memiliki cinta kepadanya, begitu pula dirinya tidak memiliki perasaan apapun kepada suaminya. Laras tahu Kevin tak menyukainya namun setidaknya dia tak perlu bersikap dingin seperti itu.

Cukup menghargai dirinya Laras sudah sangat senang. Laras pun tak mengharapkan kehangatan apapun darinya. Laras tahu diri. Dia yang memaksa masuk ke dalam kehidupan pria itu dengan cara yang tidak benar sehingga pria itu sangat membencinya. Laras hanya khawatir menjadi janda di usia yang masih mudah.

"Mah, aku harus gimana?" lirihnya sambil memejamkan mata dan mulai merasa ngantuk.

***

Sinar mentari masuk ke celah jendela, membangunkan insan yang sedang lelap dalam mimpinya. Laras mengedipkan mata sebelum menyapu plafon bercat putih. Gadis ini masih berada di gedung hotel, tempat berlangsungnya pernikahannya yang telah selesai kemarin sore.

Ini dimana? Laras bangun dan memastikan bahwa dia berada di tempat yang berbeda dengan semalam. Tempat terakhir yang ia ingat adalah taman. Siapa yang membawanya ke kamar?

Laras merasa legah setelah memastikan bahwa ini adalah kamarnya dengan Kevin. Dia segera turun dan berjalan sambil berjinjit. Tiba-tiba indra penciumannya mencium aroma yang sangat lezat.

Menggunakan keahlian penciumannya Laras mengikuti aroma tersebut sehingga menginjak kaki di ruangan yang diyakini adalah dapur. Laras sedikit membelalakkan mata melihat pemandangan disana.

"Baru bangun?" ucap Laras sambil menarik kursi dan duduk menatap Kevin yang menggunakan memegang garpu, dia sedang memasak.

Laras mencelos kegirangan dalam hatinya. Istri baru bangun suami sedang masak. Benar-benar suami idaman.

Pagi-pagi sudah buat orang salting. Laras berpaling saat tatapan lekat mata Kevin terus memerhatikan dirinya. Rasanya badannya merinding dan jantungnya cenat-cenut. Mungkin beginilah perasaan orang pacaran. Selama ini Laras memang tak pernah memiliki hubungan spesial dengan lawan jenisnya. Dia terlalu sibuk memikirkan hidup ayahnya. Sehingga dia hidup hanya dengan komitmen saja.

Kevin melangkah mendekati Laras. Dia mengangkat lengannya membuat Laras terkejut dan memejamkan mata. Laras tidak tahu apa yang akan Kevin lakukan.

Dengan mata terpejam ia bisa merasakan sentuhan di jidatnya. Laras segera membuka mata dan menatap Kevin yang berada dekat dengannya.

"Apa masih sakit?" ucap Kevin dengan sangat lembut membuat jantung Laras hampir lebur.

Astaga mengapa dia menjadi sangat romantis. Laras ketar-ketir melihat Kevin yang begitu perhatian kepadanya. Apa ini hanya mimpi. Laras menggeleng sadar bahwa ini bukan mimpi tapi nyata. Kemanakah pria dingin dan super cuek tadi malam?

Sadar Laras woi sadar. Jangan membuatmu terlihat aneh.

"Sa-sakit? Si-siapa yang sakit?" ucap Laras kebingungan dan sedikit gugup.

Kevin menghembuskan nafas kasar seraya melepaskan tangannya dari kepala Laras dan mulai menatap Laras dengan intens.

"Kamu ini sebenarnya gadis seperti apa?" ucap Kevin membuat Laras melongo dan semakin bingung.

"Ma-maksudmu?"

"Bodoh!" Kevin menyentil jidat Laras sehingga wanita itu meringis dan menyentuh jidatnya yang terasa sakit.

"Semalam kau tertidur di taman."

"Apa!!! Semalam a-aku tidur di taman!" Kejut Laras.

Kevin menggeleng melihat sikap Laras yang bahkan tidak sadar bahwa dia bisa tertidur di taman. Bagaimana bisa ada orang seaneh dia.

"Kok bisa tidur di taman sih," gerutu Laras pada dirinya sendiri.

Kevin kembali menyentuh jidat Laras tuk memastikan bahwa demamnya sudah turun. Semalam saat menemukan Laras tubuhnya menggigil karena terlalu lama tidur di luar. Siapa yang akan tahan berlama-lama di musim dingin seperti tadi malam. Kondisi tubuh wanita ini juga sangat lemah sehingga rentan sakit.

"Dasar ceroboh! Kau sangat menyusahkan!" Kesal Kevin.

Laras menggigit sudut bibir. "Ya maaf," ucapnya merasa bersalah telah membuat suaminya kesulitan di hari pertama. Bukannya menikmati malam pertama, dia malah tidur di taman hingga berakhir demam.

Kevin menyipitkan mata melihat wajah wanita di depannya yang terlihat sangat menyesal. Dia berdehem lalu duduk untuk mengembalikan situasi.

"Sebenarnya tadi malam kau demam parah," ucap Kevin membuat Laras terdiam.

"De-demam katamu?" Laras mendapatkan anggukan Kevin membuatnya khawatir.

Ketiak ia demam dia memiliki kebiasaan buruk. Saat demam Laras selalu mengigau.

Apa semalam dia juga ngigau di depan Kevin? Laras tidak tahu bagaimana dia ngigau. Tapi Bibi pengasuh selalu yang menjaganya sejak ia kecil mengatakan bahwa saat mengigau dia akan mengatakan perkataan yang tak pernah dirinya ungkit atau berusaha dia sembunyikan. Biasanya masalah yang sedang menimpanya.

Apa semalam dia telah mencurahkan isi hatinya kepada pria ini mengenai perasaannya dan keinginannya untuk kebaikan pernikahan mereka kedepannya? Ah, itu tidak boleh terjadi.

"Siapa yang menggendongku ke kamar?" seru Laras menatap Kevin yang seperti biasa, dingin dan cuek ketika menatapnya.

Kevin malah mengedikkan bahu membuat Laras semakin penasaran.

"Menurutmu?" acuhnya.

Laras menjempolkan tangan ke arah Kevin. "Kamu?" tunjuknya.

Kevin malah tertawa garing membuat Laras semakin bingung.

"Bukan aku." Kekeh Kevin sedikit garing membuat Laras terganggu.

"...tapi pak satpam yang kebetulan lewat dan melihatmu sedang bersemedi disana. Mungkin kau lebih nyaman tidur di taman," ejek Kevin.

Laras menggeleng mendengar jawaban Kevin. Dia sedikit kecewa. Salah sendiri terlalu kegeeran berpikir Kevin-lah yang membawanya masuk ke kamar.

Ah, sial. Kenapa dia berpikir pria ini dapat seperhatian itu. Dia tidak boleh terlihat kesal yang akan membuat Kevin semakin senang melihatnya.