webnovel

Kecewanya Seorang Ibu

Sudah seharian penuh, Bintang hanya berada di kamar saja. Ia sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan kepada Bulan, setelah terjadi perdebatan tadi pagi.

Tok tok tok…

Seseorang mengetuk pintu kamarnya, membuat pikirannya yang sedang bergelut itu terlerai begitu saja.

"Bulan? Apa mungkin itu Bulan," batin Bintang.

Bintang segera beranjak dari tempat idurnya lalu membukakan pintu itu, sekeyika ia terkejut melihat Mamah dan ayahnya sudah berdiri di depannya dengan raut wajah yang amat datar.

"Ma-Mamah! Ada apa ke kamarku malam-malam? Dan Ayah juga, sejak kapan Ayah sudah pulang dari luar kota?" tanya Bintang heran dengan keberadaan kedua orang tuanya yang tiba-tiba ada di depan kamarnya.

"Sekarang ikut Mamah dan Papah ke ruang tamu!" tukas Bu Asa terlihat sangat serius.

Tampak Pak Surya hanya menatap bulat seraya menghela nafas panjang di depan Bintang, namun Bintang belum faham dengan sikap kedua orang tuanya itu yang sangat aneh.

"Ini ada apa sih? Kenapa Mamah sama Ayah lihat aku sampe segitunya," gumam Bintang seraya menutup pintu kamarnya.

"Ada apa Mah, Ayah? Kenapa kalian berdua tiba-tiba seserius itu melihat ke arahku?" tanya Bintang lalu duduk di atas sofa itu.

"Bintang, tolong jelaskan kepada Mamah dan Ayah sekarang, apa maksud dari kamu menolak mentah-mentah Galaxi. Sampai-sampai kamu membatalkan secara sepihak seperti itu. Mamah baru saja di kasih tahu sama Bu Riksa dan Pak Bima kalo Galaxi tiba-tiba saja meminta untuk mundur dari perjodohan ini," jelas Bu Asa dengan sangat tegasnya.

"Astagfirullah…. Aku lupa kalo Mamah dan Ayah belum tahu kalo Bang Galaxi sudah menyerah untuk menikahi aku. Gimana nih, apa yang harus aku katakana sama Mamah. Dan di tambah lagi, Mars baru saja menembakku, apa yang harus aku katakana? Kenapa semuanya tiba-tiba menjadi serumit ini?" gerutu Bintang di dalam hatinya.

Bintang tampak sedang berada dalam masalah yang besar, ia di interogasi sama Mamah dan Ayahnya sendiri. Bahkan ayahnya sampai pulang dari luar kota untuk meniterogasinya.

"Bintang, jawab pertanyaan Mamah kamu? Kami hanya ingin mendengar kebernaran dari kamu, apakah kamu benar-benar sudah memutuskan perjodohan ini atau tidak," tukas Pak Surya dengan raut wajah penuh harapan besar bahwa Bintang bukanlah orang yang memutuskan perjodohan itu duluan.

Klek!

Bintang menelan saliva kasarnya, ia tampak tegang untuk menjaab pertanyaan mamahnya itu karena perjodohannya dengan Galaxi itu gagal di sebabkan oleh dirinya sendiri.

"Bintang, kenapa kamu diam saja. Mamah selama ini berusaha untuk bersabar dan membujuk kamu agar menjaga hubungan kamu dengan Galaxi baik-baik saja."

"Mah, jangan terlalu meninggikan suaranya di depan Bintang. Kita harus tetap bicarakan hal ini dengan baik-baik. Mungkin Bintang butuh waktu sebentar agar ia bisa merangkai kata dengan baik, sehingga tersamapaikan dengan baik juga ke kita," sanggah Pak Surya yang mencoba meredamkan emosi Bu Asa yang terlihat sangat emosi.

Seketika keringat dingin muncul di kening Bintang, ia memang sudah melakukan kesalahan besar. Demi egonya itu, ia rela membuat harapan kedua orang tuanya hancur.

"Mah, Ayah, maafkan Bintang. Semua yang di katakana Bu Riksa dan Pak Bima memang benar. Bang Galaxi menyerah untuk meneruskan perjodohan ini di karenakan Bintang yang terus-terusan menolak Bang Gala," jawab Bintang seraya menundukkan kepalanya.

"Apah! Bintang! Kamu sudah buat Mamah dan Papah kecewa, mamah juga tidak ingin perjodohan ini menimpa kamu, tapi ini demi ikatan perjanjian yang harus di laksanakan!" bentak Bu Asa akhirnya meluapkan emosinya kepada Bintang.

"Mah, jangan bentak Bintang seperti itu," sanggah Pak Surya mencoba untuk menenangkan Bu Asa.

"Tapi Ayah, lihatlah anak kita ii. Bintang suda berani melan perintah dan harapan kita," ujar Bu Asa yang sudah benar-benar merasa kecea kepada anaknya sendiri.

"Maafkan Bintang Mah, ini semua Bintang lakukan demi keb-"

"Cukup Bintang. Mamah tidak butuh penejalasan kamu itu," sela Bu Asa yang sudah benar-benar merasa kecea kepada Bintang.

"Mah!" sahut Bulan yang tiba-tiba datang ke ruang tamu itu.

"Cukup Mah, Bulan mohon jangan memojokkan Bintang terus. Dia baru bangun dari sakit loh Mah, mungkin penyebab Bintang sakit juga karena tekanan batin yang di alaminya. Ya, akibat keinginan Mamah dan Ayah ini yang sangat di luar nalar seorang anak yang masih berusia 17 tahun. Mamah boleh meminta apapaun dan menyimpan harapan apapun kepada Bintang, tapi jangan minta Bintang untuk di paksa menikah dengan orang yang ia tidak cintai," jelas Bulan melerai suasana yang semakin memanas itu.

Bintang tampak sedang menangis tersedu-sedu mendapati mamahnya yang sudah sangat marah kepadanya. Ya, untuk pertama kalinya Bintang melihat mamahnya itu membentak dan berlaku kasar kepadanya.

"Bulan, kamu jangan ikut campur. Ini salah Mamah karena sudah terlalu memanjakan kalian berdua sehingga kalian sudah berani menentang dan melawan sama Mamah," balas Bu Asa.

"Mah, tolong jangan buat Bintang lebih tersiksa lagi, sudah cukup ia menderita akibat sakit yang dideritanya itu. Jangan Mamah buat Bintang semakin menderita lagi karena keinginan Mamah dan Papah yang harus menikahi Bintang dengan Bang Galaxi," balas Bulan lagi-lagi ia tidak takut untuk membela kakaknya itu.

"Pah, lihatlah anak Papah ini. Mereka benar-benar sudah berani melawan sama Mamah," ucap Bu Asa terlihat sangat lemas melihat putri bungsunya itu membela kakaknya.

Dilihatnya oleh Bintang di depannya itu seperti sesosok malaikat yang berdiri membentangkan sayap untuk menolongnya. Bintang tidak pernah menyangka bahwa adiknya itu mau membelanya dan berdiri untuk menolongnya.

"Bulan, aku idak tahu lagi mau bilang apa sama kamu. Aku yang selama ini hanya bergumam sendiri dan tidak berani jujur kepada Mamah, kamu dengan mudahnya meluapkan semua kalimat yang sangat ingin aku katakana sama Mamah. Maafkan aku bulan, karena aku belum jadi seorang saudara yang baik untuk kamu. Bahkan aku sudah mencuri hati pria yang selama ini kamu sukai," batin Bintang menggerutu seraya terus menangi di belakan Bulan.

"Ayahm, Mamah, silahkan saja Papah mau marah kepadaku. Asalkan jangan sama Bintang. Jika saja aktu bisa di ulang, aku mungkin akan minta negosiasi sama kedua kakek-kakek itu untuk menjadikan aku yang di jodohkan dengan Bang Galaxi bukan Bintang. Sayangnya waktu itu aku masih bayi, bagaimana mungkin aku bisa bernegosiasi," ujar Bulan.

"Bintang, ayo kita masuk ke kamar. Ini sudah malam, kamu harus cepat istirahat karena besok kamu harus sekolah," ucap Bulan sembari meraih tangan Bintang dan membawa Bulan pergi dari hadapan Bu Asa dan Pak Surya.

"Ayah, kenapa sih Ayah diam saja. Dari tadi Mamah emosi, tapi Ayah lagi-lagi diam tak berdaya seperti itu?" protes Bu Asa dengan sikap suaminya yang tampak tidak tegas kepada kedua putrinya itu.

"Mah… sudah-sudah. Mamah jangan emosi kayak gitu dong. Ayah diam saja bukan karena Ayah gak kecewa terhadap kelakukan kedua putri kembar kita ini. Tapi kita harus menjadi orang tua yang juga mau mendengar keluhan anak-anak kita, umur segitu tuh lagi masa-masanya memberontak, jadi kita harus sebisa mungkin untuk tidak memberontak balik Mah. Demi kebaikan mereka juga," ujar Pak Surya.