webnovel

Sebuah Keputusan. Maafkan Aku

"Mah, apa yang dikatakan Bulan memang benar, mungkin saja kondisi Bintang akan drop lagi jika kita tetap memaksanya untuk menikah dengan Galaxi," sambung Pak Surya.

"Tapi Ayah, kita tidak mungkin membatalkan perjanjian ini. Perjodohan ini adalah sebuah amanah yang sangat sacral," balas Bu Asa.

"Ssssttt! Ini sudah malam. Kita harus istirahat, Ayah juga cape baru datang dari perjalanan yang sangat jauh, kita bahas hal ini nanti saja ya," tukas Pak Surya sembari menggandeng istrinya itu masuk kamar.

"Tapi Ayah…," Bu Asa masih merajuk.

"Sstt… gak ada tapi-tapi Mah," seloroh Pak Surya.

***

Di dalam kamar, Bulan tampak sedang berdiri di hadapan Bintang yang sedang duduk sembari menangis tersedu-sedu. Bintang berusaha untuk menghentikan air matanya di depan Bulan, tapi tetap saja, air mata dimatanya itu masih saja mengalir.

"Tuangkan saja air mata kamu itu. Aku juga tahu bagaimana rasanya hati yang di paksa untuk mencintai seseorang yang tidak di cintai bahkan sangat di benci, bahkan aku tahu rasanya sakit ketika harus menerima kenyataan," ucap Bulan seraya menatap dalam kearah Bintang.

Setelah Bulan selesai berbicara, seketika Bintang pun menangis sekencang-kencangnya. Tangisan yang selama ini ia pendam karena beban berat yang ia pikul, bahkan rasa sedihnya itu memuncak saat kedua orang yang sangat ia sayangi itu sudah di kecewakan oleh dirinya sendiri.

"Maafkan aku Mah, aku belum bisa jadi anak yang baik, aku menyesal sudah memutuskan hubunganku dengan Bang Gala," teriak Bintang seraya menangis tersedu-sedu di dalam kamar itu.

Bulan yang merasa sedih dan tidak tega terus menerus melihat kakaknya sedang menagis berat, membuat Bulan seketika memeluk Bintang. Bulan merangkul kakaknya itu dan memberikan sandaran terbaik untuk Bintang yang sangat merasa sedih tak tertahankan.

Seketika Bulan yang sudah berusaha untuk tetap kuat di saat mencoba untuk memberikan sandaran terbaik kepada kakaknya itu tidak bisa menutup kemungkinan bahwa dirinya juga tidak bisa menahan air mata.

Ya, akhirnya Bulan pun ikut menangis seraya memeluk Bintang. Kedua anak kembar itu akhirnya saling menangis satu sama lain.

***

Satu jam kemudian, dilihatnya jam di dinding itu sudah menunjukkan pukul 10 malam, itu artinya baik Bulan dan Bintang harus segera tidur.

Akan tetapi, Bulan dan Bintang terlihat masih tersedu-sedu. Keduanya pun merasakan kelelahan setelah menangis selama satu jam lamanya.

"Bulan, dia sangat baik sekali. Padahal aku dan dia sudah bertengkar tadi pagi, tapi dengan suka rela Bulan mau membelaku dan berjuang untukku. Kepeduliannya sangat membuatku merasa bersalah sudah membuat hatinya hancur cuman gara-gara aku yang sudah egois," gerutu Bintang di dalam hatinya seraya melihat adiknya itu tengah mengusap-usap kedua matanya.

"Baiklah, aku harus meminta maaf kepadanya sekarang juga," sambung Bintang.

Bintang dengan jiwa beraninya itu akan meminta maaf kepada Bulan, walaupun sebenarnya ada perasaan gengsi di dalam hatinya ketika ia meminta maaf duluan kepada Bulan, tapi demi membalas kebaikan dan kepedulian adiknya itu, ia harus berani meminta maaf duluan. Ya, sebagai seorang Kakak ia memang harus mengalah demi kebaikan ikatan tali persaudaraan itu.

"Bul!" sahut Bintang malu-malu.

"I-iya," jawab Bulan yang masih terisak-isak.

"Anu… maaf kan aku ya," ucap Bintang pelan dengan nada suara yang sangat lembut.

Bulan seketika terdiam. setelaah mendengar kata maaf dari Bintang duluan. Dilihatnya oleh Bulan, kedua sorot mata kakaknya itu memang sangat terlihat tulus.

"Bulan…, maafkan aku yah?" ucap Bintang sekali lagi masih berharap mendapatkan jawaban ia dari adiknya itu.

Bulan pun menghela nafas panjang sejenak, lalu ia seketika memeluk Bintang kembali sehingga air matanya yang sudah di hapus beberapa detik yang lalu harus mengalir kembali.

"Bintang kakakku, maafkan aku juga yah karena aku pernah berkata kasar dan selalu iri dengan apa yang kamu miliki, aku menyesal karena sudah membuatmu marah dan bingung. Seharusnya aku juga sadar tentang beban berat yang harus kamu tanggung itu," balas Bulan sembari terisak-isak dari tangisannya.

"Iya.... gak papa adikku sayang. Maafkan aku juga yah belum bisa jadi Kakak yang terbaik buat kamu selama ini," tukas Bintang sembari mengelus-ngelus rambut Bulan. Terlihat jelas di kedua sudut bibir Bintang yang menerbitkan senyuman tipis setelah mendengar kata maaf dari adiknya itu.

Keduanya pun saling memaafkan serta saling memahami perasaan masing-masing, ikatan yang beberapa jam yang lalu sudah retak kini kembali Bersatu.

"Makasih juga yah Bulan, karena kamu mau membela aku di hadapan Mamah dan Ayah, kamu memang sangat pemberani," ujar Bintang.

"Mana mungkin aku lihat kamu di bentak-bentak sama Mamah, walaupun kamu memang bersalah sepertinya aku tetap sja tidak bisa melihat kamu yang hanya diam saja dan tidak mau menjelaskan semua perasaan yang kamu rasakan itu kepada Mamah dan Ayah," jawab Bulan.

"Hehe… aku memang tidak bisa membukakan pita suaraku saat aku berada di posisi seperti tadi, rasanya semua kalimat yang suda terangkai di hati dan pikiranku tidak mau keluar dari mulutku," balas Bintang.

"Ya itulah kamu Bintang, kamu selalu diam saja dan tidak mau berkata jujur pada dirimu sendiri," ujar Bulan.

"Bul, aku mau minta bantuan sekali lagi pada mu," celetuk Bintang.

"Bantuan?"

"Ya, tolong buat Bang Galaxi untuk melanjutkan perjodohan ini," tukas Bintang yang sangat serius itu.

"Apa? Kamu yakin Bintang, aku sudah capek-capek tadi belain kamu di depan Mamah dan Ayah loh… kok kamu jadi berubah pikiran dan hendak melanjutkan perjodohan ini. Ba-bagaimana dengan Kak Mars atu yang lainnya jika kamu mau menikah secepatnya dengan Kak Mars?' ujar Bulan bertanya-tanya tentang keputusan Bintang yang tiba-tiba itu.

"Ya, mungkin ini terdengar sangat tiba-tiba sekali. Tapi aku sudah meyakinkan diri untuk melanjutkan rencana perjodohan ini dengan Bang Galaxi. Cinta tidak harus sebelum menikah, aku berharap cintaku kepada Bang Gala akan tumbuh seiring perjalanan perjodohan ini sampai ke pelaminan," jelas Bintang.

"Se-sejak kapan kamu punya pemikiran sedeasa ini Bintang?"

"Ti-tidak Bintang, kamu gak boleh melakukan rencana kamu itu, jika aku sudah membuat hatimu sakit dengan perkataanku tadi pagi, aku mohon dengan sangat jangan di ambil ke hati. Tadi pagi aku sedang emosi, jadi aku tidak sadar denga napa yang sudah aku katakana kepada kamu," ujar Bulan tiba-tiba merasa bersalah karena sudah membuat kakaknya itu tiba-tiba berubah pikiran dan ingin melanjutkan rencana perjodohan dengan Galaxi.

"Sungguh Bulan, keputusan aku ini bukan karena ucapan kamu. Tapi ini tentang perjanjian yang harus di tepati, aku tidak ingin membuat kedua orang tua kita kecewa dan bersedih. Apalagi aku baru sadar bahwa Bang Galaxi ternyata diam-diam sudah mencintaiku, sepertinya tinggal hati aku saja yang harus lebih berusaha untuk menerima takdir ini."

"Dan tentang Kak Mars dan teman-teman di sekolah, kamu tenang saja Bulan. Aku dan Bang Galaxi akan melanjutkan syarat yang sudah aku ajukan sebelumnya dengan Bang Galaxi. Aku akan bertunangan terlebih dahulu, dan melaksanakan pernikahannya pada saat aku lulus sekolah. Itu berarti satu tahun lagi," jelas Bintang.

Seketika Bulan terdiam, ia tidak bisa mengeluarkan kalimat apapun lagi. Kedua sorot mata Bintang itu tidak terlihat sedikit pun oleh Bintang bahwa kakaknya itu tidak ragu sama sekali dengan keputusan yang sudah di ambil.

"Aku mohon Bulan, tolong bantu aku?" ujar Bintang penuh harap.