webnovel

Jadi Pahlawan Lagi?

Entah karena kesialan atau keberuntungan, Sakaki Hiyama baru saja dikirim ke sebuah dunia lain setelah mati gara-gara tertabrak truk dan tercebur masuk ke dalam sungai dalam keadaan mabuk. Di luar dugaan dia ternyata dikirim ke sebuah dunia lain yang dulu pernah diselamatkannya pada saat dia masih berumur 16 tahun, Eos. Dimulailah kehidupan Sakaki yang damai di dunia lain. Setidaknya aku, Sakaki, yang menarasikan semua ini berharap hal tersebut akan terjadi kepadaku tapi ternyata malah sebuah kehidupan yang penuh akan petualangan berbahaya dan juga pertarungan menantiku. Kenapa aku kembali jadi [Pahlawan] sih?!

MikaMika · ファンタジー
レビュー数が足りません
26 Chs

Chapter 9

"Aku ingin tahu soal Sakaki-san."

Perkataan dari sang gadis berambut perak sebahu yang sedang duduk di atas sebuah tempat tidur yang berada arah berlawanan denganku itu membuat bulu kudukku berdiri.

Bukan karena rasa takut atau apa melainkan dari perasaan senang sekaligus sumringah yang sulit untuk diungkapkan menggunakan kata-kata biasa.

Mataku langsung membulat pada saat aku mendengarnya dan aku langsung memalingkan wajahku yang kembali merona dari pandangan Shigure.

"A—apa yang ingin kau ketahui dariku, Shigure-chan?"

Aku mengarahkan balik pertanyaan tersebut kepada gadis ini.

Mendengarku, dia langsung memasang senyum ringan sambil menaikan satu telunjuknya ke atas.

"Tentu saja mengenai Sakaki-san itu orang macam apa."

"Hah?"

Mengenai diriku ini adalah orang macam apa?

Bukankah ini semakin menguatkan Flag yang sedang berusaha untuk ditarik naik ke ujung tiang.

Shigure-chan, di luar dugaanku kau bisa menjadi berani juga seperti sekarang, aku benar-benar terkejut di sana dan ingin rasanya aku memastikan apakah ini adalah sebuah mimpi atau bukan.

"Ah, tapi yang kumaksud di sini bukanlah hal yang terlalu pribadi ya, aku juga tidak ingin Sakaki-san salah paham."

"Eh?"

Aku yang sedang berada di tengah perjalananku untuk melakukan pose khasku dimana aku akan mengangkat kedua lenganku di atas udara langsung terdiam seolah baru saja membeku, mataku yang sebelumnya membulat sekarang menjadi makin lebar lagi.

Bukan karena senang, melainkan karena bingung sekaligus masih belum bisa mengerti arti dari perkataan Shigure sampai beberapa detik telah berlalu.

"Ahhhhh!"

"Sa, Sakaki-san? Kenapa anda menutupi wajah anda?"

"Kenapa aku bisa semudah itu percaya jika sebuah event akan datang kepada diriku dengan begitu cepat?! Ahh, bodohnya aku, bodohnya aku!"

"Aku tidak mengerti anda kenapa, tapi tolong berhenti membenturkan kepala anda ke tembok!"

Ternyata, biar bagaimanapun juga, hari esok dimana aku bukanlah seorang pria single adalah salah satu hal yang mustahil untuk terjadi…

Akhirnya aku bisa menenangkan diri setelah aku membenturkan kepalaku sampai ada setitik darah keluar dari dahiku.

Melihat sesuatu seperti ini dapat dipastikan adalah salah satu hal yang ngeri, aku bisa tahu setelah melihat ekspresi dari Shigure yang sudah menyatakan kalau dia agak takut dengan pemandangan tak mengenakan di depan matanya ini, ditambah lagi dia juga baru saja melihat salah satu kebodohanku.

Aku hanya bisa berharap agar dia tidak memandang buruk diriku, biasanya kehormatan akan seseorang akan langsung hilang setelah mereka melihat salah satu sisi dari orang itu.

Tapi untungnya, Shigure tidak berada di kasus tersebut, dia hanya tersenyum sambil memandang diriku yang sedang menyembuhkan diri menggunakan sebuah [Sihir].

"Sihir benar-benar memiliki banyak kegunaan ya?"

Dia mengatakan hal itu menggunakan nada bertanya sehingga rasanya aku menebak kalau ia berusaha untuk memulai percakapan agar atmosfir aneh yang sedang mendera kami segera menghilang saja.

Aku berterima kasih kepada dirimu yang begitu pengertian kepadaku, Shigure-chan.

"Memiliki banyak kegunaan terdengar seperti masih terlalu merendahkan posisi [Sihir] di dunia ini. Semua hal hampir dikerjakan oleh [Sihir]di dunia ini atau kalau kau menggunakan bahasa dari dunia ini maka kau bisa menyebutnya sebagai [Magic]."

"[Magic] ya? Bukankah itu terdengar seperti Bahasa Inggris dari [Sihir]?"

"Uhh, memang ada benarnya tapi memang seperti itulah cara orang di dunia ini menyebutnya, hanya saja aku sendiri biasa memanggilnya [Sihir] kalau berbicara kepada orang yang tidak mengerti konsep dasarnya. Sudahlah lupakan, pembicaraan ini berat dan nanti kau juga akan kuajari jika waktunya tiba, sebenarnya apa dariku yang ingin kau tanyakan?"

Wajah milik Shigure seolah menjadi lebih cerah dan dia kemudian menguatarakan keingin tahuannya akan diriku dengan begitu mudah.

Seolah dia melupakan soal kejadian tadi dan aku bersyukur atas hal itu.

"Sakaki-san, sebelumnya anda hidup di mana?"

"Uhh, aku hidup di perfektur OO kota XX dan distrik 00."

"Bukannya itu kota besar ya?"

"Memang, setiap hari aku harus naik kereta karena tempat kerjaku berada di distrik lain dan keretanya selalu penuh baik ketika aku berangkat ataupun pulang."

"Hee, aku tidak tahu bagaimana rasanya kereta yang penuh…"

"Memangnya kau dan Kaito juga lainnya hidup di mana?"

"Kami masih satu perfektur dengan Sakaki-san tapi lebih ke selatan."

"Oi, oi, kalau begitu kalian sudah masuk daerah kepulauan dong."

"Tepat sekali."

"Hiyaaah… di sana memang begitu jauh dari peradaban… tapi memang di sana lumayan menyenangkan juga sih karena lebih tenang dari perkotaan."

"Menurutku terlalu tenang sih…"

Sepertinya sejak awal kami sudah hidup di dua tempat yang berbeda jauh baik dari segi jarak maupun kondisi lingkungan, rasanya sulit untuk menemukan perasamaan yang bisa kugunakan untuk mendekatkan diri.

"Kalau begitu boleh aku menanyakan hal yang sedikit pribadi soal Sakaki-san, misalnya keluarga dan semacamnya?"

"Hmm, aku sudah hidup terpisah dari kedua orang tuaku, aku ini anak bungsu dari dua bersaudara yang diisi oleh dua laki-laki, kakakku adalah seorang pemancing profesional sementara aku bisa kau lihat sendiri, seorang pekerja kantoran biasa. Soal hubungan khusus sih… aku tidak punya pacar tapi aku punya teman baik di kantor dengan nama Boar, dia adalah orang yang paling sering mengobrol denganku dan juga yang paling paham maksudku dalam berbagai pembicaraan."

"Hoo… Sakaki-san ternyata memiliki hubungan sosial yang cukup normal di dunia sebelumnya."

"Bisa dibilang kalau kau sudah dewasa maka mau tidak mau kau akan memiliki hubungan semacam ini, kau tidak akan bisa masuk ke dalam masyarakat jika bertingkah seenakmu sendiri terus-terusan."

"Pada dasarnya Sakaki-san memang orang yang bertingkah seenaknya kah?"

"Shigure-chan, kau lumayan jujur ya…"

"Ah, aku tidak bermaksud untuk menyinggung."

"Tidak apa, lagipula pertanyaanmu masih relevan dan memiliki hubungan. Memang benar, aku selalu bertingkah seenakku sendiri pada saat masih menjadi [Pahlawan Legendaris] sebelum kalian dengan mencoba untuk mengalahkan [Raja Iblis] tanpa memerlukan bantuan dari para [Pahlawan] lainnya, tidakkah itu seenaknya sendiri?"

"Umu, memang benar…"

"Tapi pada akhirnya aku berhasil juga sehingga itu membuatku merasa sedikit besar kepala pada saat kembali ke dunia asal kita, aku berpikir dengan caraku semuanya dapat ditangani tapi yah pemikiran macam itu salah besar."

Aku tersenyum kecut sambil memandang ke arah langit-langit, ah pembicaraan ini benar-benar telah membahas siapa diriku, setidaknya Shigure akan memiliki sedikit petunjuk mengenai aku ini orang macam apa.

Orang yang dulu besar kepala tapi sampai sekarang masih sedikit arogan, meskipun begitu aku akhirnya berakhir sebagai seorang laki-laki dewasa yang normal.

Meskipun kau terkirim ke dunia fantasi manapun, kalau pada akhirnya kau kembali maka secara terpaksa kau akan menjalani kehidupan macam diriku.

Sebagai orang biasa yang bekerja keras untuk sekdar mencari makan saja.

Mengingat hal ini aku tidak bisa menahan senyuman masamku untuk menjadi lebih lebar sedikit.

Melihatku yang berwajah masam Shigure mengerti dan berhenti berusaha untuk menanyaiku tapi aku kemudian memutuskan untuk membalikan pembicaraan ini karena mood yang cukup baik daripada tadi sudah terbentuk.

"Shigure-chan sendiri, bagaimana hidupmu? Kau kan masih SMA dan berada di puncak masa muda, pasti kau bosan mendengarkan sedikit cerita kehidupan dari sisiku kan? Katanya bercerita lebih menyenangkan daripada mendengarkan cerita lho."

"Kehidupanku ya…"

Sama sepertiku, Shigure mulai memandang ke arah langit-langit ruangan.

Dia mungkin berusaha untuk memikirkan sesuatu yang paling bisa menarik untuk didengar olehku.

"Uhm, aku tidak bisa memikirkan hal yang bisa menarik untuk Sakaki-san dengar."

"Punyaku sendiri tidak terlalu menarik lho, kau bisa menceritakan keseharianmu seperti apa."

"Uhh, kalau begitu aku akan mulai dengan menceritakan sedikit keseharianku."

Berbeda denganku yang bercerita dengan singkat, Shigure menceritakan banyak sekali hal kepadaku sampai aku rasa ini semua terlalu panjang untuk dituangkan di sini.

Intinya, dia becerita mengenai betapa menyenangkan kehidupan yang dimilikinya (dari sudut pandangku) ia mengikuti klub symphony di sekolahnya yang memiliki banyak anggota dan mereka sering berlatih sampai larut malam, sebagai gantinya mereka bisa memenangkan kejuaraan tingkat perfektur walau aku tidak pernah mendengarnya soalnya aku cenderung sibuk sendiri sih.

Sering mendapatkan surat cinta yang ditemukannya di loker sepatu, dalam sebulan dia bisa mendapatkan 20 surat cinta dan dia bingung harus melakukan apa kepada surat-surat tersebut karena semuanya selalu menggunakan inisial dari berbagai orang sebagai pengirim.

Aku hanya bisa tertawa kering mendengar soal surat cinta, anak-anak jaman sekarang semakin ciut nyalinya sekarang dan 20 surat dalam sebulan? Bukankah itu berarti Shigure hampir setiap hari mendapatkan surat cinta?

Tapi setelah mendengar kalau Shizuka menyuruh Shigure untuk membakar surat-surat itu di belakang sekolah, aku hanya bisa mengelus dada membayangkan perasaan para penulis surat cinta tersebut.

Kalian memang kurang keberanian tapi perjuangan kalian sudah patut untuk dihormati.

Aku lalu juga mendengar hubungan yang dimiliki olehnya dan Kaito juga anggota haremnya macam apa dan ternyata Shigure adalah teman masa kecil Kaito yang masih menjadi teman baiknya sampai sekarang, mendengar hal ini aku cukup terkejut dan berusaha untuk menanyai apakah dia sebenarnya menyukai Kaito atau tidak dan mendapatkan jawaban jika Kaito lebih mirip seperti seorang kakak atau teman yang sangat baik dan dekat bagi dirinya.

Kalau dia sampai suka Kaito sih… bukankah itu berarti aku satu-satunya [Pahlawan Legendaris] yang sendirian?

Hal semacam itu membuatku sesak sesaat ketika membayangkannya, jadi mari kita kesampingkan hal tersebut.

Mendengar mengenai soal diri Shigure membuat senyuman masam yang berada di wajahku mulai berganti menjadi sebuah senyuman biasa.

Aku yang menyadari hal ini kemudian tertawa pelan sambil mengalihkan pandangan sebentar.

"Ada apa, Sakaki-san?"

"Ah, tidak. Hanya saja mendengar berbagai hal mengenai dirimu membuatku merasa terhibur, jadi kupikir hal semacam ini lumayan aneh juga."

Mendengarku berbicara seperti maka dapat dipastikan kalau Shigure pasti akan mengiraku sebagai seseorang yang aneh.

"Tidak aneh kok, aku juga merasa terhibur pada saat mendengar cerita dari sisi Sakaki-san, terima kasih sudah mau jujur dan terima kasih mau mendengar soal diriku. Entah mengapa setelah mengatakan semuanya kepada Sakaki-san, aku merasa bisa mempercayai Sakaki-san…"

Shigure-chan…

Dia mengatakan hal semacam itu sambil berlagak malu-malu dengan mengalihkan pandangannya dariku dan memainkan rambut perak sebahu miliknya.

Aku ingin melakukan kejahatan sekarang, sumpah aku ingin melakukannya tapi aku kembali teringat kalau usia kami berdua sudah berbeda jauh dan itu merupakan sebuah batas yang tidak bisa diapa-apakan lagi.

"Ahhh~ seandainya saja aku lebih muda beberapa tahun maka mungkin aku bisa dimaafkan…"

Dan pikiranku secara tidak sengaja terlepas dan keluar dari mulutku…

Shigure memandangku dengan penuh keheranan dan aku hanya bisa meminta dia untuk melupakan apa yang baru saja didengarnya walau dia memang tidak mengerti.

Tak berselang lama, jam makan malam telah tiba dan seorang pelayan telah datang membawakan makanan kami, aku memberikan uang tip kepada pelayan tersebut dalam bentuk beberapa keping Koin Copper.

Dia terlihat cukup senang pada saat meninggalkan ruangan kami.

Hidangan makan malam ini terdiri dari; roti, sup dengan berbagai sayuran di dalamnya, dan juga sepiring daging… menu yang terkesan seimbang sekali untuk makan malam, tapi bukankah makanan semacam ini lebih cocok untuk sarapan?

Tapi aku tidak terlalu mempedulikan hal semacam itu karena perutku sudah keburu lapar sehingga tanpa ragu aku mulai menyesap sup setelah mengambilnya menggunakan sendok.

Walaupun penampilannya begitu sederhana tapi sup ini kaya rasa sekali, sepertinya banyak sekali bumbu dan rempah yang digunakan oleh siapapun pembuatnya ke sup ini.

Sup ini rasanya lebih cocok untuk makanan pembuka saat makan pagi… tapi ah sudahlah.

Dengan cepat aku menghabiskan makananku dan aku bisa dengan yakin mengatakan jika semuanya memiliki rasa yang benar-benar enak dan memuaskan perutku sampai cukup kenyang.

Sementara berbanding terbalik dengan diriku, Shigure yang sebenarnya sudah kelaparan lebih memilih untuk menikmati semua hidangan yang ada dengan pelan dan juga dengan cara yang lebih sopan.

Aku menunggunya untuk selesai makan kemudian percakapan ringan kami berlanjut tapi di tengah percakapan Shigure mengajukan satu pertanyaan yang selama ini sudah kutunggu-tunggu untuk dia tanyakan.

"Apa rencana berikutnya, Sakaki-san?"

"Hmm, rencana berikutnya kah… tentu saja kita akan pergi ke [Adventure Guild] untuk mendaftarkan diri sebagai [Adventurer]."

Aku kemudian melentangkan tubuhku di atas tempat tidur yang menurutku sudah lumayan empuk jika dibandingkan dengan kasur jerami.

Mungkin Shigure akan memiliki opini yang lain mengenai hal ini tapi aku tidak akan bertanya.

Untuk menghemat uang setidaknya kami harus bisa bertahan dengan gaya hidup semacam ini untuk beberapa hari atau minggu.

"Oh iya, Shigure."

"Ada apa?"

"Bisakah kau berhenti memanggilku dengan san?"

"Uhh, memang kenapa?"

"Mulai dari sekarang kita akan menjadi partner yang akan saling mempercayai satu sama lain, melindungi punggung, tubuh, dan nyawa masing-masing."

Shigure terdiam sesaat mendengarku.

Fumu, mungkin cara bicaraku menjadi cukup aneh untuk saat ini…

"Aku akan berusaha, Sakaki!"

Uwah… dia benar-benar menyebutkan namaku, di luar dugaanku ini lumayan mengenakan juga untuk didengar.

Aku hanya tertawa kecil sambil mengubah posisi tidurku dimana aku sekarang terlihat agak menggeliat sambil menarik selimut yang ada di bawah.

"Kalau begitu bagus, segeralah beristirahat dan selamat malam."

Tak kudengar jawaban dari seorang Shigure sama sekali namun sepertinya dia sudah memahaminya.

Aku pun memejamkan mata dan dengan cepat kesadaranku terangkat seolah terlepas dari tubuhku.

Tak terasa, satu malam sudah terlewat.

Keesokan hari pun datang dengan begitu cepat.

Ayam berkokok membangunkanku dan membuatku langsung berdiri dari tempat tidur.

"Uhhh…"

Aku menggeram sembari memejamkan mata dan meregangkan tubuhku.

Ahh~ rasanya aku hidup kembali setelah sekian lama.

Aku lalu melirik ke arah tempat tidur yang Shigure gunakan tadi malam.

Dia masih tertidur dengan begitu pulas…

Lagipula sekarang ini masih terlalu pagi juga, kebiasaanku untuk bangun pagi untuk mengejar kereta paling awal kambuh di sini.

Aku berjalan ke arah jendela kamar dan membukanya, udara yang segar langsung masuk ke dalam kamar ini.

Dan aku langsung disambut dengan pemandangan daerah perumahan yang begitu tenang dan damai juga terlihat begitu indah karena arsiktetur bangunan yang terlihat begitu fantasi benar-benar memanjakan mata yang biasanya dibuat untuk melihat bangunan moderen macam gedung tinggi yang menembus langit.

"Pagi yang begitu damai."

Di bawah nafasku aku bergumam, tertangkap oleh mataku jika ada beberapa orang yang sudah mulai beraktivitas pada saat jam sepagi ini tapi jumlah mereka tidak banyak, aku tebak mereka semua adalah para pedagang yang sedang menuju ke pasar.

"Tapi Matahari pagi di dunia ini begitu terang ya."

Aku menutupi bagian atas mataku menggunakan telapak tangan lalu berjalan menjauh dari jendela.

Kuambil jubah yang kutanggalkan sebelum aku tertidur dan dengan cepat aku segera mengenakannya, aku berjalan menuju pintu keluar kamar lalu melanjutkannya dengan menyusuri lorong penginapan.

Tak lama kemudian aku sampai di tangga yang menghubungkan lorong kamar penginapan dengan bar, aku menuruni tangga tersebut lalu duduk di salah satu kursi yang berada di dekat konter.

Seorang pria yang berada di balik konter tempat di mana aku terduduk sedang membersihkan gelas minuman, dia memandangku lalu tersenyum kecil ke arahku.

"Pagi-pagi begini apakah kau ingin minum-minum, tuan?"

"Tidak, aku hanya ingin menanyai anda mengenai beberapa hal."

Tentu saja, hal ini harus ditanyakan sejak awal, aku terlalu terfokus untuk pergi ke Istana dan menjadi seorang [Adventurer] kemarin sampai melupakan hal simpel semacam ini.

Hal yang menjadi tujuan sampai kami bisa dipanggil ke dunia ini.

Bukan hanya diriku, melainkan Shigure, Kaito, Shizuka, dan juga Kaori.

"Menanyaiku kah… untuk beberapa hal khusus kau harus membayar."

"Jangan khawatir, apa yang kutanyakan ini mungkin malah menjadi pengetahuan umum di sini."

"Dari cara bicaramu sepertinya kau memang tidak berasal dari kota ini."

"Ahh, ceritanya panjang tapi aku yakin kau tidak akan terlalu tahan untuk mendengarnya jadi mari kita kesampingkan soal diriku dan lebih fokus ke pertanyaan yang akan kutanyakan."

"Uhm, baiklah."

Pria itu terus mengelap gelas satu persatu sambil menatapku.

Aku hanya mempertemukan kedua jemari tangan milikku yang kemudian langsung kudekatkan ke wajahku.

"Sebenarnya ancaman macam apa yang sedang mendera Astalfit sampai mereka perlu memanggil [Pahlawan Legendaris] sekali lagi?"

Pria yang sebelumnya terus mengelap gelas tersebut segera berhenti melakukan aktivitasnya tersebut, dia kemudian tersenyum dan mengatakan, "Hoo…"