Aku benar-benar seperti sampah di sudut ruangan. Tapi aku cukup beruntung karena pada hari sabtu tidak harus pergi ke kantor, penulis yang aku tangani membuat janji temu di luar. Dan hari mingguku tak jauh lebih baik. Nico menertawakanku, dia bilang aku sudah hampir menjadi zombie yang sesungguhnya. Aku tidak pergi ke gereja, aku tidak mau menakut-nakuti jamaat lainnya.
"Apa yang kau lakukan di depan pintu?" Nico bertanya karena setiap 15 menit sekali aku suka mengintip keluar rumah, berharap menemukan sebuah gelas berisi cokelat hangat atau teh herbal buatan Arka di depan pintuku.
"Tidak ada, kukira ada seseorang yang baru saja menekan bel rumah." ujarku seraya memanyunkan bibir. Euphoria yang dialami telingaku benar-benar mengerikan!
.
.
.
Ini hari senin, namun sialan sekali karena dia masih belum menghubungiku. Aku tidak tahu apa dia sudah kembali ke Jakarta atau belum.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください