Suara deburan ombak terdengar riuh malam itu. Namun, tak dapat meredam suara ramainya beberapa orang yang saat itu tengah berpesta di pantai.
Tampak kerlap kerlip hiasan lampu tumblir bersinar mengalahkan sinar bintang malam itu. Sebuah meja panjang di penuhi makanan dan jangan lupakan kue ulang tahun tertata rapi di atas meja.
Malam ini keluarga kecil Jeon tengah merayakan pesta ulang tahun untuk putra pertama mereka Jeon Jungmin yang ke-17 beberapa menit lagi. Di sana sudah ada keluarga besar Lee, keluarga Min dan kakek juga nenek dari Jungmin dan Minjung.
Mereka bercanda bersama, tertawa bersama kadang juga menggoda Jungmin dan Minjung berakhir membuat Minjung marah karena ulah paman dan bibinya.
Jimin saat ini tengah menyiapkan minuman di dapur rumah pantainya. Sambil menata gelas-gelas ke atas nampan untuk ia bawa ke tempat pesta.
"Hyung, butuh bantuan?"
"Eh? Jihoon.. Boleh bisa kau ambilkan buah strawberry yang ada di lemari es, Minjung sangat menyukainya, aku ingin memberikannya padanya." Ucap Jimin sambil mengeringkan gelas dengan kain bersih.
"Bukankah hyung juga menyukainya?" Tanya Jihoon heran.
"Ya memang sebelum gigi hyung ngilu saat merasakan masamnya." Jimin pun terkekeh dengan jawabannya. Jihoon pun sama.
"Oh ya, bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Jimin pada Jihoon yang kini ikut membantu mengeringkan gelas.
"Perusahaan Yoongi hyung maju pesat. Kemarin saja kami mendapat kerja sama dengan perusahaan besar. Oh ya satu minggu yang lalu kami mengirimkan kontrak kerja pada Jungkook hyung."
"Eoh? Benarkah?" Jihoon pun mengangguk dan tersenyum pada Jimin.
"Jihoonie.. Ku dengar kau akan menikah? Benarkah itu?" Tanya Jimin sambil memberi jihoon tatapan jahilnya.
"Ish.. Hyung. Dari mana hyung tahu sih.." Jihoon pun mempoutkan bibirnya. Jimin pun tertawa saat mendapat respon menggemaskan dari jihoon.
"Tau ji, hyung kan punya informan terpercaya." Ucap Jimin sambil menaik turun kan alis.
"Aish.. Hyung~ jangan menggodaku.." Rengek Jihoon dengan rona merah di pipinya menahan malu.
Jimin begitu senang menggoda adiknya. Meski awal pertemuan mereka dulu terasa canggung karena lama tak dapat bertemu sebab jihoon melanjutkan sekolahnya di LA selama 5 tahun. Setelah lulus ia pun di ajarkan oleh Yoongi mengelola perusahaan yang ada di Jepang dan satu tahun kemarin Jihoon tengah di pertemukan dengan Jimin dalam ketidaksengajaan yang pada saat itu Jimin dengan suami dan anak-anaknya tengah berlibur.
"Oke.. Oke, ayo kita ke pantai. Mereka semua pasti sudah menunggu."
"Ne hyung."
Jimin dan Jihoon pun keluar dari dapur membawa minuman beserta beberapa hidangan di bantu pelayan yang kemarin malam sengaja di datangkan dari rumah mereka.
Setelah sampai di pantai, Jimin, Jihoon dan beberapa pelayan menata hidangannya ke atas meja yang telah di sediakan. Tak lupa juga kue ulang tahun yang sungguh menggugah selera hasil buatan Jimin sendiri.
Sebuah kue yang di dominasi cokelat dengan topping strawberry. Maklum saja kedua anaknya menurun dari Jimin. Keduanya anaknya itu sangat menyukai strawberry maka dari itu setiap tahunnya kue ultah kedua anaknya tak pernah absen dari buah strawberry sebagai topping pelengkapnya.
"Kookie, apa semua sudah datang?" Tanya Jimin saat Jungkook membantunya menata meja.
"Hanya tinggal Seung gi hyung dan Jong suk hyung. Seung gi hyung tadi menghubungi ku dia bilang sebentar lagi akan datang."
"Ah.. Baguslah kalau begitu. Semua persiapan sudah rampung, 10 menit lagi waktunya akan tiba."
"Nde, aku tahu sayang. Kita tunggu saja mungkin sebentar lag-Ah! Itu mereka!" Jimin pun mengikuti arah pandangan suaminya. Ia pun membalikkan tubuhnya dan ia pun tersenyum lebar karena yang ia tunggu sudah datang. Jimin pun berlari kecil ke arah Sung gi dan Jong suk yang baru saja tiba.
"Hyungie~" Pekik Jimin sambil berlari menuju Seung gi. Sedangkan Seung gi terkekeh melihat kelakuan adik manisnya yang sifatnya tak berubah sama sekali.
Grepp
"Hyungie... Aku rindu~" Ucap Jimin sambil memeluk tubuh yang ia yakini milik Seung gi. Namun ia sangsi dengan tubuh yang di peluknya. Kemudian Jimin melepas pelukannya dengan kening yang mengerut.
"Aaa~ hyungie..." Jimin pun mencebik kesal saat tahu bukan Seung gi yang memeluknya namun Jong suk lah yang peluk. Seung gi terkekeh melihat kejahilan suaminya itu. Suami? Ya sudah 10 tahun usia pernikahan mereka. Bahkan seung gi dan suaminya juga mengadopsi seorang putra dari panti asuhan karena Seung gi bukan pria yang memiliki rahim seperti Jimin. Lee Hansung putra dari pasangan Seung gi dan Jong suk berusia 15 tahun, mereka mengadopsinya saat pemuda itu berusia 5 tahun. Hansung sangat dekat dengan Jimin bahkan ia lebih suka memanggil Jimin dengan Noona cantik. Awalnya Jimin melarang Hansung memanggilnya seperti itu namun pemuda itu keras kepala dan berakhirlah Jimin terpaksa menerima panggilan itu.
"Hyungie.. Jahil sekali sih!" Ucap Jimin kesal namun tidak dengan Seung gi dan Jungkook yang baru saja bergabung, keduanya malah tertawa.
"Appa! Apa yang Appa lakukan pada Noona Cantik?!" Hansung pun menarik Jimin menjauh dari Appa nya. Jungkook pun memutar bola matanya jengah. Ini dia bocah yang menjadi saingannya untuk mendapat perhatian dari istrinya, pikir Jungkook.
"Eh?" Jimin begitu terkejut saat Hansung tiba-tiba menariknya di belakang tubuhnya yang entah mengapa lebih besar dari tubuhnya, sungguh menjengkelkan.
"Appa tak melakukan apa-apa pada Samchon mu, Hansung dan bersikaplah yang sopan panggil dia Samchon."
"Tidak mau! Pokoknya aku tetap memanggilnya Noona Cantik!" Pekik Hansung tak terima. Jungkook yang melihat pertengkaran itu memilih untuk melerai mereka sebelum ada pertumpahan darah terjadi. Ah.. Tidak itu berlebihan.
"Em.. Maaf bisa kita mulai acaranya 1 menit lagi tengah malam, ayo sayang kita ke sana." Ucap Jungkook sambil menarik lengan Jimin perlahan.
"Ah.. Benar, kita harus segera memulainya. Mari hyungdeul, Hansungie."
Kini Jungkook sudah berada di tengah-tengah mereka dengan Jimin di sampingnya. Semua tamu yang hadir kini memusatkan perhatian mereka pada pasangan yang kini tengah meminta perhatian mereka, termasuk si bintang utama pesta Jeon Jungmin menatap kedua orang tuanya dengan senyum lebarnya. Merengkuh pinggang sempit istrinya, Jungkook mulai membuka suaranya.
"Selamat malam semuanya. Malam ini adalah malam yang istimewa untuk putra kami, Jeon Jungmin. Di malam ini putra tampan kami akan berusia 17 tahun dimana Langkah awal menuju kedewasaannya. Jungmin-ah Daddy dan Mommy terima kasih telah mengisi hari-hari kami, kami sangat bangga dengan prestasimu yang kau raih selama ini dan juga Minjung jangan cemberut sayang ini ulang tahun Oppa mu." Semua yang ada di sana tertawa saat melihat Minjung yang tersipu malu dengan teguran Daddy nya.
"Daddy juga ingin meminta maaf untuk semua kesalahan Daddy pada mu dan Juga Mommy.. —Jimin menoleh pada Jungkook kemudian tangannya terulur untuk mengusap lengan kekar suaminya untuk menenangkannya— ..Maaf karena sempat meninggalkan kalian saat itu. Dan aku merasa beruntung telah mendapatkan kalian dengan mudah karena Mommy kalian yang dengan mudahnya memaafkan ku dan memberikan ku kesempatan untuk bersama kalian hingga saat ini. Dan untuk Jungmin Daddy punya sebuah hadiah yang beberapa waktu lalu kau menginginkannya." Jungmin mengerutkan keningnya saat ia merasa tak menginginkan sesuatu dari Mommy dan Daddy nya.
"Apa itu Daddy?" Tanya Jungmin. Jungkook pun mengeluarkan sebuah kotak kecil berbentuk persegi kemudian memberikannya pada Jungmin. Jungmin pun menerimanya kemudian ia pun membuka hadiahnya dan ia kembali bingung saat di dalam sana ada sebuah kaset CD dengan sebuah note di dalamnya.
Isi note itu:
𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘉𝘪𝘳𝘵𝘩𝘥𝘢𝘺 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨!
𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘩𝘢𝘥𝘪𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢😘🤭
Jungmin pun mengambil kaset itu dan segera mengambil laptop yang ada di atas meja yang terhubung ke layar proyektor yang ternyata sengaja di siapkan untuk melihat isi hadiahnya. Tak menunggu lama lagi Jungmin segera memutar Kaset itu.
Dapat ia lihat di sana Mommy nya yang sedang menyiapkan makan siang karena di dalam rekaman itu terdapat waktu rekamnya.
"𝘉𝘢𝘣𝘺 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘢?" Jungmin dapat mendengar suara Daddy nya yang tengah merekam.
𝘛𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘮𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘦𝘳𝘢, "𝘚𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨." 𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵.
"𝘖𝘩 𝘺𝘢 𝘉𝘢𝘣𝘺, 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪?" Pertanyaan yang di lontarkan di dalam video itu membuat Jungmin mengerutkan keningnya. Apa Mommy nya sedang sakit? Ia pun menoleh ke arah kedua orang tuanya di mana Sang Daddy memeluk Mommy nya sambil menatap ke arah layar proyektor yang juga para tamunya lihat.
"𝘛𝘦𝘯𝘵𝘶, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨."
"𝘖𝘬𝘦 𝘣𝘢𝘣𝘺 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩."
𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶, 𝘳𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭.
"𝘈𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢? 𝘒𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬 𝘱𝘶𝘤𝘢𝘵 𝘉𝘪" 𝘛𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘳𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘦𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘶𝘤𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘴 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘦𝘳𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘱𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯.
"𝘌𝘮, 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢. 𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵."
"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩, 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘯𝘦 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪." 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘳𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘚𝘦𝘰𝘶𝘭.
𝘙𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘪 𝘱𝘰𝘵𝘰𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘬𝘴𝘢 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘥𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳 𝘢𝘱𝘢. 𝘒𝘪𝘯𝘪 𝘳𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘮𝘦𝘳𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳 𝘪𝘵𝘶.
"𝘑𝘶𝘯𝘨𝘮𝘪𝘯-𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘨𝘶𝘨𝘶𝘱 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪. 𝘓𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵." 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘬𝘦𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.
"𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘱𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘬𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳. 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘔𝘰𝘮𝘮𝘺 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘴𝘯𝘪𝘴. 𝘎𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘨𝘢𝘴 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘔𝘰𝘮𝘮𝘺 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩, 𝘰𝘬𝘦. 𝘈𝘩.. 𝘔𝘰𝘮𝘮𝘺 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘬𝘴𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢, 𝘯𝘦?" 𝘛𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬 𝘳𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘰𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘬𝘢𝘮𝘦𝘳𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘬𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳.
"𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳?" 𝘛𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘦𝘳𝘢. 𝘒𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘨𝘢𝘮𝘣𝘢𝘳 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮.
"𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘪 𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘧𝘢𝘬𝘵𝘰𝘳 𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘳𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘑𝘢𝘨𝘢 𝘱𝘰𝘭𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘦𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝘗𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘪𝘴𝘵𝘪𝘳𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘫𝘶𝘨𝘢." 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘋𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘢𝘮𝘱𝘭𝘰𝘱 𝘱𝘶𝘵𝘪𝘩 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯.
"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘰𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩, 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘪𝘴𝘪." 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘳𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪.
"Mommy? Apa Mommy sedang sakit?" Tanya Jungmin yang cemas. Dapat Jungkook dan Jimin lihat semua yang ada di sana juga terlihat penasaran dengan ke adaan Jimin.
"Buka ini sayang." Ucap Jimin sambil menyerahkan sebuah amplop yang Jungmin yakin adalah hasil pemeriksaan Mommy nya.
Dengan cepat Jungmin mengambil amplop itu dan segera membukanya dengan perasaan khawatirnya.
𝗣𝗮𝘀𝗶𝗲𝗻 : 𝗝𝗲𝗼𝗻 𝗝𝗶𝗺𝗶𝗻
𝗨𝘀𝗶𝗮 : 𝟯𝟴 𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻
𝗛𝗮𝘀𝗶𝗹 𝗽𝗲𝗺𝗲𝗿𝗶𝗸𝘀𝗮𝗮𝗻 : (+) 𝗽𝗼𝘀𝗶𝘁𝗶𝗳
Jungmin mengernyit bingung dan menatap kedua orang tuanya yang tengah tersenyum menatapnya.
"Apa ini mi, Daddy?"
"Keinginanmu beberapa hari yang lalu sebelum kita berlibur sayang. Kau lupa? Kau mengatakannya pada Daddy saat di ruang kerja Daddy." Ucap Jimin. kemudian tampak Jungmin tampak brrpikir dan mengingatnya dan sedetik kemudian Jungmin tertawa senang sambil memeluk tubuh mommynya nya.
"Um.. Aku saat itu mengatakan kalau aku ingin a.... AAaaaaaaa! Yeah Mommy! Terima kasih!" Setelahnya Jungmin tertawa senang membuat semua tamu terlihat bingung.
"Yak! Katakan apa tang terjadi! Jangan buat kami penasaran anak nakal!" Teriak Seokjin tak sabaran. Kemudian di sana menjadi ricuh karena rasa penasaran mereka.
"Oke, maaf. Begini.. Jimin hamil dan usia kehamilannya sudah satu bulan."
"Mwo?!" Semuanya terkejut dengan kabar itu di sisi lain juga merasa senang akan kabar itu.
Setelah itu acara kembali di lanjutkan dan seluruh keluarga yang hadir pun mulai menikmati hidangan yang di sediakan. Namun, tanpa mereka sadari di tempat yang jauh dari tempat pesta itu, seseorang berada di dalam mobil berwarna hitam yang tatapannya tertuju pada sosok Jimin yang berada di samping suaminya tertawa bersama dengan keluarganya. Seringai psyconya muncul kembali menghiasi bibir tipisnya.
"Long time no see baby, 16 tahun sudah kita tak berjumpa. aku merindukanmu, sangat." Pria itu pun tertawa dengan mata yang masih tertuju pada namja mungil itu.
"Well.... Dalam waktu dekat aku akan mengunjungimu jiminku sayang. Ku pastikan aku tak akan gagal lagi untuk memilikimu. Tak akan ada yang bisa mencegah ku kali ini." Ucap pria itu kemudian ia mulai melajukan mobilnya dari sana dan menghilang di antara kelengangan jalanan kota Busan malam itu.
𝙀𝙉𝘿 𝙎𝙀𝘼𝙎𝙎𝙊𝙉 1