webnovel

Happiness is simple

Kehidupan setiap orang sungguhlah berbeda-beda. Ada kalanya seseorang berada dalam keterpurukan, tersiksa dan terhina. Dalam kondisi seperti itu seseorang akan berada pada titik ke putus asa'an bahkan bisa saja orang itu mengalami depresi. Namun berbeda dengan Lee Jimin yang kini telah menjadi seorang Jeon Jimin sejak 16 tahun yang lalu.

Jimin pernah merasakan masa itu. Terhina, tersiksa hingga terpuruk, Jimin telah merasakannya namun, ia masih punya keyakinan jika suatu saat nanti kebahagiaan pasti akan datang. Pasti dapat di gapai nya meski melewati rasa sakit dan kejamnya hidup di dunia saat itu.

Jimin tak pernah sekali pun mengeluh dan akhirnya terbukti bahwa harapannya selama ini tak sia-sia. Setelah melewati semua itu Jimin kini bisa merasakan bahagianya.

Bahagia karena masih ada orang yang mengharapkannya,

Bahagia karena masih ada orang yang menyayanginya,

Bahagia karena masih ada orang yang mau melindunginya dan,

Bahagia saat seseorang kini dengan tulus mencintainya.

Seakan semua hanya bunga tidurnya dan akan menghilang dan terlupakan saat terkadang dari tidurnya. Namun tidak, ini semua nyata, ini semua yang ia rasakan saat ini dan ia alami selama ini.

Jimin tersenyum tipis saat menatap lurus pada pemandangan indah di depan matanya. Langit berwarna Jingga tampak matahari yang akan tenggelam seolah ia perlahan tertelan oleh lautan. Suara ombak menemani pemandangan indah di hari senja ini.

Pria yang kini berusia 38 tahun itu tengah menutup matanya, merentangkan kedua tangannya sambil menikmati angin pantai yang berhembus menerpa tubuhnya. Perasaan bahagia tak pernah hilang dari hatinya sejak 16 tahun yang lalu. Sungguh, sekali pun tak pernah menyangka jika Tuhan masih menyayanginya hingga memberikan hadian kecil untuknya. Yakni, sebuah keluarga harmonis dengan suami yang sangat mencintainya, seorang putra tampan dan juga seorang putri yang cantik. Mereka adalah anugerah yang tak pernah terbayangkan olehnya.

๐™Ž๐™ง๐™š๐™š๐™ฉ

Dua lengan kekar memeluk tubuhnya dari belakang.

"Sayang, ayo kita masuk. Udara malam tak baik untukmu." Ucap pria tampan yang kini berusia 42 tahun itu yang berstatus sebagai suaminya, Jeon Jungkook.

Jimin menoleh ke sisi kanannya di mana wajah sangat suami bertengger di bahu sempitnya sambil tersenyum teduh.

Jimin mengulurkan tangan kanannya meraih kepala Jungkook dan mengusap lembut surai hitam suaminya, "Sebentar lagi, aku ingin seperti ini sebentar lagi."

"Jungmin dan Minjung sudah mencari mu sayang." Jimin pun tersenyum.

"Baiklah kita kembali." Ucap Jimin.

Jungkook merangkul bahu sempit istrinya dan membawanya kembali ke rumah pantai miliknya.

Saat ini keluarga kecil itu tengah berlibur untuk merayakan kelulusan Jungmin di Senior High School. Di umurnya yang satu hari lagi genap 17 tahun Jungmin dengan otak cerdasnya sudah meraih kelulusannya karena mengambil jalur akselerasi. Jimin dan Jungkook begitu bangga padanya bahkan prestasi di sekolahnya pun sangat memuaskan. Berkali-kali mengikuti Olimpiade akademik dan non-akademik. Begitu juga dengan Minjung, Jeon Minjung putri bungsu mereka. Gadis manis yang memiliki mata sipit dengan eye smile yang di turunkan oleh Jimin juga sama membanggakan dalam akademik dan non-akademik. Bahkan Minjung kini menjadi atlit renang andalan dan kebanggaan di sekolahnya. Selalu mendapatkan medali emas di setiap turnamen yang ia ikuti.

Sungguh Jimin dan Jungkook sangat terharu dengan putra dan putrinya. Apalagi Jungkook, ia merasakan hidupnya kini sangat sempurna. Mempunyai istri yang begitu penyayang dan penyabar. Terbukti kesabaran yang di miliki Jimin seolah tak punya batasan, pria mungil itu sangat sabar menghadapinya kala itu suasana hatinya tidak baik karena pekerjaannya, pernah suatu hari jungkook tanpa sengaja membentak hingga menampar jimin nya hingga ia sendiri yang merasa sangat bersalah karena menyakiti Jimin nya dan berakhir memohon maaf sambil berlutut dan menangis.

"Mommy, lama sekali kami sudah menunggumu!" Ucap Minjung sambil berjalan menghampiri Jimin dan meraih lengan Jimin dari tangan Jungkook.

"Yak! Minjung-ah!" Protes Jungkook saat putrinya merebut Jimin darinya. Sedang Minjung menjulurkan lidahnya mengejek dan segera menyeret Jimin masuk. Sedang Jimin hanya tertawa melihat keduanya.

"Yak! Mom Lama sekali! Pasti Daddy kan yang menahan Mommy!" Protes Jungmin dan ikut menarik lengan kanan Jimin yang bebas.

"Tidak sayang, Mommy yang menahan Daddy mengajak kembali, Mom...

"Tidak perlu membela Daddy, ish.." Sela Minjung dengan mencebikkan bibirnya. Jimin pun terkekeh melihat Minjung merajuk.

"Sayang, Mom...

"Ssttt.. Tidak perlu berkelit lagi. Sekarang Mommy milik kami." Jimin memutar bola matanya malas. Ia sudah tak bisa berkata atau pun membantah jika putra sulungnya memutuskan seperti itu.

"Ne araseo.. Sekarang Mommy akan memasak untuk makan malam, kalian ingin masakan apa my Prince and my Princess?" Seraya mengecup pipi masing-masing putra dan putrinya.

"Kimbab!/Bibimbap!" Ucap keduanya serentak.

"Eh.. Tidak aku ingin makan bibimbap!" Ucap Jungmin.

"Kimbab Oppa.. Aku ingin makan Kimbab!" Sela Minjung.

"Tidak! Pokoknya Bibimbap!" Ucap Jungmin tak mau kalah.

"Kimbab Oppa!"

"Bibimbab!"

"Kimbab!"Keduanya tetap tak mau mengalah dan saling menatap tajam seakan kedua mata berbeda bentuk itu bisa mengeluarkan laser menyampaikan amarah.

Jimin pun memutar bola matanya jengah, "Sudah, anak-anak. Mommy akan buatkan keduanya, bagaimana?"

Keduanya pun mengalihkan tatapan mereka pada sang Mommy. Namun, seketika hening. Hingga...

"Yeayyy!" Pekik keduanya hingga membuat Jimin terperanjat dan berakhir mengusap dadanya.

"Untung sayang. Untung anak sendiri kalau bukan sudah ku larung kalian ke laut." Gerutu Jimin dalam hati.

***

Setelah perdebatan antara kedua kakak beradik itu, Jimin pun mulai membuat masakan seperti yang di inginkan kedua anaknya. Sedang Jungkook baru saja kembali dari supermarket untuk membeli beberapa minuman dingin juga snack untuk cemilan nanti malam untuk rencananya menikmati maraton movie bersama keluarga kecilnya.

"Sedang membuat apa sayang?" Ucap Jungkook sambil menyandarkan punggungnya di depan lemari es setelah memasukkan belanjaannya dan melipat kedua tangannya di depan dada sambil bibirnya mengulas senyum.

"Sedang membuatkan anak-anak makan malam. Kookie dari mana?" Ucap Jimin tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Jungkook.

Jungkook perlahan melangkahkan kakinya ke arah Jimin dan memeluk tubuh mungil itu dari belakang dan melingkarkan tangan kekarnya pada perut istrinya.

๐˜พ๐™ช๐™ฅ

Jimin tersenyum saat merasakan sebuah kecupan di daratkan suaminya pada tengkuknya.

"Kookie, jangan begini. Nanti anak-anak melihat." Protes Jimin.

"Tenang saja baby, mereka sedang bermain di pantai." Ucap Jungkook sambil menenggelamkan wajahnya pada perpotongan Jimin. Menghirup harum vanilla dari tubuh istrinya yang sudah menjadi candunya selama ini dan lama kelamaan menjadi jilatan dan gigitan.

"๐˜Œ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ฉ.. ๐˜’-๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ฉ๐˜ฉ.." Lenguhan Jimin pun keluar saat Jungkook mulai menghisap kulit leher istrinya sambil tangan kanannya yang sudah masuk ke dalam kaos putih kebesaran yang di pakai Jimin mengusap lembut perut istrinya hingga jarinya berada di atas bekas jahitan operasi sesar untuk melahirkan kedua malaikat mereka dan kembali mengusapnya hati-hati.

"๐˜š-๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ.. ๐˜ˆ-๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ-๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฌ-๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ฉ..๐˜ด๐˜ด๐˜ฉ๐˜ฉ.." Jimin menghentikan tangannya yang sedang memotong sayuran untuk bibimbab.

Jungkook masih menikmati tindakannya dengan Jimin yang juga mulai menikmati setiap sentuhan lembut suaminya, Tiba-tiba sebuah suara membuat mereka terperanjat dan Jimin pun mendorong tubuh Jungkook menjauh darinya kemudian Jimin menunduk malu.

"Ekhem! Bisakah kalian pindah di kamar saja. Kami tidak mau mata suci kami melihat adult scene live shows." Ucap Jungmin sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya sedang Minjung tertawa geli di belakang tubuh besar Jungmin.

Kini keluarga kecil Jeon sudah duduk bersama di meja makan menikmati makan malamnya dengan hening dan suasana di ruang makan itu terasa canggung. Jimin makan dengan perasaan antara gelisah dan malu. Ia masih merutuki kejadian di dapur tadi hingga ia merasa sangat sangat malu dan rasanya ingin menenggelamkan diri ke laut sana karena kedua anaknya memergoki adult scene live shows yang mereka lakukan.

"๐˜ˆ๐˜ช๐˜ด๐˜ฉ.. ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช! ๐˜‹๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ณ ๐˜‘๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฎ ๐˜‘๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ฌ, ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ถ, ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ๐˜ต!!" Pekik Jimin dalam hati.

๐™๐˜ฝ๐˜พ

Next chapter