webnovel

I Love You, Marsya

都市
連載中 · 17K ビュー
  • 16 章
    コンテンツ
  • レビュー結果
  • NO.200+
    応援
概要

Ari Sandiago Revan adalah pecandu narkoba yang membenci mamanya hingga membuatnya beranggapan bahwa semua wanita sama hanya menjadi benalu laki-laki. Samuel adalah seorang pengusaha yang pernah menyelamatkan Ari dari overdosis hingga mengangkatnya menjadi CEO di salah satu perusahaan miliknya ternyata sejak lama menginginkan Ari lebih dari sekadar pertemanan. Menyadari hal tersebut, Ari kemudian berusaha menghindar dari jebakan Samuel. Marsya adalah gadis misterius yang diselamatkan Ari saat bunuh diri di laut justru membuatnya jatuh cinta. Meski mendapat ancaman dan teror dari Samuel, tak lantas membuat Ari takut. Justru benih cinta kepada Marsya semakin tumbuh. Dapatkah Ari mempertahankan hubungannya dengan Marsya dari segala ancaman?

Chapter 1Terjebak

Hening yang bening. Detak jam dinding dan desah napas bagaikan rekuiem mengantarkan aku pada pemakaman senyap. Aku menarik napas dalam yang kemudian terasa berat. Mencoba memejamkan mata, berharap kantuk datang. Aku lelah. Aku ingin istirahat. Namun, semakin aku mencoba mengundang kantuk, justru ia semakin menganggapku musuh. Menjauh, mungkin hingga aku bertemu subuh.

Harusnya malam ini aku bersukacita merayakan malam pergantian tahun dengan teman atau keluarga. Namun ... ah, aku terlalu pengecut untuk menampakkan diri. Terutama setelah hampir semua orang tahu aku pengguna narkoba. Bahkan, yang lebih membuatku minder, sebagian teman dan keluarga menganggap aku penyuka sesama jenis. Dan, semua itu gara-gara dia! Aku benci. Andai saja membunuh bukan sebuah kejahatan, pasti aku akan membunuhnya dengan sangat kejam.

Harga diriku terkoyak. Bahkan, aku sangat yakin tidak akan cukup waktu satu atau dua minggu atau bahkan bulan untuk meyakinkan semua orang bahwa aku adalah pria normal. Aku pecandu narkoba, memang iya. Namun, aku tak sudi dianggap sebagai gay. Aku jijik. Aku muak!

Prak!

Aku lempar gelas ke dinding kamar. Belingnya berhamburan. Sebagian mendekat kembali kepadaku.

Aku menatapnya dan menarik napas dalam, kemudian mengembuskannya pelan. Pelan sekali sambil memejamkan mata, berharap segala gundah, resah, dan cemas ikut terembus dengan udara yang keluar dari rongga dada. Namun, semakin mencoba aku melawan semua resah, justru otakku secara otomatis memutar ulang peristiwa yang aku anggap sebagai biang pangkal kehancuran hidupku. Semua berawal dari Mama.

"Mama ...," wajah Mama terbayang bersamaan dengan wajah Papa yang sedang duduk di kursi roda.

"Jadi Papa tak becus mendidik anak, begitu? Lalu bagaimana dengan Mama? Adakah waktu Mama buat keluarga?" Suara Papa terngiang. Hatiku semakin berdetak tak karuan.

"Apa maksud Papa bicara seperti itu? Papa tahu sendiri pekerjaan Mama banyak. Butik Mama juga ada di luar kota!"

Papa menghentikan kursi roda. "Anak buah Mama banyak. Suruh saja mereka! Atau jangan-jangan itu hanya alasan Mama supaya bisa bersenang-senang dengan pria lain?" sungut Papa tanpa menoleh kepada Mama.

"Papa nuduh Mama selingkuh?"

"Siapa yang menuduh Mama selingkuh? Mama sendiri kan yang ngomong!"

Mama mendelik, tetapi aneh, sebenarnya aku tak melihat tatapan kebencian di mata Mama kepada Papa. "Sudah deh, Pa. Mama capek. Mau istirahat!" Mama mengakhiri pertengkaran lalu masuk kamar tanpa menghiraukan Papa lagi.

"Papa belum selesai ngomong, Ma!" Papa menyusul ke kamar dengan memutar roda kursi. Pintu kamar dibanting. Keadaan semakin memanas. Keributan berlanjut di dalam kamar.

Semenjak usaha Papa bangkrut, hampir tak ada lagi keharmonisan di keluargaku. Tak ada sesuatu hal pun yang tidak menjadi bahan pertengkaran. Emosi Papa yang labil dan Mama yang terkadang tidak menghargai jasa-jasa Papa selama ini semakin membuat rumah terasa panas. Sungguh, aku muak dengan kondisi seperti ini. Aku butuh ketenangan, ketentraman, dan ingin melihat Papa serta Mama seperti dulu lagi. Namun, rasanya itu tak mungkin.

Dulu Papa adalah pengusaha yang bergerak di bidang perkebunan, khususnya kelapa sawit, di Blitar. Usahanya cukup maju. Ia merintis usahanya sejak berusia 23 tahun. Bisa dibilang, Papa adalah salah satu pengusaha muda sukses di Blitar. Namun, usahanya bangkrut lantaran ditipu oleh rekan bisnisnya sendiri. Sementara itu, Mama hanyalah seorang ibu rumah tangga. Berkat hobinya mendesain baju, akhirnya Mama bisa menjadi seorang desainer. Itu tak berarti apa-apa kalau bukan mendapat dukungan dari Papa baik dari segi motivasi maupun finansial.

Ketika masih sukses, Papa membangun butik untuk menunjang karier Mama sebagai desainer. Sampai akhirnya butik Mama berkembang. Mama mulai membuka cabang di Surabaya, kemudian melebarkan sayap ke Jakarta. Yang terbaru membuka cabang di Medan, tempat kelahirannya. Mama yang dulu hanya seorang ibu rumah tangga, kini telah menjelma seorang wanita karier yang sukses berkat Papa.

Namun, sekarang Mama berubah. Kesuksesannya membuat Mama lupa akan kodratnya sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu. Aku benci Mama. Aku benci perempuan. perempuan tak lebih dari benalu bagi laki-laki. Sedang subur dia menempel, tetapi ketika lelaki mengalami kesulitan, dia akan pergi. Tak peduli lagi. Jangankan berpikir perempuan mau membantu, justru akan membuat semua yang masih ada menjadi habis. Hingga laki-laki mati, barulah dia benar-benar pergi mencari pengganti. Namun, itu bukan berarti aku mencintai sesama lelaki! Berahiku masih untuk perempuan. Hanya saja ....

"Argh ...!" Aku mengacak-acak rambutku.

Andai kematian bisa menyelesaikan semua, sudah aku akhiri hidupku sejak dulu. Akan tetapi, sebelum mati, aku ingin membunuh dulu si Samuel. Ya, karena dialah orang kedua yang membuat namaku hancur hingga dicap sebagai gay. Sialan!

Awalnya aku memang sangat dekat dengan Samuel. Menurutku dia bisa menjadi sahabat yang baik. Bahkan, dia tak pernah perhitungan saat membantu. Bisa dibilang dia royal, bahkan dialah yang memberikanku tempat tinggal dan pekerjaan. Sampai akhirnya aku mendapatkan posisi sebagai CEO di perusahaannya. Maklum, dia anak orang kaya, pengusaha muda.

Perkenalanku dengan Samuel bermula ketika aku kabur dari rumah lantaran tak tahan dengan kondisi keluargaku. Papa dan Mama sering berantem. Dari hal sepele saja menjadi masalah besar saat mereka berbeda pendapat. Waktu itu aku tak tahu harus lari ke mana. Di pikiranku saat itu, hanyalah meninggalkan rumah yang seperti neraka bagiku.

Karena tak memiliki tujuan, aku hidup di jalanan hingga mengenal pergaulan bebas dan narkoba. Singkat cerita, aku pun menjadi pecandu. Suatu ketika, aku mengalami overdosis usai pesta narkoba bersama teman-teman dan hampir saja mati di pinggir jalan. Beruntung, ada seseorang yang membawaku ke rumah sakit. Jika tidak, mungkin aku sudah mati. Ya, seseorang itu adalah Samuel, laki-laki berwajah oriental yang sangat baik. Tidak hanya baik, tetapi dia juga masih muda. Usianya dua tahun lebih tua dariku, tetapi dia bisa sukses dan aku banyak belajar darinya. Namun, setelah malam itu aku sangat membencinya.

Malam itu, aku dan dia menginap di sebuah hotel. Dia yang mentraktirku minum-minum. Aku tak menyangka kalau ternyata Samuel menginginkan sesuatu dariku yang lebih dari sekadar teman.

Suasana malam itu cukup berbeda. Aku merasa gerah. Untuk menghilangkan kegerahan, aku berdiri di balkon hotel dan menghitung ribuan lampu kota yang bertebaran tidak beraturan. Aku menarik napas dalam. Sekilas lampu-lampu itu seperti bintang-bintang yang berjatuhan tak beraturan, tetapi tetap indah dipandang dari kejauhan, dari ketinggian. Namun, ketika wajah Papa melintas, hatiku kembali gundah.

Sebuah sentuhan lembut membuyarkan lamunanku. Aku menoleh. Ada Samuel di belakangku.

"Ada apa, Ri?" ucapnya pelan.

"Aku sedang kepikiran Papa. Aku khawatir dengan kondisinya. Kata Bi Ina, Papa masuk rumah sakit lagi."

Ya, Papa sakit. Sudah dua kali opname. Namun, belum sekali pun aku menjenguknya. Anak macam apa aku ini? Semenjak pertengkaran Mama-Papa waktu itu, aku tidak tinggal di rumah. Bahkan, aku juga memutuskan berhenti kuliah dan pergi ke luar kota karena tidak tahan dengan atmosfer rumah yang selalu membuat jiwaku seperti berada dalam neraka.

"Ya sudah. Sekarang istrirahat, yuk!" ajak Samuel sambil merangkul pinggangku dari belakang.

Bulu kudukku seketika merinding. Ada rasa lain dari perlakuan Samuel malam ini. Segera aku hapus pikiran negatif tersebut. Aku lepaskan tangannya pelan. "Kamu duluan saja. Aku masih ingin di sini," Aku menghindar halus.

Namun, Samuel justru semakin menjadi. Kini tangannya mengelus pundakku. Aku segera berbalik. "Kamu mau apa Samuel?" tanyaku dengan menatap tajam.

Samuel tersenyum. Dia berusaha memelukku. Aku menangkisnya.

"Ayolah, Ri. Jangan pura-pura. Di sini hanya ada kita. Mari kita nikmati malam ini. Biar semua beban hatimu lenyap," suara Samuel sedikit mendesah dengan napas yang memburu.

Aku sadar. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh teman-teman yang lain."Lu hati-hati sama si Samuel. Dia itu baik hanya ada maunya saja. Bisa-bisa lu jadi korbannya."

"Korban?" Aku tak paham.

"Ya, pokoknya lu hati-hati saja. Jangan mau diajak ke mana-mana jika hanya berduaan."

Kini aku tahu apa maksud ucapan temanku itu.

"Jangan macam-macam, Samuel!" bentakku.

Akan tetapi, Samuel rupanya telah kerasukan setan atau justru setan yang kerasukan dia. Samuel terus berusaha memelukku. Bahkan, sangat kasar. Tentu saja aku membela diri. Aku jijik! Seberapa pun aku benci sama perempuan, bukan berarti orientasi seksku berubah menyukai cowok.

"Stop Samuel!" teriakku keras.

"Ayolah , Ri, aku mencintaimu!" Samuel bersikeras.

"Kau gila!"

"Kamu jangan munafik, Ari Sandiago! Jujur saja, kamu juga menyukaiku, 'kan? Jika tidak, kenapa kamu mau berteman denganku, padahal aku gay."

Gigi gerahamku bergemurutuk menahan emosi. Kalau bukan karena kebaikannya selama ini, sudah kuhajar nih orang. Ah, percuma meladeni manusia biadab macam Samuel. Aku menarik tubuh ke belakang untuk menghindari kontak badan dengan Samuel karena posisi kami berdua cukup dekat. Sebenarnya aku tidak mau ribut dengan dia. Biarpun dia gay, jika dia bersikap baik kepadaku dan tidak bertindak macam-macam, aku akan menerima kondisinya yang seperti itu.

Saat aku berbalik badan hendak menuju kamar, kembali rangkulan Samuel melingkar di pinggang. Kali ini aku tak tahan. Langsung saja kulepaskan rangkulannya dengan kasar.

"Cukup, Sam! Jangan lakukan ini. Kalau tidak, maka kita akan selesaikan ini sebagai sesama lelaki yang bermusuhan!"

Barulah Samuel berhenti. Napasnya terengah menahan nafsu. Aku segera mengambil koper. Kebetulan isinya belum aku keluarkan. Kemudian aku segera keluar dari kamar dan pergi. Ketika tanganku memegang pegangan pintu, Samuel berteriak! "Percuma kau pergi! Semua orang sudah menganggapmu sepertiku sejak pertama kali kita bertemu!"

Aku diam sejenak. Tanpa sempat berpikir apa maksud dari kata-katanya, aku langsung keluar dari kamar hotel.

あなたも好きかも

Pernikahan Sementara

Arsyilla Ayunda, gadis menawan yang baru berusia 17 tahun. Gadis itu baru merasakan yang namanya masa puber. Ya … dia telat merasakan puber karena sifatnya yang terlalu kekanakkan, tapi tidak manja. Lagi senang-senangnya mengenal cinta, Cia (panggilan akrabnya) harus menerima kenyataan pahit, almarhum kakeknya yang telah meninggal beberapa tahun silam meninggalkan wasiat yang membuatnya ingin hilang dari muka bumi. Wasiat gila itu berisikan tentang perjodohannya dengan seorang pria yang memiliki selisih usia sepuluh tahun darinya (udah pasti si pria yang lebih tua). Bahkan perjodohan itu sudah terjadi saat dirinya masih menjadi benih dalam kandungan sang ibu. Sialnya lagi ‘situa bangka’ (julukkan Cia untuk pria yang dijodohkan dengannya) itu adalah guru sekaligus kepala sekolahnya. "Saya, nggak mau nikah sama BAPAK!” "Kamu pikir Saya mau?" "Kalau gitu ngomong dong! Jangan diem aja kayak ban kehabisan angin." "Saya tidak mau membuang energi, tidak merubah apapun." * Mahardhika Addhipratma Sanjaya, pria berusia 27 tahun, memiliki wajah tampan dan tubuh sempurna. Pria berkepribadian dingin itu di paksa menikah dengan remaja labil, cucu dari sahabat kakeknya. Bisakah dia menjalani perjodohan ini? Mampukah dia bertahan demi tujuan tersembunyinya? Lalu bagaimana dengan Cia? Bisakah gadis itu melewati cobaan ini dengan waras? Gadis barbar itu menganggap kisah hidupnya seperti sinetron azab. Dimana dirinya terkena karma karena terlalu sering berganti pacar. 'Oh, Tuhan! Bisakah Engkau membuatku menjadi zigot lagi?’ jerit batin Cia. Nikmati kisah mereka yang akan membuat kalian tertawa, menangis, sedih dan juga bahagia. Pastinya baper parah ....

Ardhaharyani_9027 · 都市
4.9
638 Chs

Ciuman Pertama Aruna

Bagaimanakah rasanya menjadi pengganti kakak sendiri untuk menikahi seorang lelaki tak dikenal hanya demi sebuah perjanjian? Itulah yang dirasakan Aruna, gadis 20 tahun mahasiswi jurusan desain ini. Ia harus menikahi Hendra, seorang CEO muda, pemilik mega bisnis di seantaro negeri! Hanya pernikahan kontrak Tak masalah tapi rumornya Hendra memiliki kekasih?? Kekasihnya malah seorang artis! Namun...apa yang akan terjadi ketika sang CEO tiba-tiba saja mulai menunjukkan bibit-bibit cinta padanya? Tak hanya itu, seorang pemuda sahabat terbaik, Damar namanya juga mendekatinya! "Apa bedanya tanggal 28 sama 29 Oktober??". Damar melempar pertanyaan. "Apa? nggak lucu gue jitak". "28 Oktober sumpah pemuda". "29 Oktober.. ". Aruna tak sadar Damar mendekati dirinya. "Sumpah aku sayang kamu". Pemuda Padang benar-benar berbisik tepat ditelinga Aruna. Membuat gadis itu gelagapan dan mendorong tubuh Damar. Siapakah yang akan dipilihnya, sang suami kontrak atau Damar, solois bersajak manis ini? Dapatkah keinginan Aruna untuk menjadi janda dan pulang ke rumahnya kelak terlaksana seiring berjalannya waktu ataukah hatinya akan luluh untuk sang CEO? Nikmati kisah Aruna, CEO Hendra dan Solois Damar dalam 'Ciuman Pertama Aruna' #available in English, title: The Beauty Inside: stealing the first kiss, get a wife. INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar) Nikmati visualisasi, spoiler dan cuplikan seru tokoh-tokoh CPA.

dewisetyaningrat · 都市
4.9
1020 Chs

Setelah Meninggalkan CEO, Dia Mengejutkan Dunia

``` Mo Rao lahir di keluarga dokter militer. Orang tuanya telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nenek Fu Ying, sehingga yang terakhir memaksa Fu Ying untuk menerima Mo Rao sebagai istrinya. Mo Rao selalu tahu bahwa Fu Ying memiliki gadis pujaan bernama Qu Ru. Gadis ini gagal menikah dengan Fu Ying sebagaimana keinginannya karena nenek Fu Ying menghalanginya. Setelah menikah, Fu Ying sangat memperhatikan Mo Rao. Mereka bahkan sangat cocok terutama di atas ranjang. Fu Ying selalu menemukan dirinya tenggelam dalam kelembutan Mo Rao. Hingga suatu hari, Fu Ying berkata, “Qu Ru telah kembali. Mari kita bercerai. Aku akan mentransfer properti yang telah aku janjikan kepadamu atas namamu.” Mo Rao berkata, “Bisakah kita tidak bercerai? Bagaimana jika... aku hamil...?” Fu Ying menjawab tanpa hati, “Aborsi saja! Aku tidak ingin ada lagi hambatan antara aku dengan Qu Ru. Lagipula, Qu Ru memiliki leukemia, dan sumsum tulangmu secara kebetulan cocok dengan dia. Jika kamu bersedia mendonasikanmu, aku bisa menjanjikanmu apa saja.” Mo Rao berkata, “Bagaimana jika syaratku adalah kita tidak bercerai?” Mata Fu Ying berubah dingin. “Mo Rao, jangan terlalu serakah. Bahkan jika aku menjanjikanmu demi Qu Ru, kamu tahu sendiri aku tidak mencintaimu.” Kata-kata ‘aku tidak mencintaimu’ menusuk hati Mo Rao seperti sebilah pisau. Senyumnya tiba-tiba menjadi terpelintir dan dia bukan lagi wanita penurut seperti dulu. “Fu Ying, ini pertama kalinya kamu membuatku muak. Kamu menyebutku serakah, tapi bukankah kamu sama? Kamu ingin aku menceraikanmu agar kamu bisa bersama dengan Qu Ru? Baik, aku setuju dengan itu. Tapi kamu bahkan bermimpi kalau aku akan menyelamatkannya? Jangan lupa, tidak ada yang namanya mendapatkan semua yang terbaik dalam hidup, sama seperti antara kamu dan aku.” Kemudian Mo Rao pergi. Fu Ying benar-benar merasa sesak, dan perasaan ini membuatnya gila. Ketika Mo Rao muncul sekali lagi, dia telah menjadi bintang yang menyilaukan. Ketika dia muncul di hadapan Fu Ying, bergandengan tangan dengan kekasih barunya, Fu Ying tidak peduli lagi dan berkata, “Sayang, bukankah kamu bilang kamu hanya akan mencintaiku?” Mo Rao tersenyum samar. “Maaf, mantan suami. Aku salah dulu. Kamu hanya pengganti. Aku sebenarnya mencintai orang lain.” ```

Mountain Springs · 都市
レビュー数が足りません
483 Chs

応援