"Maaf!"
Cecile memalingkan wajahnya dan tersipu malu. Itu adalah cairan dari perutnya yang ia muntah kan tadi saat Arthur membawa nya berlari begitu cepat.
Arthur mencium bau asam dari cairan itu dan tak tau harus tertawa atau menangis. Sepanjang ia hidup tidak ada yang berani melakukan hal yang tidak sopan padanya tapi gadis ini bahkan berani muntah pada lehernya?
Melihat gadis itu yang tampak menunduk dengan wajah menyesal, Arthur pun akhirnya menolak untuk mempersulitnya.
Itu adalah wajar ia merasa mual dan muntah setelah melewati perjalanan seperti sapuan angin topan tadi. Apalagi gadis manusia sepertinya yang sama sekali tidak terbiasa dengan itu.
"Ah, biarkan aku membantu mu membersihkan nya"
Karena merasa bersalah, Cecile tak ragu untuk bertanggung jawab. Ia pun mengeluarkan saputangan bewarna coklat dari tasnya.
Lalu ia melangkah lebih dekat ke Arthur.
Tapi yang menjadi masalahnya, pria itu terlalu tinggi untuk di jangkau olehnya.
Cecile bukan gadis yang mungil dan masih dalam masa bertumbuh, tapi itu tampak sangat kecil jika dibandingkan dengan pria itu.
"Kau membungkuk lah sedikit"
Arthur merajut alisnya, menatap beberapa detik pada wajah Cecile ia berpikir sesaat.
"Kau sangat pendek, jika aku harus membungkuk mengikuti proporsi tubuh mu itu akan sangat melelahkan dan punggung ku akan sakit"
"Hanya sebentar, ku pastikan itu tidak sampai membuat punggung mu sakit"
"Tapi aku tidak terbiasa membungkuk pada orang lain"
Ketika mengatakan nya, tampang wajahnya terlihat serius. Mata birunya yang beberapa menit lalu terlihat menggoda, kini terlihat tenang dan menjauh.
Seperti itu, entah bagaimana pria itu membawa aura yang berbeda dalam dirinya. Aura yang membuat orang-orang disekitarnya tunduk dibawah nya.
Entah bagaimana Cecile mendadak mengingat ayahnya, yang juga memiliki aura yang sama.
'Aku tidak pernah menduga Pria yang ceroboh dan senang bermain-main itu juga memiliki aura sekuat itu'
"Ya sudah kalau begitu kau bersihkan saja sendiri"
Cecile pun menyodorkan saputangan coklatnya pada Arthur. Ia tidak muntah terlalu banyak tadi, seharusnya kain kecil itu cukup untuk membersihkan sedikit cairan asam itu dilehernya.
Arthur mengambil saputangan yang disodorkan Cecile kepadanya. Bersamaan dengan itu ia juga meraih pergelangan tangan gadis itu. Ia dapat merasakan permukaan kulit Cecile yang terasa halus dan kenyal.
Cecile sedikit terkejut. Ia merasa bingung dengan Arthur yang mendadak meraih tangannya. Belum sempat Cecile menarik tangannya kembali.
Arthur telah menariknya dengan lebih keras. Dan dengan sekali hentakan. Tubuhnya dibuat melayang ke udara.
Cecile merasa panik menemukan kehilangan pijakannya di bumi. Itu terjadi sangat cepat. Detak jantungnya berdebar kencang. Cecile merasakan deru nafasnya yang tersendat.
Lalu seperti batu yang baru saja di lempar keudara. Itu dengan cepat jatuh kembali mengikuti tarikan gravitasi.
Tepat ketika Cecile mengira ia akan jatuh mendekap tanah. Sebuah lengan kokoh dengan sigap menyambut nya.
Refleks ia mengalungkan tangannya di leher pria itu. Cecile yang belum pulih dari keterkejutan, bertemu pandang pada Arthur dengan linglung.
Cecile merasa diperlakukan seperti bayi kecil yang sedang bermain dengan ayahnya.
Itu dibuat terbang keudara sesaat. Kemudian sang ayahnya menangkap nya kembali.
"Sekarang ayo bersihkan!
"A-apa?" Cecile masih belum pulih dari keterkejutannya.
"Muntah mu di leherku, kau tidak ingin membersihkan nya?"
Cecile akhirnya memulihkan kembali kesadarannya. Dengan gugup ia menjatuhkan pandangan nya pada tulang selangka pria itu.
Sebuah permukaan yang putih halus seperti salju didukung dengan lekuk tulang yang menawan. Cecile merasa terpana dengan pemandangan itu.
Tak sampai disitu, ia baru saja menyadari bahwa Arthur memiliki aroma tubuh yang khas. Itu adalah aroma cendana yang menenangkan.
Seseorang yang memeluknya pasti akan merasa nyaman dengan aroma itu. Memilih untuk terus berada dalam dekapannya dan menolak untuk melepas.
"Kau tidak ingin membersihkan itu?" Cecile merasa gugup mendengar pertanyaan itu.
Bulu matanya yang lurus sedikit berkibar. Mengangkat kelopak matanya dengan lebar. Ia dapat melihat wajah Arthur dengan jelas. Permukaan wajah yang halus itu seperti kapas. Ada garis-garis urat keunguan yang muncul di belahan wajahnya. Itu hanya akan terlihat dengan jarak yang dekat.
Saat ini jarak antar keduanya sangat dekat untuk merasakan hembusan nafas satu sama lain.
"Hm..aku akan membersihkan nya"
Dengan gugup, Cecile mengulurkan tangannya untuk mengelap cairan asam itu disekitaran tulang selangka Arthur dan lehernya.
Karena Cecile merunduk. Arthur tidak dapat memperhatikan wajahnya. Tapi ia dapat mencium aroma mawar segar dari rambut gadis itu. Dan tubuhnya itu mengeluarkan aroma segar yang alami.
Arthur tidak pernah membiarkan seorang gadis manapun berada begitu dekat dengannya. Apalagi membawa mereka dalam pelukannya seperti ini.
Dan Cecile adalah gadis pertama yang menerima perlakuan itu.
Mungkin itu karena Cecile berbeda dengan kebanyakan gadis yang pernah ditemuinya. Cecile memiliki perawakan lembut dan keras yang berkolaborasi dengan baik dalam dirinya.
Ini sedikit berbeda dari para gadis yang pernah ditemuinya sebelumnya. Yang menjengkelkan dan mengganggu.
Cecile jelas berbeda dengan para gadis itu. Cecile ceria dan energik. Gadis yang polos dan alami. Mungkin karena itulah Arthur memperlakukannya dengan sedikit berbeda.
"Sudah selesai, cepat turunkan aku!"
Cecile merasa risih berlama-lama dalam posisi seperti itu. Arthur segera menurunkan nya. Dengan begitu Cecile dapat dengan bebas menginjak bumi kembali. Lalu ia celingak- celingukan ke sekitar.
Cecile menangkap sebuah keramaian dikejahuan. Ternyata mereka sudah sangat dekat dengan pasar wilayah suku Akez.
Arthur dan Cecile pun bergegas pergi ke pusat keramaian pasar.
Pasar itu sangat padat oleh pengunjung. Menggemakan suara teriakan penjual dan ocehan para pembeli menjadi sekumpulan melodi dalam hiruk-pikuk keramaian pasar.
Cecile tidak pernah mengira suku dengan tingkat populasi penduduk yang sangat sedikit seperti Akez, memiliki suasana pasar yang sama sesaknya dengan sukunya.
Awalnya ia menebak, pasar yang paling tenang dan jauh dari keramaian pasti akan menjadi pasar di wilayah suku Akez. Tapi siapa yang tau ternyata tebakan nya salah.
Merajut alisnya Cecile menatap kepadatan pasar dan bergumam. "Apakah populasi suku Akez mulai meningkat akhir-akhir tahun ini?
Arthur dapat mendengar gumaman gadis itu. Ia dengan murah hati menjawab. "Populasi suku Akez sama sekali tidak meningkat. Tapi itu adalah jumlah imigrasi nya yang terus bertambah dari tahun ke tahun"
"Lalu apakah ada dari para imigran itu yang memilih untuk menetap?"
"Ada, tapi hanya dalam batasan waktu yang telah mereka sepakati sejak awal. Misalnya, jika saat ini kau memutuskan untuk tinggal beberapa tahun ditempat ini, maka kau harus melapor ke kantor pusat. Disana ada bagian yang mengurusi perizinan serta batas waktu tinggal para imigran. Jika kau tidak melapor, kau tidak memperoleh surat izin tinggal. Itu akan ketahuan pada saat pemeriksaan yang dilakukan setiap setahun sekali dan akan dikenakan sanksi pengusiran ditempat"
Cecile tidak pernah mengetahui tentang itu sebelumnya. Di wilayah suku Zeath, para imigran dapat dengan bebas menetap selama yang mereka mau setelah melapor dan melewati hasil pemeriksaan terbebas dari tindak pidana apapun. Pemeriksaan itu nantinya akan bekerjasama dengan pusat keamanan dari asal wilayah suku.
"Meski dengan peraturan seperti itu, wilayah suku Akez selalu menjadi yang paling di tuju oleh para imigran. Kau tau kenapa?"
"Kenapa?"
"Karena bebas dari pemeriksaan apapun. Mereka hanya perlu melapor, membuat kesepakatan waktu dan selesai"
Cecile berpikir sesaat, jika terbebas dari pemeriksaan apapun apa itu berarti banyak dari mereka adalah daftar hitam dalam suku mereka yang melakukan pelarian ketempat ini? Seketika Cecile merasa panik dengan fakta itu.
"Apakah banyak kejahatan yang terjadi ditempat ini, seperti tindak asusila misalnya?"
Jika itu benar, maka Cecile sudah memilih kandang harimau sebagai pelariannya. Kenapa ia tidak meninjau tingkat keamanan wilayah suku itu terlebih dulu sebelum pergi?
"Sepertinya begitu!"
"Apa?"
___