webnovel

Golden Chapter

Setiap orang memiliki bab emas dalam hidupnya, di mana pancapaian terbaik didapatkan. Tentu setelah melalui serangkaian proses yang mendatangkan hal baik maupun hal buruk. Untuk mencapai titik itu, He Xihuan harus menaklukkan banyak kelompok mafia dan merebut kepemimpinan. Dalam prosesnya, dia menemukan seorang anak laki-laki yang kecantikannya tersembunyi di balik kulit hitam palsu. Han Yiyue memiliki pesona alami untuk memikat orang-orang di sekitarnya dan menggiring mereka ke dalam dunia fantasi tidak bermoral. Hal itu menimbulkan keinginan He Xihuan menjadikannya homme fatale untuk dikirim kepada musuh sebagai senjata terselubung dengan tugas tertentu. Tidak pernah disangka-sangka, selama masa bergaul dengan Han Yiyue, He Xihuan malah terjerumus ke dalam rencananya sendiri. Dia jatuh cinta kepada laki-laki itu dan menginginkannya seperti orang gila.

evilesther3 · LGBT+
レビュー数が足りません
246 Chs

New Member

Awalnya, Han Yiyue tidak merasa keanehan sedikit pun. Pikirannya berpusat pada orang-orang di dalam sel, sesekali memperhatikan wajah mereka satu per satu sebelum beralih ke proporsi tubuh yang membuat iri.

 

Terlepas dari begitu sering orang-orang itu terkurung di dalam sel, tubuh mereka baik dan menunjukkan sikap seorang laki-laki dewasa. Han Yiyue mendesah di dalam hati dan merutuki ketentuan dari He Xi Huan bahwa dia tidak boleh memiliki otot menonjol.

 

Pakaian belakangnya terasa agak berat, itu cukup untuk membuat perasaan tidak nyaman. Melirik ke belakang dan mendapati bahwa seseorang telah menarik bajunya. Kerutan di kening menjadi dalam, siap untuk merutuki. Namun, kalimatnya tidak pernah keluar dari mulut setelah melihat penampilan aneh remaja itu. Wajah pucat dan manik mata memancarkan perasaan kuat melihat seseorang.

 

Han Yiyue mengikuti arah pandangannya dan menemukan sosok laki-laki di bagian paling pojok dari kumpulan itu. Pihak lain juga melakukan hal yang sama, hanya saja tatapannya tampak menenangkan.

 

Diam-diam Han Yiyue membuat tebakan sendiri di benak. Dua orang ini kemungkinan saling mengenal.

 

"Siapa dia?" dia beratanya dengan suara rendah hampir tidak didengar orang lain selain mereka.

 

Remaja itu agak terkejut sebelum memberikan keberanian melihat ke arahnya. Melihat keseriusan Han Yiyue, ia tidak bisa tidak memberi jawaban yang menurutnya benar.

 

"Saudaraku."

 

Meski dengan nada rendah, Han Yiyue dapat merasakan penekanan emosi. Melirik kembali ke arah sosok di balik sel, kebetulan bahwa tatapan mereka saling bertabrakan. Samar-samar Han Yiyue merasa bahwa pihak lain sangat ingin menghindar, tetapi tidak memiliki kemampuan sehingga memilih mengangguk dengan sanggung.

 

"Apa kamu ingin dia ikut bersama kita?"

 

"Ya." Tanpa ragu-ragu remaja itu menjawab. Lalu menyadari antusias yang salah kemudian menambahkan, "Jika tuan tidak keberaatan."

 

Han Yiyue ingin tertawa mendengar perubahan panggilan tiba-tiba itu, tetapi di sisi lain juga menangis atas nasib yang tidak terlalu beruntung. Siapa yang menyangka bahwa He Xi Huan, laki-laki kaya yang terjerat di ranjang dengannya, begitu angkuh sehingga meminta bayaran besar untuk menebus seseorang yang sebenarnya juga dibutuhkan.

 

Mengembuskan napas panjang, ia memberi tanggapan, "Aku tidak keberatan, tapi tidak mungkin untuk bos besar kita."

 

Remaja itu menggangguk paham. Masih hangat dalam ingatannya tentang bayaran Han Yiyue untuk membebaskan dia.

 

Tanpa berpikir panjang lagi, Han Yiyue berjalan mendekati He Xi Huan dan berdiri di sampingnya. Melepas paksa pegangan di baju belakang. Ketika menghadapi He Xi Huan yang berpikir panjang untuk mengambil salah satu dari orang-orang itu.

 

Ini adalah saat yang tepat untuk memberi pengaruh!

 

"Xi Huan, apa kamu akan mengambil mereka untuk menemaniku melakukan tugas?"

 

"Ya," jawab He Xi Huan tanpa mengalihkan perhatian ke samping.

 

Han Yiyue mengangguk puas dan melanjutkan tugasnya. "Kamu harus memilih seseorang yang terlihat seperti orang Asia. Dia akan menjadi saudaraku di tempat asing, penting untuk mencari kesamaan."

 

Bukan kebetulan atau omong kosong ketika Han Yiyue mengatakannya. Bagaimanapun, ia sudah memperhatikan remaja yang baru dibelinya, wajah itu tampak seperti orang Asia meski belum jelas dari bagian mana. Lalu, saudara lain yang berada sel juga tidak jauh berbeda karena mereka adalah saudara.

 

Perkataan Han Yiyue cukup berpengaruh bagi He Xi Huan, ia mulai lebih memperhatikan orang-orang di dalam sel dan menemukan tiga kandidat paling cocok. Wajah merekaa tidak tampak terlalu Asia, tetapi tidak 100% seperti laki-laki barat.

 

"Aku ingin tiga orang itu." He Xi Huan menunjuk mereka satu per satu. Pedro dengan tenang memerintahkan bawahannya untuk mengeluarkan tiga orang pilihan He Xi Huan.

 

Segera tiga sosok sudah berdiri tidak jauh di depannya dalam posisi tegap, tetapi menundukkan kepala dan tidak berani menatap langsung ke mata He Xi Huan.

 

"Biarkan aku yang memilih," Han Yiyue segera menyampaikan keinginannya dengan bersemangat.

 

Di sisi lain, Pedro memberi tatapan kesal sekaligus tidak berdaya. Berpikir tentang seorang pemuda yang begitu berani bertindak bersemangat di hadapan He Xi Huan. Jika dia adalah bosnya, sudah pasti tidak akan membiarkan orang seperti itu bertindak sesuka hati. Yang paling diinginkan adalah menghajarnya di tempat tidur. Ah, dia frustrasi memikirkan itu dan keinginan mengacaukan seseorang begitu membara di mata.

 

Namun, jawaban He Xi Huan tidak memberi keuntungan sedikit pun kepada Pedro ketika ia berkata dengan acuh tak acuh, "Cukup pilih satu."

 

Jawaban itu bukan hanya mengejutkan Pedro, tetapi Han Yiyue juga. Tidak berharap dengan mudah mendapat persetujuan seperti ini. Dia bahkan berpikir tentang apakah He Xi Huan tidak sedang dirasuki?

 

Sayangnya, ia tidak ingin menghabiskan waktu untuk memikirkan itu. Berpura-pura memperhatikan tiga orang di depan dengan saksama. Bahkan ia terlihat sangat serius ketika memegang dagu, memicingkan mata, dan membuat postur tubuh seorang pemikir keras.

 

"Aku memilih dia." Tunjuknya ke arah sosok yang sudah ditargetkan.

 

He Xi Huan mengangguk acuh tak acuh dan melirik Pedro untuk menyakinkan pihak lain. Setelah itu transaksi mereka berjalan damai, semua diputuskan dengan mudah. Namun, bukan hal mudah bagi mereka untuk pergi, terutama bagi Han Yiyue. Sebelum keluar dari ruangan, dua sosok tidak asing muncul dengan luka lebam di wajah dan berjalan tidak begitu kokoh.

 

Tatapan mata mereka tidak berdaya dan takut ketika menghadap Pedro. Dengan suara bergetar berbicara. "Bos, seorang sudah menyelundup masuk dan memperdaya kami lalu memukuli hingga pingsan sebelum mengurung kami di dalam bilik kamar mandi."

 

Tentu mereka tidak mengatakan bahwa pelaku adalah seorang remaja, harga diri mereka tidak mengijinkannya.

 

Pedro terkejut bukan main, wajahnya mengeras karena marah. Melihat kondisi dua bawahannya yang cukup kuat, sudah pasti pihak lain jauh lebih kuat. Dia memekik penuh amarah, "Seseorang? Siapa dia? Bagaimana keadaannya sekarang? Dia di mana? Mengapa kamu bisa terperdaya, ah?!"

 

Jika ada penyelundup sudah pasti bukan pertanda baik dan kemungkinan memberi pengaruh buruk. Pedro tidak siap untuk menerima konsekuensinya.

 

"Tuan Pedro, jangan terlalu bersemangat." Pada titik ini, Han Yiyue merasa perlu untuk berbicara dan menenangkan suasana. Tentu saja dia tahu siapa yang dimaksud orang-orang itu karena ia sudah mengenali mereka, tetapi mereka sama sekali belum melihat keberadaannya.

 

Hanya setelah suaranya terdengar di ruangan itu, dua sosok yang baru datang menegang, mengangkat pandangan dengan terkejut dan tidak percaya. Mulut terbuka, mata melotot, dan susah payah berusaha mengeluarkan suara mengutuk.

 

"B-bos. Itu … itu dia."

 

"Ya, bocah itu yang membuat kami seperti sekarang! Dia menipu kecil!"

 

Mereka menunjuk ke arah Han Yiyue. Dan pada titik itu juga semua orang yang semula bingung karena keberadaan Han Yiyue di dalam ruangan menjadi tercerahkan. Tatapan mata mereka antara prihatin kepada dua korban dan Pedro. Jelas bukan perkara mudah untuk membalas dendam dan melampiaskan kemarahan di hati.

 

Han Yiyue masih terlihat tenang sebelum menampilkan senyum manis ketika ia menyapa, "Halo, paman. Kita bertemu lagi."