webnovel

Kontrak Kerja

Lexa sedang berada di ruangan manajer HRD. Ruangan dengan dominasi warna putih dan coklat untuk berbagai perlengkapannya. Lexa bisa melihat papan nama di depan ruangan ini sebelum dia masuk ke dalam yang bertulisakan Berto. Pria paruh baya yang kini sedang duduk di hadapannya dengan kacamata tebal dan perut tambunnya. Memegang dokumen yang Lexa yakini adalah dokumen tentangnya. Seakan mengulitinya dengan tatapan yang tajam dari ujung kepala hingga kaki. Lexa jadi tidak nyaman terus menerus diawasi seperti itu.

"Permisi, Pak! Bukankah seharusnya kita membahas mengenai kontrak kerja untuk saat ini?" tanya Lexa.

"Ah iya aku tahu. Hanya saja aku ingat terkahir kali kita bertemu, aku memintamu untuk memperbaiki sedikit penampilanmu ini. Terlalu polos dan bos mungkin tidak akan menyukainya," ucap Berto.

"Apa penampilanku seberantakan itu?" Lexa menyentuh wajahnya sendiri dan memperhatikan pakaiannnya yang terlihat baik-baik saja.

"Hm, bukan begitu. Hanya saja bos lebih suka wanita yang bisa merawat dirinya dengan baik. Kau tahu kan sedikit berdandan dan kau sepertinya kurang," ucap Berto sangat ambigu.

"Lagipula kenapa pendapat bos begitu penting? Bukankah aku akan bekerja di bagian pembantu umum?" tanya Lexa memastikan.

"Ah, ya itu salahku. Mungkin aku belum menjelaskannya dengan lebih terperinci. Kau memang akan bekerja menjadi bagian dari pembantu umum di perusahaan ini dan wilayah kerjamu adalah lantai 13. Itu adalah lantai di mana bos kita dan jajaran sekretarisnya bekerja. Kau akan membantu mereka di sana entah memperbanyak dokumen, mengantarkan surat, dan menyiapkan makan atau minum, apapun yang mereka butuhkan," ucap Berto lagi.

"Ah begitu," entah mengapa Lexa menjadi gugup.

"Ini kontrak kerjanya. Kau bisa membacanya dulu dan kau bisa menandatanganinya kalau kau setuju," Berto menyodorkan dua lembar kertas yang kemudian dibacanya dengan seksama.

Lexa meneliti lembar demi lembar dan kata demi kata. Kontrak kerja selama enam bulan pertama untuk melihat kinerjanya. Kalau Lexa mendapat tiga kali peringatan dalam jangka waktu enam bulan, maka perusahaan punya hak untuk memberhentikannya. Sebaliknya, kalau dia menunjukkan kinerja yang baik, dia akan bisa bekerja di sana hingga waktu yang tidak ditentukan. Lexa beralih lagi pada jumlah gaji yang akan dia terima dan ya itu jumlah yang sangat cukup untuk lulusan sekolah menengah atas seperti dirinya. Tanpa sadar senyum itu mengembang dan mulai luntur saat dia membaca beberapa peraturan lainnya.

Dia tidak boleh membocorkan apapun yang dia lihat atau dengar di lantai 13 kemanapun dan kepada siapapun. Cukup mudah karena apapun yang mereka lakukan di lantai 13 pastilah sesuatu yang sangat amat penting. Lexa juga tidak boleh pulang sebelum CEO mereka pulang. Itu karena dia harus memastikan semua kebutuhan pria itu tersedia. Di perjanjian itu juga di katakan bahwa dia harus menuruti semua perintah dari sang bos. Lexa merasa dia sangat bisa melaluinya sehingga dia dengan mantap menandatangani surat perjanjian itu. Berto tampak senang dan bersalaman dengan Lexa sebagai sebuah bentuk kesepakatan.

"Jadi Lexa Giovanna Ita. Selamat karena sudah bergabung dengan perusahaan kami," ucap Berto ramah.

Tuan Berto mengantarkan sendiri Lexa ke lantai 13 setelah dia mendapatkan semua pelatihan dasar yang dibutuhkan. Lexa bisa melihat angka-angka itu berubah dengan cepat di dalam lift. Sama seperti detak jantungnya yang juga mendadak berderu cepat saat dia menyadari bahwa dia semakin dekat dengan lantai 13. Dia ingat apa yang dikatakan Esme di bawah tadi. Bos itu adalah seseorang yang sangat dingin dan alangkah lebih baiknya kalau dia bersikap sangat baik dan penurut. Esme juga memastikan agar dirinya tidak lagi teledor karena bos itu membenci hal-hal bodoh semacam itu. Membuat Lexa jadi bertanya dalam hartinya, seperti apa sosok bos ini sebenarnya?

Pintu lift itu terbuka. Lexa berjalan kikuk di belakang Tuan Berto. Gadis itu hanya bisa mengagumi ruangan kerja yang super mewah itu. Lantai marmer dengan dinding warna krem dan coklat juga beberapa dekorasi bernuansa emas. Sebuah patung kepala serigala yang juga merupakan lambang perusahaan ini di dalam lingkaran emas berdiri tegap di tengah ruangan. Disusul empat meja yang seluruhnya merupakan sekretaris sang CEO. Tuan Berto berbaik hati untuk mengenalkan semuanya. Nola dan Zoya yang bertanggung jawab menangani seluruh dokumen perusahaan sebelum diserahkan pada sang bos. Jasper dan Javier, saudara kembar sekaligus orang kepercayaan sang CEO yang akan selalu menemaninya kemanapun. Keduanya juga adalah pelindung sang CEO dari segala jenis gangguan.

Semua menyapanya dengan sangat ramah dan ya Lexa juga bersikap sebaik mungkin pada seluruh orang di sekelilingnya itu. Sejak saat ini, mereka adalah orang-orang yang harus dia bantu. Kali ini Berto beralih menuju sebuah pintu kayu yang sangat besar lagi-lagi dengan ukiran kepala serigala di daunnya. Sebuah suara berat dan dalam member instruksi. Berto menatap Lexa sekilas dan mendorong pintu besar itu. Lagi Lexa dibuat terkagum dengan nuansa mewah yang kental dalam ruang kerja itu. Sebuah karpet kulit serigala menyapa mereka di depan. Rak kayu memenuhi sekeliling ruangan dengan jendela super besar di satu sisi. Di sisi kiri ada satu set sofa dengan meja bulat di tengahnya. Sebuah meja kayu dengan ukiran serigala ada di sisi kanan mereka dengan dua kursi di seberangnya. Lexa bisa melihat sang CEO yang masih terpaku dengan beberapa dokumen di hadapannya. Berjalan mengikuti Berto yang bergerak mendekat ke arah meja.

"Tuan Vano, aku membawa seseorang yang ingin aku kenalkan. Dia adalah karyawan baru di lantai 13," ucap Berto menunduk member salam membuat Lexa menunduk juga.

Kali ini, sang CEO Vano meletakkan penanya dan beralih pada dua sosok yang ada di hadapannya.

"Kenalkan dirimu," ucap Berto dengan suara super lirih.

"Ah, maaf. Saya Lexa Giovanni Ita. Tuan bisa memanggil saya Lexa. Saya akan bekerja mulai hari ini di sini. Mohon bantuannya," ucap Lexa penuh sopan santun.

Kali ini Lexa bisa menatap sang bos dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak kagum pada apa yang dia lihat. Bahkan dengan posisi duduk saja, Lexa bisa melihat pria itu punya tubuh tinggi dan proporsional. Matanya tajam dengan bentuk menyerupai mata serigala. Rahang yang besar dan tegas dengan rambut halus menutupinya. Kulitnya sedikit kecoklatan tapi sangat bersih. Pria itu terlihat sangat pintar dan berwibawa hanya dilihat dari penampilannya saja.

"Baiklah Lexa. Selamat datang di perusahaan kami. Hanya saja, alangkah lebih baiknya kalau kau tidak terus menerus menatap seperti itu. Itu mulai telrihat menjijikkan!" siapa sangka pria itu punya mulut yang sangat jahat.

"Ah, ma-maafkan saya, Tuan," Lexa otomatis menunduk malu.