"Jangan berani kamu menyentuhnya bajingan?!"
Teriakan itu menggema. Terlihat tiga sosok cowok yang berdiri melihat keributan itu. Dan salah satu dari ketiga cowok itu berlari ke arah Dilan dan Nadia.
"Bajingan!! Brengsek?! Mati kamu di tangan ku!!"
Bughh... Bughh.. bugh....
Pukulan bertubi-tubi di dapatkan oleh Dilan. Hingga Dilan benar-benar tidak memiliki tenaga karena pukulan bertubi-tubi tersebut. Seorang remaja laki-laki memukul Dilan tanpa ampun dan remaja itu tampak tidak asing bagi Nadia.
"R-Rafa..." Nadia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Seakan seperti mimpi bagi Nadia ketika ia tau bahwa Rafa menyelamatkan nya, dan dari mana dia datang?
FLASHBACK 15 menit yang lalu...
"Ck, kenapa rumah mu sangat terpencil? Kenapa tidak beli saja di pinggiran kota?" cebik Rafa sambil merenggut.
Ketiga orang itu sudah berjalan cukup jauh menyusuri gang sempit yang memang hanya muat untuk di lalui motor saja. Rafa adalah anak yang cukup manja sebenarnya sebab ia tidak terbiasa dengan hal yang melelahkan. Maklum saja, dulu kehidupan Rafa selama sebelum pindah hanya berkutik di dalam rumahnya saja. Jadi, ia akan sedikit kesal bila harus melakukan hal yang di rasa sedikit melelahkan.
Lucas menghela nafas berat karena Rafa tak henti-hentinya menggerutu. Awalnya ia juga tidak ada niatan mengajak remaja itu untuk ikut ke rumahnya, tetapi ia sendiri yang menawarkan diri sebab ia bosan di rumah dan ingin ikut kakaknya.
"Mark, tidak bisakah kamu meminta adikmu ini untuk diam? Aku benar-benar risih dengan ucapan tak berguna nya itu," ucap Lucas pada Mark yang berjalan di samping nya itu.
"Mau bagaimana lagi? Dia memang di lahirkan untuk mengumpat i orang lain," sahut Mark sambil terkekeh kecil.
"Aku mendengar kalian membicarakan tentang diriku,"
"Memang iya," ketus Lucas.
"Aishh kau..." Rafa mencibir tak suka.
"Sopan ya, aku lebih tua 2 tahun darimu!" geram Lucas.
"Bodoamat. Memang nya aku terlihat perduli?" ejek Rafa.
Mereka berdua sibuk beradu mulut, sedangkan Mark hanya menggeleng pelan melihat kelakuan adik dan temannya itu. Selalu saja bertengkar jika bertemu walaupun mereka baru kenal beberapa hari.
Tidak heran, sebab Lucas adalah sosok yang cukup ramah pada setiap orang dan rasa malunya itu seperti tidak ada. Jadi, Lucas akan terbiasa dengan orang-orang baru di sekitarnya dengan cepat. Memiliki teman seperti Lucas itu ada untung dan tidaknya, tapi yang pasti jika berteman dengan Lucas kesabaran mu ada selalu di uji.
"Eh, tumben sekali gadis cantik itu belum lewat," ucap Lucas tiba-tiba.
"Gadis yang sering kamu bicarakan itu? Yang selalu lewat depan gang rumahmu ketika malam?" sahut Mark.
Lucas mengangguk kuat, ia memang sering bercerita tentang gadis ini pada Mark. Bukan hanya satu atau dua kali Lucas melihatnya, tetapi sudah berkali-kali.
"Apa kamu yakin itu manusia?"
Itu Rafa yang bertanya dengan nada jahilnya. Rafa memang sangat suka menjahili teman kakaknya itu karena ia merasa Lucas adalah sosok yang gampang terpancing emosinya, tetapi tidak pernah serius ketika marah.
"Ck, tentu saja. Aku bahkan sering menyapa nya. Oh percayalah, dia cantik dan manis," tegas Lucas sambil tersenyum aneh.
Lucas memuji-muji gadis itu hingga membuat Mark kembali menggelengkan kepalanya. Ini bukan kali pertama Lucas bercerita tentang gadis yang selalu lewat depan gang rumahnya itu. Hampir setiap hari Lucas bercerita tentang gadis itu, dan bahkan ia mengaku kalau ingin sekali berkenalan dengan gadis cantik itu namun ia tidak cukup berani.
"Siapapun ... Tolong ... Tolong kami...?!"
Hingga beberapa saat kemudian, terdengar teriakan seorang gadis meminta tolong. Ketiga pemuda itu langsung saling bertatapan satu sama lain karena bingung, takut dan merinding sebab keadaan di sekitar mereka sangatlah sepi.
"Dengar suara orang teriak minta tolong tidak?" tanya Lucas sambil melihat sekelilingnya.
Rafa dan Mark hanya mengangguk-angguk kepala mereka sebagai jawaban bahwa mereka juga mendengar teriakan seorang gadis yang meminta tolong.
"J-jangan jangan gadis itu..." pekik Lucas.
"Ayo kita lihat!" ajak Mark.
"Kalau dia di rampok bagaimana? Kamu bawa pistol? Bawa senjata tajam bagaimana? Aku tidak mau mati di usia muda," sahut Lucas dengan pikiran melantur nya.
"Kamu pikir aku begal? penjahat atau semacamnya? kenapa juga aku bawa pistol dan senjata tajam?" geram Mark lalu memukul kepala Lucas dengan pelan.
"Dasar penakut. Ayo kak, kita lihat!" sela Rafa yang tidak takut sama sekali.
Mark dan Rafa berjalan perlahan menuju sumber suara. Sementara Lucas waspada dan menghubungi nomor polisi. Sedia payung sebelum hujan.
"K-kak... Mereka banyak..." ucap Rafa ketika melihat apa yang ada di depannya itu.
"Itu pemerkosaan, Jen..." sahut Mark.
Manik sipit Rafa menangkap sesuatu yang tidak asing baginya.
"Tas itu..." Rafa terbelalak sempurna.
Rafa tau dengan pasti siapa pemilik tas yang ia kenali itu. Itu adalah tas milik gadis manis yang selalu ia kagumi akhir-akhir ini. Tas itu milik Nadia, dan berakhirlah Rafa menghajar Dilan dengan brutal.
FLASHBACK berakhir ....
Dilan kini tak berdaya karena pukulan dari Rafa. Anak itu hampir pingsan di buatnya. Beruntung Mark segera menghalangi Rafa agar tidak menghajar Dilan lagi.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Rafa memastikan keadaan Nadia.
Bukannya menjawab, Nadia justru mengabaikan Rafa dan berusaha untuk berdiri lalu menghampiri Bianca. Rafa terdiam melihat apa yang akan di lakukan oleh gadis cantik itu.
"Kamu baik-baik saja? Kamu terluka lagi? Apa ada yang sakit?" tanya Nadia bertubi-tubi dan terlihat sangat panik.
"A-aku baik-baik saja.." lirih Bianca sambil tertunduk dan memegangi kemeja seragam sekolahnya.
Bianca benar-benar terlihat sangat menyedihkan. Pakaian nya rusak dan wajahnya sedikit lebam karena cengkraman tangan Dilan yang kasar juga gadis itu tadi mendapatkan beberapa tamparan keras di wajahnya.
Mark memperhatikan Bianca, dan merasa tidak asing baginya. Melihat Bianca yang sangat berantakan ia sangat tidak tega, remaja yang beranjak dewasa itu pun melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Bianca.
"Jangan takut lagi, kamu sudah aman," tutur Mark dengan lembut. Sementara Bianca tidak menyahut dan hanya diam saja.
Nadia langsung merangkul tubuh Bianca yang lemas dan menepuk-nepuk punggung adik kesayangannya itu untuk memberikan ketenangan padahal ia sendiri juga sangat ketakutan. Tapi, Nadia tau bahwa Bianca yang lebih takut akan kejadian yang menimpa nya tadi.
Mark yang melihat bagaimana keadaan dua orang gadis cantik itu terdiam sejenak, kemudian ia mendapati adiknya dan juga Lucas sedang terdiam juga memandang Bianca dan Nadia. Sementara Dilan dan kedua temannya juga sudah tidak berdaya setelah di hajar habis-habisan oleh oleh mereka.
"Rafa, ajak mereka ke rumah Lucas dulu, tenangkan mereka. Aku akan mengurus berandal-berandal ini ke kantor polisi," ucap Mark pada adiknya itu.
"Baik, kak..."
Tidak lama kemudian, polisi datang dan mengamankan ketiga berandal tersebut. Nadia dan Bianca sudah di bawa pergi oleh Lucas dan Rafa. Lebih baik kedua gadis itu di tenangkan terlebih dahulu daripada harus langsung berurusan dengan polisi.
Kini Mark yang bertugas mengurus berandal-berandal itu, sebab ia juga berlaku sebagai saksi mata atas kejadian yang baru saja terjadi. Mark sudah dewasa dari segi umur, dan ia juga bisa mewakili pelaporan tindakan pelecehan itu supaya Dilan dan kedua temannya bisa mendapat peneguran dari pihak berwajib.
Sedangkan Rafa sudah bisa bernafas dengan lega karena ia sudah yakin bahwa Nadia sekarang dalam keadaan baik-baik saja. Mungkin jika tadi ia tidak ikut bersama kakak dan teman kakaknya itu untuk pergi, ia tidak akan tau bagaimana nasib Nadia dan adiknya. Bisa saja hal buruk terjadi dan Rafa pasti akan sangat menyesali hal itu.