Aneska menatap tangan kanannya yang digenggam pas oleh Dikta. Sejak muncul di pintu apartemen, hingga sekarang menuju halaman parkir, tangannya tidak dilepas oleh lelaki itu. Padahal dia sebal diperlakukan seperti ini. Tapi ketika Aneska ingin menarik tangannya agar lepas, ada saja yang Dikta bicarakan. Sehingga memaksa Aneska lupa dengan tangannya yang masih digenggam.
Mulai dari:
"Kamu ganti parfum?"
"Iya. Wangian mana sama kemarin?"
"Sama kok wanginya. Kamu dandan sendiri atau sewa MUA?"
"Dandan sendiri."
"Cantik banget. Terus jepit rambutnya lucu. Beli di mana?"
"Yang ngasih kan kamu."
Dikta tersenyum. "Yang nikah siapa?"
"Temen sekolah."
"Kalau dilihat dari gedungnya, gilanya nggak nanggung ya." Dikta tertawa pelan. Tanpa melepas tangan Aneska, dia membukakan pintu di samping kemudi. "Kita jangan sampai kalah."
"Hm?"
Dikta memasang sabuk pengaman. "Kita nanti nikahnya di kapal pesiar."
"Yakin banget kita bakal nikah, Mas?" Aneska menyeringai untuk menggoda.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください