Abidah terus kepikiran ucapan pria yang berjalan di sampingnya dan menggenggam erat tangannya. Pria itu tadi mengatakan ini terakhir kalinya dia meminta bantuannya. Pria itu juga menyuruhnya untuk berpura-pura tidak mengenalnya jika suatu hari nanti mereka bertemu. Itu semua adalah keinginannya yang terwujud. Abidah harusnya merasa senang tapi dia tidak bisa merasa senang. Dia bingung mengapa dia tidak bisa merasa senang malah perlahan dia merasa sedih. Dia sedih merasakan kekosongan yang mulai muncul dalam dirinya. Perlahan namun pasti dia merasa kehilangan. Dia merasa kehilangan pria yang masih berada di sampingnya dan memandang wajahnya. Abidah menghentikan langkahnya. Pria itu juga berhenti. Abidah tidak bisa melepaskan tatapan matanya meski otaknya telah memerintahkan matanya untuk melihat ke samping kanan, ke bawah, dan ke samping kiri. Matanya terus menatap lurus pada iris hitam pria itu.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください