webnovel

GADIS 100 MILIAR

Zizi tidak pernah menyangka papanya yang sangat menyayanginya telah menjualnya pada seorang pengusaha kenalannya. Hidupnya berubah dalam semalam. Dimulai dari pesta palsu yang berakhir tragis hingga hampir saja dia kehilangan keperawanannya, lalu dikurung di sebuah mansion. Pengusaha yang membelinya memiliki kepribadian ganda. Suatu waktu dia sejahat monster, di waktu yang lain dia menjadi sebaik malaikat. Pria itu selalu berhasil mengaduk-aduk perasaannya. Dia melukainya, namun dia juga yang menyembuhkannya. Pria bermata hijau juga berhasil memenangkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan mencintai dengan sepenuh hati untuk pertama kalinya dalam hidupnya. * Novel ini awalanya bercerita tentang Zizi, seorang gadis berumur 27 tahun, yang dijual ayahnya seharga 100 miliar rupiah pada kolega bisnisnya yang bernama Andres, seorang pria blasteran Indonesia-Spanyol berumur 31 tahun. Benih-benih cinta muncul sejak pertemuan pertama mereka di malam pertama Zizi diantarkan papanya ke rumah Andres. Zizi yang memimpikan pria bermata hijau dan Andres yang mencari perempuan bermata hitam menyuburkan benih-benih cinta yang tumbuh. Kisah cinta mereka diselingi kisah-kisah cinta dari orang-orang terdekat: sahabat Andres bernama Dika, adik Zizi bernama Betrand, sepupu perempuan Andres bernama Ariel dan banyak tokoh lainnya yang akan muncul secara bertahap.

Giralda_Blanca · 都市
レビュー数が足りません
170 Chs

AKU MERINDUKANMU

Sepiring roti panggang dengan irisan ham yang pernah dimakannya di hari minggu yang lalu berada di atas nampan di atas meja kamarnya dengan satu teko kaca berisi air putih dan satu gelas kosong. Di bawah piring itu terselip satu lembar kertas dan ada satu kertas lagi yang terlipat lebih tebal dan lebih besar berada di atas meja. Zizi menarik kertas di bawah piring.

'Hola, mi Bella...

Buenos días.

(Hai, cantikku. Selamat pagi.)

Kamu masih ingat kata Ola semalam? Tulisannya Hola. Huruf H tidak dibaca. It's always silent.

Ini namanya Tostada con aceite y jamón ibérico (roti panggang dengan minyak zaitun dan jamon/ham Iberico). Yang semalam namanya Pipirrana dan Secreto Ibérico.

Kamu bisa membaca denah rumah? Kertas di depanmu itu gambar denah rumah ini. Kamu bisa membaca buku di perpustakaan di lantai satu atau menonton film di ruang Home Theater di lantai 2, di belakang kamarmu sebelah kanan. Aku sudah memberinya tanda di gambar. Kamu boleh berkeliling. Tidak ada ruangan yang kukunci, kecuali kamarku. Kalau kamu tersesat, carilah tombol merah di dinding atau di pinggir dan di bawah meja. Stafku akan segera datang menolongmu. Tapi jangan memencetnya jika kamu merasa masih bisa menemukan jalan. Alarmnya terhubung ke kantor polisi dan mereka akan mengira ada sesuatu yang terjadi di rumah ini. Tapi tidak masalah kalau kamu terpaksa memencetnya. Stafku akan segera memberi tahu mereka dan semuanya akan baik-baik saja.

Makan siangmu akan ada di meja dapur sebelum jam 12. Jika kamu ingin memesan makanan sendiri, beritahu salah satu stafku di luar sebelum jam 11.

Kamu cantik pagi ini.

A.'

Jantungnya berdegup kencang lagi. Pria bermata hijau itu - Andres selalu berhasil membuat hatinya berdesir. Zizi membuka gambar denah rumah. Hanya untuk melihatnya. Dia payah membaca arah dan map. Namun kali ini dia bertekad untuk mencobanya dari yang paling gampang, mungkin ke ruang Home Teather atau perpustakaan, atau dia ingin jalan-jalan di luar dulu. Jam di dinding menunjuk angka setengah sepuluh. Dia masih sempat mandi setelah sarapan sebelum mencari salah satu stafnya.

Seorang pria duduk di depan teras di ujung bangunan dengan secangkir minuman di depan mejanya. Zizi yakin itu salah satu staf yang dimaksud. Zizi berjalan mendekatinya.

"Selamat pagi, nona," sapa pria itu yang telah berdiri menyambutnya.

Zizi tersenyum geli mendengar panggilan itu. Dia membalas, "selamat pagi."

"Ada pesan untuk Pak Andres?" Tanya pria itu langsung.

Zizi menyodorkan selembar tisu padanya dengan nama pesanannya yang ditulisnya dengan pensil alis. Dia tidak menemukan pen dan alat tulis di kamarnya.

"Ah, iya. Bisa minta tolong beritahu dia aku mau makan siang ayam geprek saus telur asin." Ucap Zizi.

Pria itu membaca tulisan tangannya lalu mengembalikannya.

"Baik. Akan segera saya laporkan."

Zizi melihatnya merogoh handphone, mengutak-atiknya sebentar lalu menempelkannya di telinganya.

"Halo, pak. Nona memesan ayam geprek saus telur asin. Iya. Baik, pak."

"Tadi itu Andres?" Tanya Zizi. Zizi ingin berbicara dengannya.

Staf itu menggeleng. "Bukan, nona. Tadi pak Mustar, kepala rumah tangga di sini. Pak Andres tidak suka menerima telepon kecuali mendesak."

Zizi mengingat Mustar itu adalah nama Ajudan. Satu-satunya nama yang pernah disebut Andres. Pria di depannya memberitahu bahwa dia kepala rumah tangga di sini? Zizi mengerutkan dahinya. Jika dia kepala rumah tangga, berarti Mustar itu adalah seorang suami di rumah ini. Perut Zizi melilit.

"Nona, anda tidak apa-apa?" Tanya staf itu.

Zizi menggeleng. Dia meraih kepala kursi dan merebahkan tubuhnya.

"Mau saya ambilkan air minum?" Tanyanya lagi.

Zizi mengangguk. Dia memijat kepalanya. Zizi tidak pernah melihat perempuan di rumah ini. Tidak pula mainan anak-anak. Tapi, jika mereka berdua suami istri, mengapa Ajudan tidak marah padanya? Dia sendiri yang sepertinya mengatur acara makan malam romantis itu. Zizi juga mengingat Ajudan berada di dalam mobil ketika mereka berciuman dan dia diam saja.

Staf itu menaruh segelas air di atas meja.

"Apa perlu saya laporkan ke pak Mustar agar dipanggilkan dokter? Atau saya harus menghubungi pak Andres?"

"Tidak usah. Tidak. Jangan. Tidak perlu melaporkan ini. Aku hanya, mungkin sedikit capek turun tangga."

Staf itu mengangguk.

"Apa maksudmu dengan kepala rumah tangga?" Tanya Zizi setelah meneguk habis air di dalam gelasnya.

"Beliau yang bertanggung jawab di kediaman ini. Mengawasi semua staf, menyediakan kebutuhan rumah tangga, memantau perawatan gedung, dan mengatur kegiatan jika ada. Kurang lebih seperti itu."

Zizi mengangguk-angguk sambil merasakan keadaannya yang tiba-tiba membaik.

"Terima kasih." Zizi mengucapkan itu sambil berdiri.

Staf itu membalasnya dengan menundukkan kepala sambil tersenyum.

"Aku ingin pergi ke ruang perpustakaan. Bisakah anda mengantar... saya?" Zizi merasa kebingungan harus menggunakan aku-kamu atau saya-anda dengan orang ini.

Staf itu mengangguk lagi dan berjalan pelan di depannya, mengantarnya ke ruang perpustakaan. Tidak sulit menemukannya. Ruangan itu berada di bawah tangga. Tempatnya tidak jauh berada di samping kirinya. Zizi membuka pintu. Rak-rak kayu berisi buku menyambut kedatangannya.

"Nona," panggil staf itu.

Zizi berbalik.

"Apa masih ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya hati-hati.

Zizi menggeleng.

"Baiklah. Kalau begitu saya pamit ke depan," ucapnya lalu membungkukkan badannya dan berjalan pergi.

Zizi melanjutkan langkahnya memasuki ruangan itu. Di depannya ada sofa melingkar dan sebuah meja kaca di tengah. Ada satu buku di atas meja. Zizi ingin berkeliling, tapi langkahnya berhenti di depannya. Zizi mengenali gambar di sampul buku itu. Seorang perempuan dengan gaun merah memegang pinggiran kursi roda pria yang ditatapnya. 'Yo antes de ti', itu tulisan yang dibacanya. Zizi yakin itu judul novel ini dalam bahasa Spanyol. Keyakinan itu bertambah ketika dia membaca nama pengarangnya, Jojo Moyes. Dia diliputi penasaran mengapa Andres baru membaca novel ini sekarang melihat banyak sekali koleksi bukunya. Zizi meraih novel itu dan menemukan pembatas bukunya berada di halaman 21. Dia menaruhnya kembali ke posisi semula.

Zizi menyadari penempatan koleksi bukunya berdasarkan jenis, bahasa, lalu abjad setelah selesai berkeliling. Zizi berdiri di depan rak buku novel berbahasa Inggris. Matanya menyapu huruf pertama dari judul novel yang berdiri rapi di depannya. Tidak butuh waktu lama, dia pun menemukannya di barisan huruf M. Tangannya menarik novel itu dan membawanya ke sofa. Sudah lebih dari lima tahun terakhir kali dia membaca novel ini. Dia berpikir lagi untuk memulai membaca atau tidak. Dia masih ingat novel ini berhasil membuatnya menangis meskipun bahasa Inggrisnya waktu itu terbatas. Zizi tidak suka membaca novel dengan kisah cinta tragis seperti ini. Dia ikut merasakan patah hati dan kesedihan Lou ketika Will memilih mati. Namun keinginan untuk membaca apa yang Andres sedang baca, mendorongnya membuka covernya. Kertasnya sedikit lusuh. Pembatas buku berada di sepertiga bagian terakhir. Ada tanda lima bintang di halaman terakhir dan tulisan tanggal 29 Maret 2013. Zizi memicingkan mata. Ini tanggal dia membeli buku atau membacanya? Tanyanya dalam hati. Zizi kemudian menyandarkan kepalanya dengan nyaman dan mulai membaca dari awal.

Jam dinding besar yang berada jauh di depannya telah menunjuk angka dua belas. Zizi menutup novelnya dan membawanya ke luar ruangan. Dia akan membawanya ke kamar setelah makan siang. Di atas meja di dapur telah ada bungkusan makan siangnya. Zizi tersenyum menemukan amplop putih yang sama. Dia menaruh novelnya dan mengambil amplop itu.

'Hola, mi Bella...

Buenas Tardes (Selamat siang)

Aku tidak bersemangat pagi ini. Aku menyesal tidak membangunkanmu dan meminta jatah ciuman pagiku. Atau seharusnya aku yang menciummu waktu kamu tidur? Akan kupertimbangkan lain kali.

Aku juga memesan ayam geprek. Aku ingin mencobanya. Kamu mau makan bersama? Aku baru bisa makan jam 12:30.

Aku merindukanmu.

A.'

Zizi juga merindukannya. Seandainya dia tidak kesiangan, dia masih bisa melihatnya memasak dan sarapan bersama. Dia juga masih bisa memberinya ciuman di pipi dan mungkin memeluknya. Ah, Zizi merasa kecewa karena dia tidak bisa bangun pagi. Zizi hanya bisa mendesah lalu menoleh pada novelnya dan melanjutkan membaca.

Sudah hampir jam setengah satu. Zizi sudah mengambil segelas air dan siap-siap menunggu jarum merahnya menyentuh angka dua belas. Dia berdiri tiba-tiba dan berlari ke luar. Dia melihat staf itu masih duduk di tempatnya tadi pagi. Staf itu segera berdiri melihatnya dan ikut berlari menjemputnya.

"Ada apa, nona?" Tanyanya dengan wajah panik.

"Kamu punya nomor Andres?" Tanya Zizi dengan napas tersengal.

"Iya."

"Bisa menelponnya sekarang?"

Staf itu langsung merogoh saku celananya lalu menjawab, "iya."

"Bisa berikan padaku?" Pinta Zizi ketika dia meletakkan handphonenya di telinga.

Dia mengangguk sambil mengulurkannya.

Terdengar suara beep lalu suara seorang pria yang sedang dirindukannya, sangat dirindukannya, "halo, Rudi. Ada apa?"

Zizi menelan ludah dan menjawab dengan suara gemetar, "Hola, Andres."

***

Andres sedang membuka box ayam geprek ketika handphone pribadinya berbunyi. Hanya ibunya yang biasa menelpon di waktu jam makan siang untuk mengingatkannya. Tapi ibunya tidak menelponnya langsung, wanita itu melakukan panggilan lewat WhatsApp. Andres berjalan cepat ke arah meja kerjanya. Rudy, nama itu tertulis di layar. Perasaannya tidak enak. Dia langsung mengangkatnya.

"Halo, Rudi. Ada apa?"

"Hola, Andres." Suara perempuan di seberang terdengar gemetaran.

"Bella, kamu tidak apa-apa?" Tanyanya panik.

"Tidak. Aku tidak apa-apa," jawabnya.

Andres mendesah lega.

"Aku... Aku juga merindukanmu."

Andres tertegun sejenak mendengarnya.

"Kamu mau aku pulang sekarang?" Tanyanya cepat.

Jika gadis itu ingin dia hadir di depannya sekarang, dia akan langsung pulang. Dia sedang merindukannya dan gadisnya juga merindukannya. Hanya pertemuan yang bisa membantu mereka melepas rindu. Dia sudah tidak peduli dengan lanjutan meetingnya 30 menit lagi.

"Oh, tidak. Jangan. Aku masih bisa menunggu sampai nanti malam."

Andres sedikit kecewa karena gadis itu masih bisa menahan rindunya lebih lama sedangkan dia sekarang sedang berusaha keras untuk tidak berlari keluar ruangan.

"Kamu sudah makan?" Tanyanya kemudian.

"Belum. Kamu bilang mau makan bersama?"

"Ah, iya. Kamu sekarang di mana? Bagaimana kamu bisa menelponku dengan nomor Rudy?"

Andres mendengarnya tertawa. Dia tersenyum mendengarnya.

"Aku memintanya menelponmu. Aku ada di teras. Kamu bilang mau makan bersama, aku mau makan sambil telponan."

Ah, sifat manjanya selalu membuat perasaannya hangat. Dia tersenyum lagi.

"Iya. Bisa berikan handphonenya pada Rudy?" Pinta Andres.

Dia merasa perlu meminta ijin pada stafnya untuk meminjam barang pribadinya. Andres mematikan sambungannya setelah ucapan terima kasihnya dibalas Rudy lalu menelpon balik.

"Hola!" Logat Bella sudah seperti orang Spanyol dan itu sudah cukup membuatnya bahagia. Sesederhana itu ternyata.