Eldric menatap Myra sejenak, seolah memberi isyarat tanpa kata-kata. Myra, dengan senyum penuh pengertian, mengangkat biolanya ke bahu dan menyelaraskan busur dengan senar. Eldric menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan dirinya untuk sesuatu yang lebih pribadi, lebih mendalam.
Dengan lembut, tangannya kembali menyentuh tuts piano, memulai irama yang tenang dan penuh perasaan. Suara piano mengalun perlahan, seperti aliran sungai yang tenang, mengisi ruang dengan kehangatan. Myra menyusul, menambahkan lapisan suara biola yang mengalun penuh dengan emosi. Mereka berdua, seolah terhubung dalam satu jiwa, bermain dengan harmoni yang begitu murni.
Lalu, Eldric mulai bernyanyi, suaranya yang dalam dan penuh perasaan membanjiri aula yang sunyi. Ia menyanyikan lagu "All of Me" milik John Legend, namun kali ini, liriknya seolah berubah menjadi janji yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang saling mencintai.
"What would I do without your smart mouth
Drawing me in, and you kicking me out?
You got my head spinning, no kidding
I can't pin you down..."
Suara Eldric yang dalam dan hangat menyatu dengan piano yang penuh dengan perasaan, sementara biola Myra menambah kedalaman lagu itu, memberikan sentuhan lembut yang mengalir bersama melodi. Setiap kata yang keluar dari mulut Eldric penuh dengan makna, dan setiap nada piano serta biola seakan-akan mengiringi kisah cinta yang begitu indah dan penuh ketulusan.
Para tamu mulai tersentuh. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian, dan beberapa dari mereka sudah mulai merasakan kehangatan yang datang dari lagu tersebut. Liora, yang berdiri di sisi panggung, merasa hatinya bergetar. Ia bisa merasakan betapa dalamnya perasaan yang disampaikan oleh ayahnya lewat lagu ini, dan ia tahu bahwa itu adalah ekspresi dari cintanya pada Myra, ibunya.
Putri Elena menatap Eldric dengan mata berbinar, terpesona oleh suara yang begitu penuh perasaan. "Ini... ini bukan hanya lagu," pikirnya, "ini adalah sesuatu yang lebih dari itu. Ini adalah ungkapan hati yang terdalam."
Eldric melanjutkan menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan, suara pianonya semakin mendalam, menambah kekuatan pada setiap kata. Biola Myra semakin lembut namun penuh makna, menyampaikan perasaan yang tak terucapkan.
"Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections..."
Ketika Eldric menyanyikan bagian ini, suaranya terasa seperti sebuah pengakuan, sebuah janji cinta yang tak terbatas, seperti ia sedang membiarkan dunia melihat bagian terdalam dari dirinya. Myra, yang mengiringi dengan biolanya, tersenyum lembut. Ia tahu bahwa lagu ini adalah hadiah terindah dari suaminya, sebuah ungkapan cinta yang hanya bisa disampaikan lewat musik.
Para tamu kini benar-benar terhanyut dalam lagu itu. Beberapa menutup mata mereka, membiarkan musik mengalir melalui hati mereka. Keindahan dan kedalaman lagu ini seakan membawa mereka ke dalam dunia yang penuh dengan kehangatan dan cinta.
Namun, di dunia yang selama ini hanya mengenal musik gereja atau lagu-lagu yang menceritakan legenda para pahlawan, suara seperti ini begitu asing dan menggugah. Para tamu yang terbiasa dengan musik religius atau epik merasa seakan dunia mereka terguncang oleh melodi yang begitu pribadi dan intim. Musik yang penuh perasaan ini, yang menyentuh relung hati terdalam, begitu berbeda dengan apa yang mereka kenal.
Banyak dari mereka merasa ada sesuatu yang menggetarkan jiwa mereka—sesuatu yang lebih manusiawi, lebih dekat dengan perasaan sehari-hari yang tidak hanya berfokus pada kebesaran atau ketuhanan. Mereka yang terbiasa mendengarkan musik yang bernuansa agung dan monumental merasa seolah-olah dunia mereka telah diperluas, membawa mereka untuk merasakan cinta, kerentanannya, dan keindahan dalam cara yang belum pernah mereka temui.
Liora, dengan air mata yang mengalir di pipinya, memandang kedua orang tuanya. "Ayah dan Ibu… kalian benar-benar membuat dunia ini terasa lebih indah. Ini lebih dari sekadar musik. Ini adalah jiwa kalian yang berbicara."
Lagu berlanjut, dan ketika Eldric mencapai bagian klimaks, ia menyanyikan dengan penuh penghayatan, membawa lagu ini ke puncaknya dengan suara yang penuh emosi. Biola dan piano menjadi satu, seperti aliran sungai yang mengalir bersama angin musim semi. Ketika lagu berakhir, para tamu terdiam sejenak, seolah-olah waktu berhenti sejenak untuk memberi ruang bagi perasaan yang baru saja mereka rasakan.
Ketika nada terakhir menghilang, aula itu kembali dipenuhi dengan tepuk tangan yang gemuruh. Beberapa tamu berdiri, memberikan penghormatan yang tulus kepada Eldric dan Myra, yang telah membawa mereka dalam perjalanan emosional yang tak terlupakan.
Eldric menundukkan kepala, menyampaikan penghargaan yang tulus kepada para tamu. Namun, saat ia memandang Myra dengan senyuman yang penuh cinta, ia tahu bahwa ini adalah hadiah sejati yang ia berikan—sebuah lagu yang bukan hanya menggetarkan hati, tetapi juga membawa dunia mereka lebih dekat ke satu sama lain.
Tepuk tangan akhirnya mereda, dan suasana hati yang penuh haru menyelimuti aula. Namun, Eldric, yang merasa bahwa malam ini masih belum selesai, berkata dengan senyum penuh kebijaksanaan, "Malam ini belum berakhir. Ada satu hal lagi yang ingin saya perlihatkan kepada kalian."
Para tamu, yang masih terkesan dengan pertunjukan yang baru saja mereka saksikan, kini semakin penasaran. Liora memandang ayahnya dengan keinginan tahu, sementara Putri Elena menatapnya dengan antusias. Eldric kemudian memanggil, "Lumi, datanglah ke sini."
Semua mata kini tertuju pada Lumi, yang masih berdiri di dekat Myra. Anak kecil yang penuh keceriaan itu tampak ragu sejenak, tetapi saat ia melihat ayahnya memberikan senyuman yang hangat, ia merasa yakin dan melangkah maju. Dengan sedikit malu, ia berdiri di depan para tamu yang telah menyaksikan pertunjukan tadi.
Eldric memberi isyarat pada Lumi, dan dengan lembut ia berkata, "Lumi, nyanyikanlah apa yang telah aku ajarkan padamu."