7 Seorang Anak Yang Kritis, Seorang Tante Yang Selesai Dalam Misi

'Jika sampai dia menyentuhku maka dia akan kutinju.

Jika sampai dia sedikit saja menyentuhku maka dia akan kubunuh,' lamat-lamat Luci mendiktekan setiap aksi yang akan dia lakukan jika saja nanti Alan menyerangnya dan menyerbunya di atas ranjang.

Lagi pula ranjang memang sudah dipersiapkan dengan wewangian dan juga bunga-bungaan.

Mau tak mau Luci berpikiran macam-macam sekarang apalagi setelah melihat kobaran nafsu di mata Alan yang sedari tadi memandangi lekuk tubuhnya yang saat ini dibalut oleh tank top dan juga hot pant yang ketat.

Namun yang dilakukan Alan sedikit mengejutkan Luci. Alan ternyata tidak menyeretnya atau berusaha untuk memeluk dan menciumnya. Alan hanya menarik tangan Luci untuk kemudian diarahkan pada uang-uang yang tersisa di dalam koper.

Dengan tegas Alan menyerahkan semua uang-uang itu termasuk koper yang menaunginya. Alan menghela sembari menyirisi wajah Luci.

"Aku paham. Aku juga tidak akan pernah menyentuhmu lebih dari ini. Jujur kupikir aku mau menggunakan ranjang itu berdua denganmu. Namun setelah melihat responmu aku jadi mengurungkan niatku," jelas Alan.

Punggung tegang Luci seketika menjadi rileks kembali. Dia bersyukur bahwa Alan masih memiliki akal sehat.

Setidaknya Alan bukan tipe pemaksa seperti beberapa kliennya yang lain, yang dulu sempat nyaris memperkosa Luci sebab mereka tidak tahan melihat lekuk tubuh indah milik Luci.

Tadinya Luci ingin mengenakan baju yang lebih longgar dan tertutup malam ini.

Namun karena gaun imitasi yang dikenakannya tidak memungkinka gadis itu untuk mengenakan baju yang lebih panjang dan tertutup dari apa yang ia kenakan sekarang, maka dari itu dia mengurungkan niatnya.

Begini saja Luci sudah beruntung bisa mengenakan hot pant dan tank top.

Hal itu disebabkan oleh belahan gaun di paha milik Luci ternyata agak lebih tinggi dari yang Luci perkirakan.

Namun untungnya belahan paha itu masih cukup panjang untuk menutupi hot pant yang dikenakannya. Sementara pada desain di bagian bahu dan dadanya masih bisa menutupi kain pada tank top milik gadis itu.

Bahkan tadinya Luci hampir memakai bikini jika saja semua baju yang dia miliki tidak bisa ditutupi dengan sempurna oleh gaun imitasi yang dia kenakan malam ini, di pesta Alan itu.

Lalu jika dia memang memakai bikini bukannya tank top, akan seperti apa reaksi Alan saat melihatnya berpenampilan seperti itu? Mungkin bisa hilang kendali Alan malam ini.

Dengan balutan bikini kulit Luci yang segar dan cantik akan dengan jelas terekpos, apalagi kulit bagian perut dan juga area sekitar dadanya yang lain.

Belum lagi fitur-fitur tubuh gadis itu yang kencang dan juga padat. Bentuk tubuh seperti itu yang sangat digilai oleh setiap mata lelaki yang melihatnya.

'Yeah, entah aku yang beruntung atau Alan yang memang bisa dipercaya,' batin gadis itu setelah memikirkan tentang bagaimana reaksi Alan jika melihatnya memakai bikini malam ini.

"Tapi aku tidak akan menahan diri lagi jika kau tidak mau mengambil uang ini," ujar Alan sembari mengangkat koper yang sudah ia tutup dan ia rapikan. Koper itu sekarang ia sodorkan pada Luci.

"Kau pasti memiliki partner kan? Atau setidaknya pihak yang mengurus segala hal tentang penyamaran hari ini ? Kutebak pasti semua ini tidak gratis. Jadi kau bisa membagi dua uang ini dengannya," papar Alan dengan wajah serius.

Luci merenung sebab ide Alan mampu mengetuk hatinya. Yeah, uang itu bisa dibagi dua mengingat partner yang selalu membantu Luci itu tidak pernah mendapat uang ekstra darinya padahal kinerjanya sangat memuaskan selama ini.

Gadis itu melirik pada koper yang sekarang sudah berada di tangannya sendiri setelah Alan dengan paksa memberikan koper itu pada Luci.

Di dalam koper berada sejumlah uang yang jumlahnya setara dengan uang yang berada di dalam ransel yang sudah digendong Luci. Bisa dibilang Alan memberinya bayaran dua kali lipat besarnya.

Tapi Luci tidak yakin apakah partnernya itu akan mau menerima semua bayaran yang jumlahnya sangat banyak ini.

"Ambilah!" lirih Alan kembali.

Luci ingin mengambilnya namun gadis itu sempat meragu. Bukan hanya masalah tentang apakah partnernya akan mau menerima uang itu atau tidak.

Tapi masalahnya sekarang Luci juga takut jika suatu saat nanti terjadi seseuatu yang tidak diinginkan.

Jumlah dan total pembayaran jasa Luci sudah tertera di dalam kontrak.

Setiap pihak yakni Luci dan Alan masing-masing memegang satu salinan. Kontrak itu pun sudah ditanda tangani di atas materai.

Pada poin-poinnya tidak disebutkan adanya bonus yang diberikan oleh penerima jasa (Alan).

Luci hanya takut jika ternyata Alan tidak sebaik yang dia kira.

Bagaimana jika suatu saat Alan mengungkit-ungkit uang itu? Bagaimana jika itu digunakan Alan untuk menjebak Luci agar gadis itu mau berhubungan badan dengannya?

Sama seperti apa yang dulu dilakukan oleh mantan klien Luci saat gadis itu baru awal-awal menjalani bisnis ini.

Dulu, seorang tuan kaya memberinya kalung berlian.

Tuan itu berkata bahwa kalung tersebut merupakan bonus dari pekerjaan yang mampu Luci selesaikan.

Setelah Luci menerima dan menjual kalung berlian itu barulah beberapa minggu kemudian tuan tersebut menjebak Luci dengan menuduhnya telah mencuri kalung berlian itu dari tuan tersebut.

Luci hampir dijebloskan ke penjara. Dan saat semuanya memanas tuan tersebut berkata bahwa dia akan mencabut laporan tentang Luci jika saja gadis itu mau menjadi kekasih gelapnya.

Tuan kaya itu akan membebaskan Luci dari ancaman hukuman jika Luci mau memuaskan hasratnya setiap tuan itu ingin di atas ranjang.

Beruntungnya Luci bisa lepas dari penjara setelah partnernya secara sembunyi-sembunyi memberikan alat rekam mini pada Luci.

Dengan bantuan rekaman tersebut Luci mampu membuktikan dirinya sendiri bahwa dia tidak bersalah dan hanya dijebak selama ini. Luci hanya bisa menghela ketika mengingat semuanya.

Diam-diam sepertinya Alan tau semua kegelisahan Luci.

"Tentu aku memberikan semua uang ini secara tidak gratis. Aku ingin topeng dan perlengkapanmu hari ini kau berikan padaku sebagai bentuk alat tukar.

Sebab mungkin aku butuh topeng dan segala tetek bengeknya. Sia pasti akan terus menerorku akhir-akhir ini," tambah Alan.

Luci memikirkan permintaan Alan dengan cermat.

"Tapi aku ingin kuitansi atau bukti pembelian, Boss," pinta Luci.

"Hah, iya baiklah baiklah, aku akan mengaku sekarang.

Aku hanya ingin sering bertemu denganmu oleh sebab itu aku ingin membuatmu merasa memiliki hutang denganku. Tapi ternyata kau cerdik juga" Alan pun beranjak dari tempatnya.

Koper berisi uang tadi dia tinggalkan berada di tangan Luci yang masih bimbang dan bingung.

Lalu Alan mendekati sebuah laci di samping tempat tidur. Di dalamnya terdapat beberapa kuitansi yang sudah ia persiapkan.

Semuanya hanya berdasar insting belaka, dan ternyata insting tentang penyiapan kuitansi itu terbukti benar adanya.

Alan menggoreskan harga dan juga nama item yang akan dibelinya dari Luci. Lalu baik Alan dan Luci keduanya saling membubuhkan tanda tangan.

Alan mendapat dokumen yang asli sebab dia pembelinya. Dan Luci mendapatkan kopiannya.

Luci menyunggingkan sebuah senyum. Lalu tangannya yang ramping itu mengeluarkan segala perlengkapan yang ia bawa hari ini yang kemudian dia serahkan pada Alan.

Sebagai gantinya gadis itu bersedia menguasai koper yang diberikan Alan. Dibukanya koper itu untuk dikeluarkan isinya yang berupa uang yang berjumlah setidaknya seratus juta itu.

"Senang memiliki klien sepertimu, Boss," puji Luci dengan wajah sumringahnya. Setelah menjejalkan uang sisa itu ke dalam ransel gadis itu sudah beranjak untuk menuju pintu yang berada di suatu sudut.

Pintu itu terhubung oleh lift kecil di pojok ruangan, semua informasi itu sudah dijelaskan oleh Alan dalam masa latihan pegang-pegangan di pesta tadi.

"Baik saatnya pergi sekarang. Apa kau sudah memeriksa keamanannya?" tanya Luci untuk memastikan keamanan pada jalur yang akan dia pergunakan untuk keluar. Alan mengangguk.

"Ok, aku pergi dulu kalau begitu. Sampai jumpa, Boss. Telepon aku jika perlu lagi!" Luci melambai dengan tubuhnya yang sudah berada di dalam lift pada dalam ruangan itu.

Lalu gadis itu menekan tombol lift untuk menuju basement.

Salah satu keunikan dari tempat ini adalah bahwa mereka bsia turun hingga ke basement melalui lift di dalam ruangan, namun hanya beberapa kamar saja yang menyediakan lift itu.

Luci keluar dengan santai dan tanpa gugup. Tank top miliknya sekarang membentuk lekuk tubuhnya yang seksi dalam keremangan yang berbaur dengan sinar lampu parkiran mobil di basement.

Langkahnya yang tegas sudah berhenti di depan sebuah mobil sedan tua berwarna hitam.

Gadis itu melesak di dalamnya, menyalakan mesin dan menekan perseneling, lalu menginjak gas.

Roda mobil itu keluar dari area gedung dan membelah jalanan kota itu dengan kecepatan sedang. Rasanya senang dan lega. Luci ingin mendapatkan tidur panjang seharian besok.

Pikirannya berkeliaran kemana-mana, dia juga mulai memikirkan tentang rencana liburan di pantai. Lalu saat dia berhenti di lampu merah, sebuah pesan sampai padanya.

"Hans kritis."

Luci pun mencelos dengan tangan gemetar ketika menggenggam ponsel miliknya sendiri.

Lantas setelah lampu berubah menjadi hijau gadis itu menginjak gas dengan gesit dan menambah kecepatan mobilnya dengan drastis.

***

avataravatar
次の章へ