"Thomas mengajakku kencan." Perkataan Luci tersebut layaknya sebuah pemicu ledakan yang bergelombang dalam satu dentuman yang sangat kuat. Kegelapan, kengerian, emosi, kematian, dan ancaman nyawa. Atau mungkin alam semesta yang akan hancur.
Mata Evan menjadi sangat gelap melebihi mendung pembawa tornado. Hempasan angin, mencekik dan kering lalu juga panas. Ini mengerikan. Apalagi sosok Evan seperti menjulang berkali lipat, siap untuk melumat Luci menjadi potongan-potongan yang sangat kecil.
"Thom – Thomas pasti bercanda. Dia – dia…" Luci tidak bisa melanjutkan ucapannya sendiri. Tenggorokannya tercekik teramat dalam, bahkan dia tidak bisa merasakan napas miliknya yang keluar masuk melalui saluran itu. Merangkak bersama bahaya.
"Putar balik!" perintah Evan pada sopir yang masih berdendang kecil di depan. Sepertinya pak sopir itu tidak terlalu menyimak pembicaraan Luci dan Evan barusan jadi…
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください