webnovel

Dijebak Menikah Tuan Muda

Berawal dari ciuman tak sengaja yang terjadi di antara Evan dan Luci, kedua orang itu akhirnya terlibat dalam kerja sama kontrak. Evan yang belum bisa melupakan masa lalunya mau tak mau harus segera memiliki kekasih agar bisa terhindar dari perjodohan. Akan tetapi di tengah perjanjian kontraknya dengan Luci, Evan terlanjur jatuh cinta pada Luci. Sifat arogan dan dominan miliknya membuat Luci sering merasa terpojok, dan fakta yang lain adalah Luci tidak mencintai Evan. Luci telah jatuh cinta pada seseorang di masa lalunya. Kenyataan bahwa dia harus bersabar demi kontraknya dengan Evan berakhir telah membuatnya sesak. Di ujung kontrak, Luci telah dijebak menikah dengan Evan. Lalu bagaimana dengan lelaki yang berada di dalam hati Luci? Bisakah mereka bersatu?

Suny_Edelia · 若者
レビュー数が足りません
470 Chs

Apa Getaran Itu Masih Ada?

"Apa? Jadi itu kau?" desis Luci tak percaya.

"Benar, Bee. Ini aku, Spider," lirih Spider dengan wajah sangat sumringah.

Sementara Luci menunjukkan ekspresi wajah yang kacau yakni campuran antara terharu, bahagia, bingung, dan khawatir.

Luci terharu dan bahagia sebab akhirnya dia bisa bertemu dengan salah satu keluarga angkatnya.

Sejujurnya dalam beberapa kesempatan Luci masih bisa bertemu dengan beberapa di antaranya.

Namun tempat mereka sekarang sangat tinggi, mereka telah diadopsi oleh keluarga kaya raya karena beberapa dari saudaranya lebih memilih untuk tinggal di panti asuhan dari pada di yayasan, yang biasanya hanya akan menampung anak jalanan untuk diberi pendidikan dan skill. Anak itu akan dilepaskan secara mandiri setelah dewasa.

"Kenapa wajahmu begitu? Apa kau tidak suka bertemu denganku? Apa kedatanganku hanya membuatmu teringat dengan keluarga itu?" tanya Spider dengan hati-hati.

Matanya yang menjorok ke dalam itu memandang dan menyisiri wajah Luci.

Luci belum menjawab apa pun namun Spider sudah melakukan sesuatu yang lain. Spider terlihat melepas mantel panjang yang ia pakai.

Mantel tersebut ia pakaian pada Luci dengan gerakan lembut dan perhatian .

Luci mendongak, agak bingung dengan mantel yang sudah menyelimuti tubuhnya seperti ini.

"Udara akan dingin. Lagi pula pakaianmu agak terbuka. Kau bisa mendapat pelecehan di sini." Spider tersenyum tipis, senyum itu bahkan menunjukkan betapa bahagia Spider kali ini.

"Jadi kau benar-benar tidak suka melihatku?" lanjut Spider dengan pertanyaannya.

"Tidak, tidak Spider," sanggah Luci dengan mengibaskan tangan di udara.

Spider terbahak setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Luci.

Ini adalah sebuah momen langka di dalam hidupnya bahwa dia bisa tertawa selepas ini.

Saat ini adalah satu momen di mana dia bisa melepas semua penat dan frustasi yang dirasakannya, dan itu semua bisa terjadi hanya dengan mendengar Luci berbicara.

'Apa ternyata aku masih memiliki getaran itu?' batin Spider di dalam hati.

"Kenapa kau tertawa? Apa yang lucu?" tanya Luci dengan wajah kebingungan.

Tawa adalah hal yang menyenangkan apalagi jika itu terjadi pada momen bahagia seperti bertemu dengan keluarga.

Namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk berpikir demikian. Di sini mereka sedang berada pada sebuah koloni atau sebuah komunitas yang mana menyimpan banyak sekali kegelapan.

Luci takut jika orang-orang jahat di sekitar sini justru akan terbangun dengan tawa Spider.

"Hei, kenapa wajahmu tegang sekali?" tanya Spider terkikik geli. "Dan siapa orang yang kau bawa tadi? Apa dia sedang sakit?" lanjutnya.

Saat itu Luci baru menyadari bahwa ada Hans yang sedang ia tinggal di belakang gedung.

Gadis itu bahkan lupa tentang Hans sebab terlalu takut dan paniknya dia saat bertemu dengan Spider pertama kali.

Belum lagi ketika meengetahui fakta bahwa ternyata orang asing itu adaah salah satu keluarga angkatnya dulu.

"Ah, aku lupa. Aku harus bergegas, dia sakit keras. Aku baru menebusnya malam ini," racau Luci mulai bicara sembarangan.

Tadinya ia ingin berkata bahwa Luci baru saja membayar uatng yang mana jaminannya adalah anak yang sedang terkulai itu. Namun dia terlalu bingung hingga bicara tanpa sadar.

"Apa? Kau baru menebusnya? Bagimana bisa?" tanya Spider dengan wajah sedikit tersinggung.

"Yah, yah begitu pokoknya. Aku – aku harus bergegas. Aku harus membawanya kembali ke rumah sakit." Luci hampir maju untuk menghampiri Hans. Luci takut jika terjadi hal yang buruk pada Hans sekarang ini.

"Kau menyetir sendiri? Bagaimana kau akan membawanya?" tanya Spider dengan tangan masih menahan lengan Luci.

"Tidak tau. Lepas, aku mohon!" pinta Luci.

Gadis itu mulai merasa ketakutan yang disebabkan oleh entah karena apa.

Mungkin dia terlalu lelah dan mengantuk hingga dia kembali tidak sadar bahwa yang di depannya itu adalah Spider, bukannya orang jahat atau orang suruhan Tuan Philip.

"Hey, hey, tenang Bee. Ada apa? Kenapa kau takut begini? Ini aku," jelas Spider dengan menggenggam jemari Luci. Spider ingin menenangkan gadis itu.

"Ada apa, Bee? Kenapa kau takut begini?" serak Spider. Matanya menyisiri wajah Luci, mata itu juga tak bisa berhenti memandang mata lebar dan besar milik Luci yang sekarang sudah bergerak ketakutan.

"Aku harus pergi. Aku harus membawanya ke rumah sakit," rengek Luci. Gadis itu bahkan hampir menumpahkan air matanya.

Spider menghela. Dia tidak akan bisa melihat Luci begini, dia tidak akan mampu.

"Ok, kau boleh pergi. Tapi tolong tunggu aku sebentar di sini. Hanya lima menit. Emm, tidak, hanya tiga menit.

Aku akan masuk ke center sebentar lalu aku akan membantumu membawa dia ke rumah sakit. Aku ada mobil yang muat untuk ranjangnya," jelas Spider.

Wajahnya sudah memperlihatkan harapan yang tinggi. Dia beerharap Luci mau bersabar untuk menunggunya.

Luci belum menjawab. Gadis itu terlihat memikirkan matang-matang apa yang dusulkan oleh Spider.

Luci mau tapi apa bisa dia menunggu selama itu? Bagaimana jika nanti ada orang jahat yang datang dan menyerangnya?

"Maaf, aku tidak bisa. Di sini terlalu berbahaya bagiku," jujur Luci lalu gadis itu hampir pergi lagi, Namun sebelum langkahnya bergerak lagi, Spider sudah mencegahnya lagi.

Luci mengernyit sembari mendongak dengan wajah dipenuhi tanda tanya.

Sementaa itu Spider menekan sebuah tombol pada sebuah alat komunikasi yang melekat pada telinganya. Alat itu bahkan tidak sempat terlihat oleh Luci tadi.

"Max, pergilah ke belakang center sebentar. Aku punya tugas untukmu!" perintah Spider dengan nada ketus dan sangat dingin. Bagaimana bisa seseorang bisa berubah sekejap itu.

"Kau jangan khawatir, Seseorang akan menjagamu sementara aku pergi. Dia bisa dipercaya," kata Spider kini kembali pada nada bicara lembut dan sangat perhatian lagi. "Okay?" tanya Spider meminta persetujuan Luci.

Luci pun mengangguk lirih. Dia sudah tidak memiliki alasan lain untuk menolak. Lagi pula Luci juga membutuhkan bantuan Spider untuk membawa Hans ke rumah sakit.

"Anak pintar," puji Spider lalu mengacak rambut Luci denagn rasa gemas.

Spider lantas menuntun Luci menuju tempat di mana mereka bertabrakan tadi.

Lelaki itu membawa Luci untuk mendekati tempat di mana Hans masih terkulai pada ranjang rumah sakit dengan infus yang terpasang pada pergelangan tangannya.

Luci melesat untuk meemeriksa keadaan Hans, memeriksa napas dan juga denyut nadi anak itu.

Tak lama kemudian seorang lelaki datang. Luci tidak yakin apakah lelaki itu adalah salah seorang anak buah milik Golden, atau memang hanya pakaiannya yang mirip.

Tapi memang di sini semuanya sama, mereka memakai jas hitam yang rapi, terkadang hanya kemeja terlipat, atau sebuah rompi yang melapisi penampilan mereka.

"Jaga dia hingga aku kembali!" titah Spider dengan sangat dingin, sebuah suara bass yang bisa membekukan keberanian orang lain. Bahkan Luci merinding dibuatnya.

Spider lalu menghilang di balik pintu gedung itu. Entah apa yang dilakukan oleh lelaki itu, Luci pun tidak tau.

Sebenarnya Luci tidak bisa menebak kemungkinan tentang Spider karena pikirannya terlalu kacau setelah melihat sosok lemah Hans.

Luci lalu melepas mantel yang menyelimuti tubuhnya kemudian Luci selimutkan mantel itu pada tubuh Hans. Spider benar, udara mulai dingin.

Lalu tiba-tiba lelaki suruhan Spider yang sedang menjaga Luci itu bertanya dengan nada yang tak kalah dinginnya.

"Bagaimana bisa kau memiliki jaket The Crown? Apa itu milik Diamond?" geram lelaki itu.

***