Spider sempat menciumi bibir Luci saat malam, saat gadis itu sedang tertidur pulas. Ciuman itu dilakukannya karena Spider ingin menekankan pada dunia bahwa gadis yang berada di dalam dekapannya malam itu hanyalah miliknya seorang.
"Kamu milikku, Bee, hanya milikku," bisik Spider saat Luci sudah tertidur.
Ketika lelaki itu menciumi Luci, tak lupa dia mengambil foto di antara keduanya. Tadinya Spider ingin memasang foto dua bibir yang menempel itu sebagai foto profil. Tapi karena banyak sekali orang yang mungkin akan mengincar Luci untuk tujuan buruk, Spider pun mengurungkan niatnya.
"Lihatlah, Malaikatku yang manis ini!" bisik Spider dengan lengan miliknya yang tak bisa berhenti untuk memeluk Luci, yang saat itu sudah terkapar karena rasa lelah.
Bukan tanpa alasan Spider takut jika Luci diincar oleh orang lain dengan tujuan buruk.
Pasalnya Spider yang merupakan ketua dari klan mafia yang bernama The Crown itu selama ini telah meninggalkan jejak pertarungan yang panjang dan kejam di dalam dunia gelap pada bumi ini. Nama Spider telah masuk jajaran daftar hitam sebagai pihak yang perlu ditaklukan oleh beberapa klan mafia lain di seluruh penjuru dunia.
Oleh karenanya apa pun yang berkaitan dengan Spider biasanya akan dikulik tanpa henti. Dan tidak mustahil jika nantinya Luci bisa saja menjadi sasaran dari para mafia lain yang ingin mengalahkan Spider. Katakanlah usaha penculikan Luci itu masuk dalam kategori pemberentokan dan penggulingan kekuasaan Spider yang saat ini merajai lima benua.
"Aku tidak akan membiarkan seseorang menyentuh dan menemukanmu. Maka dari itu bibir kita tidak akan kupasang sebagai foto profil. Jadi jangan khawatir," bisik Spider di depan wajah Luci yang sedang terlelap itu.
Semalaman suntuk lelaki itu tidak bisa memejamkan matanya. Padahal kondisinya belum pulih benar setelah pertarungan melawan geng mafia lain beberapa hari yang lalu.
Malam panjang itu Spider lewatkan dengan memandangi wajah Luci, dengan menyentuh wajah Luci, dan dengan mencium bibir Luci. Lalu Spider pun menggenggam tangan gadis itu. Spider memeriksa jemari lentik milik Luci.
.
"Berapa kira-kira ukuran jarimu, Bee?" Spider pun memandang dan memeriksa jemari Luci yang sudah berada di dalam genggamannya itu.
Spider mungkin ahli dalam memilih senjata, tapi lelaki itu tidak ahli dalam memilih perhiasan.
Spider ingin memberikan Luci cincin, sebuah cincin berlian yang indah. Karena gadis cantik sekaligus cinta pertamanya itu perlu diperlakukan dengan istimewa seperti seorang putri.
"Apa perhiasan saja sudah cukup untukmu, Bee? Apa aku perlu mengajakmu tinggal bersamaku saja? Eh, tidak, tidak. Kamu bisa lari kalau aku mengajakmu tiba-tiba," gumam Spider tidak bisa berhenti untuk memikirkan perlakukan seperti apa yang perlu dilakukannya kepada Luci. Agar Luci nyaman dengannya, dan agar Luci mencintai Spider sepenuhnya.
Saat gumaman Spider terus berlanjut tiba-tiba saja Luci menggeliat di bawah pelukan Spider.
Melihat gadis yang tidak ingin dibangukannya itu bergerak, Spider pun membeku tiba-tiba. Napasnya bahkan sampai berhenti. Karena Spider takut jika Luci sampai bisa mendengar napasnya, gadis itu nanti justru akan terbangun.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Tidak terjadi apa-apa setelah itu. Luci terlihat kembali tertidur dengan nyenyak seperti biasanya.
Spider pun menghela napas dengan lega. Lalu lelaki itu merapikan anak rambut milik Luci yang lagi-lagi berantakan.
"Padahal aku paling benci ranjang yang sempit. Tapi kalau bersamamu, aku sangat menyukai ranjang yang sempit. Karena aku bisa berdekatan denganmu setiap waktu. Hmm, bagaimana kalau setelah menikah kita membeli ranjang yang sempit saja?" Spider berbicara sendirian.
Wajahnya yang kotak dan tegas itu terkadang melihat pada Luci yang masih terlelap. Pada setiap hela napas dan deru lirih udara yang keluar dari paru-paru Luci akan bisa membuat Spider terpana.
Setiap inchi dari wajah Luci tidak akan memiliki cela di mata Spider, walaupun ada tiga jerawat kecil di pipi Luci, dan juga satu jerawat di dahinya. Walaupun ada kantung mata hitam di bawah mata gadis itu karena begadang demi menyelesaikan misi.
Bagi Spider Luci selalu cantik, dan akan selalu begitu.
"Mata kamu cantik," bisik Spider. Tangan kasarnya lalu mengusap lembut mata milik Luci itu. Kemudian Spider pun mencium kedua mata gadis itu.
"Hidung kamu juga cantik." Spider memencet pelan hidung milik Luci. Lalu lelaki itu mencium hidung gadis itu.
"Bibir kamu …. " Spider berhenti sejenak pada bagian itu. Lalu lelaki tersebut mengusap pelan pada bagian itu, pada bibir milik Luci yang sudah diciumnya berulang kali malam ini.
Bibir itu seperti dua buah apel manis yang selalu ingin Spider rasakan. Dan saat ini Spider berpikir apakah dia bisa merasakan apel-apel itu tanpa harus sembunyi-sembunyi seperti ini?
"Apa aku berdosa saat ini padamu?" bisik Spider pada Luci. Lelaki itu mendekatkan bibirnya pada bibir Luci. Namun sebelum ciuman itu terjadi Spider pun mengurungkan niatnya.
"Aku tidak akan menjadi lelaki buruk yang suka mencuri ciuman. Bersyukurlah kamu karena setelah ini aku akan menjadi lelaki yang baik." Spider pun lalu mengecup kening Luci dengan kecupan yang dalam dan penuh dengan kasih sayang.
Lalu lelaki itu pun meraih ponsel miliknya yang berada di dalam saku celananya sendiri.
Dari tadi Spider memang membisukan ponsel miliknya agar momen-momen miliknya bersama Luci tidak terganggu. Dan ketika lelaki itu membuka ponselnya betapa terkejut dirinya ketika mendapati lima puluh panggilan tak terjawab dan juga lebih dari seratus pesan pribadi yang dikiramkan padanya.
Panggilan itu berasal dari Lev, Victor, dan beberapa anggotanya di dalam grup mafia The Crown. Lalu pesan yang berjumlah seratus itu berasal dari orang yang berbeda-beda. Semua isi pesan mereka sama yakni :
"Tuan, apa ini benar-benar Anda?"
Spider pun memilih untuk tidak menjawab satu persatu semua pesan yang terkirim padanya itu. Kemudian Spider pun membuka sub grup chatting mafia The Crown yang berada di dalam ponselnya. Sub grup chatting itu berisikan sepuluh orang saja. Kesepuluh orang itu adalah anggota inti yang merupakan orang kepercayaan Spider.
Kemudian Spider melakukan panggilan video kepada mereka semua.
Masing-masing dari mereka yang masih berada pada mansion utama markas Spider pun melonjak karena mendapat panggilan itu.
"Apa ini? Sir Diamon menelepon di grup?" Lev berbicara dengan gugup. Wajah garangnya yang biasa dia perlihatkan kini surut dan begitu pucat.
Victor dengan asyik menenggak kopi miliknya. Matanya yang berkantung hitam itu dengan santai menerima panggilan yang telah dibuat oleh Spider.
"Hallo, Sir! – Lev, ini memang Sir. Apa yang kau harapkan?" bosan Victor.
Padahal Victor itu masih muda. Usinya tidak jauh berbeda dengan Luci. Tapi Victor sama sekali tidak memiliki sopan santuk pada Lev yang notabennya adalah atasannya, dan juga memiliki selisih umur dua puluh tahunan dengannya.
"Benarkah?" tanya Lev agak gugup. Lalu lelaki itu pun mengangkat video call dari Spider. Dan betapa leganya Lev ketika melihat ada wajah ketua The Crown yang berada pada layar.
"Selamat malam, Sir!" sapa Lev dengan mengangguk, sementara Victor hanya melambaikan tangan tak acuh kepada Spider.
"Mana yang lain? Kenapa tidak mengangkat teleponku?" tanya Spider dengan suara dingin.
Para lelaki dengan perawakan tubuh bermacam-macam yang berada di ruangan tersebut pun buru-buru mengangkat telepon dari Spider. Apalagi setelah mendengar suara berat dan dingin milik Spider yang menanyakan kenapa mereka tidak mengangkat telepon.
Para lelaki itu terlalu terpana dan keheranan setelah mengetahui bahwa Spider masih memegang akun miliknya, sampai-sampai mereka tidak ingat bahwa di dalam grup itu ada kontak nomor mereka juga di dalamnya.
"Sekarang kami sudah lengkap, Sir. Jadi apa ada instruksi baru untuk kami?" Lev mengawali pembicaraan. Lev adalah tangan kanan Spider yang sangat dipercayai oleh lelaki itu.
Lev, walaupun usinya sudah tua tapi kemampuan bertarungnya tidak bisa dianggap remeh. Bahkan lelaki berusia empat puluh tahunan lebih itu hampir bisa menyamai kekuatan Spider, jika saja umurnya yang tua itu tidak menurunkan staminanya.
"Aku ingin mengenalkan seseorang pada kalian," ketus Spider dengan mata yang kelam dan dingin.
"Gadis ini adalah calon ibu kalian," lanjut Spider. Kamera pada ponsel milik Spider pun diubah. Sekarang kamera itu merekam sosok gadis yang tertidur pulas di ranjangnya. Gadis itu tak lain adalah Luci.
***