Di sinilah Elvano dan Zevia berada. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan.
Mereka lalu turun dari mobil. Zevia mengedarkan pandangannya pada tempat tersebut.
Zevia membulatkan matanya saat dirinya baru saja menyadari di mana dirinya dan Elvano saat ini berada.
"KUA? Kita ngapain ke sini?" tanya Zevia.
"Menikah. We will marry," ucap Elvano.
"Apa? Menikah? Jangan bercanda, Elvano. Aku baru saja memberikan jawaban itu semalam lho sama kamu. Masa iya kita sudah menikah hari ini?" ucap Zevia tak percaya.
"Jawaban itu memang baru kemarin kamu berikan. Tapi aku sudah mempersiapkan segala keperluan pernikahan ini sejak beberapa waktu yang lalu. Ya kurang lebih satu bulan," ucap Elvano.
Glek!
Zevia menelan salivanya sendiri dengan susah payah.
"Jadi kamu urus pernikahan kita tanpa izin dari aku?" tanya Zevia.
Elvano pun mengangguk.
"Udah lah sayang. Don't waste our time here. Ayo kita segerakan pernikahan kita," ucap Elvano.
"Tapi aku belum ada persiapan apa pun lho," ucap Zevia.
Elvano tersenyum penuh arti menatap ke arah Zevia.
.....
Aldo kini telah berada di dalam ruangan Elvano yang juga menjadi ruangannya.
Aldo duduk di meja kerjanya dan tidak mendapati Elvano di kursi kekuasaannya.
"Pak boss kenapa belum datang ya? Tumben banget. Biasanya jam segini kan dia udah datang terus menyuruh gue mengerjakan beberapa pekerjaan," gumam Aldo.
Mata Aldo memicing menatap pada sebuah note yang berada di atas meja kerjanya. Aldo lalu mengambil note tersebut dan membacanya.
"Semua tugas kamu ada di tumpukan berkas pada map berwarna hijau di meja kerja saya. Selesaikan semuanya hari ini juga," ucap Aldo membaca note tersebut.
"Apa ini artinya bahwa pak boss tidak datang ke kantor ya hari ini?" gumam Aldo.
Aldo lalu menyimpan note tersebut ke dalam laci mejanya. Ia lalu bangkit dari posisi duduknya dan beralih ke meja kerja Elvano untuk mengambil map berwarna hijau tersebut.
Aldo lalu memeriksa isi map tersebut dan setelah itu ia membawanya ke meja kerjanya.
"Gue kira banyak banget. Eh ternyata cuma segini kok. Alhamdulillah deh," gumam Aldo.
Aldo lalu mulai mengerjakan pekerjaannya.
.....
Gio memarkirkan mobilnya di parkiran kantor Elvano. Ia lalu turun dari mobilnya dan melangkahkan kakinya memasuki kantor Elvano.
Di pintu masuk, Security yang berjaga langsung menginterogasi Gio.
"Maaf pak, anda ini siapa ya? Dan ada keperluan apa anda datang ke sini?" tanya Security.
Gio yang semula menggunakan kacamata hitam langsung melepas kacamata hitamnya.
"Kamu tidak mengenal saya?" tanya Gio.
Security itu pun mengangguk.
"Maaf pak, bapak ingin bertemu dengan boss Elvano?" tanya Security.
"Lalu dengan siapa lagi saya ingin bertemu selain dengan anak saya?" tanya Gio dengan sedikit emosi.
"Maaf pak. Saya tidakk tahu jika pak Elvano adalah putra bapak. Mari pak silakan masuk," ucap Security.
Gio lalu memasuki kantor Elvano dan melangkahkan kaki menuju ruangan Elvano.
.....
Sementara itu, Aldo kini sedang mengerjakan pekerjaannya dengan serius dan tenang. Sesekali, ia melirik ke arah pintu ruangan untuk memastikan kehadiran Elvano.
"Kayaknya pak boss beneran gak masuk deh. Tapi kenapa ya?" gumam Aldo bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
....
Gio kini telah tiba di depan ruangan Elvano dan bersiap untuk membuka pintu ruangan tersebut namun sekretaris Elvano yang mana mejanya berada di depan ruangan Elvano menghampiri Gio dan menghentikan Gio yang akan membuka pintu ruangan tersebut.
"Maaf pak Gio, pak Elvano belum datang ke kantor ini sejak tadi pagi," ucap sekretaris.
"Jangan membohongi saya! Dia pasti sengaja kan menyuruhmu untuk menghalangi saya masuk ke dalam ruangannya supaya saya dan dia tidak bertemu?" tanya Gio.
Sekretaris tersenyum lalu menggeleng.
"Maaf pak, bukan seperti itu. Tetapi memang pak Elvano belum datang ke kantor ini sejak pagi tadi," ucap sekretaris.
"Ya sudah kalau memang seperti itu. Biarkan saya masuk ke dalam ruangannya untuk memastikan kebenaran dari ucapan kamu," ucap Gio.
Sekretaris menghela nafasnya.
"Baiklah pak silakan," ucap sekretaris.
Gio lalu membuka pintu ruangan Elvano.
.....
Mendengar suara pintu yang terbuka, Aldo langsung menghentikan pekerjaannya.
"Sepertinya gue salah. Pak Elvano ternyata datang," gumam Aldo sebelum menoleh ke arah pintu.
Dan Aldo langsung menelan salivanya sendiri ketika ia salah menduga bahwa yang datang bukanlah Elvano melainkan Gio.
Aldo lalu bangkit dari posisi duduknya saat Gio menghampiri meja kerjanya.
"Pak Gio. Selamat datang pak," ucap Aldo.
"Di mana Elvano?" tanya Gio tanpa basa-basi.
"Maaf pak sepertinya hari ini pak Elvano tidak masuk," ucap Aldo.
Gio mengerutkan keningnya.
"Jangan bohongi saya! Katakan di mana Elvano?!" seru Gio.
"Saya berkata jujur pak. Jika anda tidak percaya, saya memiliki bukti jika pak Elvano tidak masuk kantor hari ini."
"Bukti apa?" tanya Gio.
Aldo lalu membuka lacinya dan mengambil note yang ditinggalkan oleh Elvano untuk dirinya. Ia lalu memberikannya pada Gio.
"Ini pak," ucap Aldo.
Gio lalu menerima map tersebut dan membacanya.
'Shit! Jadi anak itu benar-benar tidak datang ke kantor hari ini? Lalu di mana dia berada saat ini sampai dia bisa-bisanya tidak masuk kantor? Apa jangan-jangan dia pergi bersama wanita miskin itu?' ucap Gio di dalam hatinya.
"Lalu apa alasan dia tidak hadir hari ini?" tanya Gio.
"Mohon maaf pak tetapi saya benar-benar tidak tahu apa alasan atas ketidakhadiran beliau," ucap Aldo.
Brak!
Gio menggebrak meja kerja Aldo membuat Aldo sedikit tersentak.
"Bodoh! Tangan kanan seperti apa kamu tidak tahu tentang bosmu?!" ucap Gio dengan emosi.
"Maaf pak tetapi itu bukan hak saya untuk mengetahui privasi pak Elvano," ucap Aldo.
"Argh! Kamu dan dia sama saja! Beritahu pada Elvano bahwa saya ingin bertemu dengan dia! Jangan jadi pengecut yang bersembunyi setelah melakukan kesalahan!" ucap Gio dengan penuh penekanan.
Setelah mengatakan itu, Gio pun pergi begitu saja dari sana.
Deg!
'Kesalahan? Kesalahan apa yang pak Elvano lakukan? Apa benar jika ketidakhadiran pak Elvano hari ini dikarenakan ia sedang menghindari kesalahan yang telah ia lakukan?' ucap Aldo bertanya-tanya di dalam hatinya.
...
Gina saat ini sedang gelisah. Ia berdiri dengan gerakan berjalan berulang di tempat yang sama dengan jari telunjuk pada tangan kanannya yang berada di dagu sambil diketuk-ketuk kecil.
"Gimana ya? Apakah mas Gio berhasil menemui Elvano? Aku benar-benar khawatir jika sampai mereka bertemu lalu ternyata Elvano menentang mas Gio kemudian dia semakin membuat hancur perusahaan. Ya Tuhan. Aku benar-benar takut. Aku belum siap untuk hidup miskin. Argh!" gumam Gina dengan gelisah lalu berdecak kesal.
Gina lalu mengambil posisi duduk dan meraih ponselnya yang berada di atas meja.
"Lebih baik aku hubungi saja kali ya? Supaya gak penasaran kayak gini. Anak itu benar-benar keterlaluan sekali pada orang tuanya sendiri. Lihat saja, suatu saat nanti aku akan memberi perhitungan pada wanita miskin itu! Dan dia akan merasakan hal yang jauh lebih sakit dan menderita dari apa yang aku dan suamiku rasakan saat ini!" gumam Gina.
....