Hembusan nafas lelah mengiri deru nafasnya bersamaan dengan ponsel yang telah berhenti berdering. Satu hal yang sangat dia tidak mengerti adalah bahwa
hingga detik ini takdir masih saja mempermainkannya dengan sangat kejam.
Sekuat tenaga berusaha melupakan tapi apalah daya. Yang dilupakan pun terus saja berusaha hadir kembali didalam hidupnya. Bahkan dia memaksa kembali hadir meskipun hal itu sangatlah tidak mungkin.
Calista semakin tenggelam ke dalam rasa sesak yang menyeretnya pada luka berselimut kesedihan berkepanjangan. Harusnya Leonard sadar diri. Harusnya Leonard mengikhlaskannya pergi. Dan harusnya Leonard paham betul bahwa yang Calista lakukan padanya atas dasar kemanusiaan, bukan cinta.
Namun, Leonard tidak mau percaya dengan yang Calista katakan. Dia lebih memilih mengikuti kata hati yang mengatakan bahwa Calista nya masih memiliki perasaan yang sama, bahwa Calista nya masih mencintainya dengan sangat dalam.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください