[Cerita ini terinpirasi dari konflik di Donbass, Ukraina.]
.
.
Sebatang rokok keluar tengah dihisap oleh seorang lelaki berkacamata hitam dengan wajah oval yang tegas dan berkumis hitam tipis. Dia membuka ponselnya dan menatap gambar bayi perempuan yang digendong oleh seorang perempuan berparas cantik jelita layaknya seorang Dewi dengan rambut panjang yang bergelombang berwarna pirang dan bermata coklat. Antonia tersenyum tipis menatap foto istrinya yang tengah duduk di kursi sambil menggendong anak perempuannya yang masih berusia empat bulan.
Antonia Colville Wilhelm Viktor Ferdinand von Hohenzollern-Sigmaringen namanya. Dia adalah anggota dari Klan Hohenzollern-Sigmaringen yang masih merupakan Keturunan dari Raja Karol dari Romania dan saat ini dia tengah bekerja di sebuah Private Military Contractor bernama "Burgmann Groups."
Antonia tengah duduk disamping senjata anti tank guided missile tipe 9K115-2 Metis-M. Berada di garis depan pertempuran dan ditugaskan untuk memburu tank dan kendaraan militer musuh sehingga membuatnya dijuluki sebagai "Der Metalljäger." Misil-misil anti tank yang dia lesatkan selalu mengenai target dan menghancurkan belasan tank dan kendaraan militer milik Tentara Ukraina.
"Kau terlihat selalu bisa bersantai meskipun ini garis depan pertempuran, Antonia," kata rekannya sesama anggota Burgmann Groups yang tengah menggenggam senapan sniper Blaser 93 Tactical.
"Kau juga sama," komentar Antonia kepada temannya yang juga tidak kalah santainya. "Terlalu tegang juga tidak bagus, setidaknya dengan santai, dan rileks, kita bisa mempertahankan garis perbatasan ini."
Dari kejauhan satu unit Tank M48 Patton berwarna abu-abu tengah bergerak maju menembus kabut yang begitu tebal yang muncul secara tiba-tiba. Kabut yang tebal muncul secara tiba-tiba sehingga membuat kedua kontraktor Burgmann Groups tersebut meningkatkan kewaspadaan mereka. Para Tentara Donetsk yang awalnya tengah bersantai segera bersiaga dalam posisi mereka ketika kabut tebal yang secara tiba-tiba muncul. Mereka semua heran dengan kemunculan kabut yang begitu tebal di cuaca yang panas ini, terlebih hawa di pagi hari ini begitu panas.
Antonia menempelkan telinganya ke tanah untuk mendeteksi jika ada musuh yang bergerak maju ke sini. Dia menutup matanya agar bisa berkonsentrasi dengan penuh. Dari arah barat dia merasakan getaran dari roda-roda tank yang tengah bergerak beserta ratusan langkah kaki para serdadu Ukraina.
Antonia segera bangkit dan mengisi misil anti tank di perangkat tempurnya, "Musuh bergerak dari arah barat, tepatnya arah jam sembilan. Kabut tebal ini ulah seorang Witch, bukan terjadi secara alamiah mengingat cuaca pagi ini terasa begitu panas. Witch tersebut memanipulasi iklim sehingga terjadilah kabut tebal sialan ini," jelas Antonia yang tengah bersiap dengan perangkat pemburu tanknya. Walaupun kabut tebal, tetapi
Antonia tahu di mana tank musuh berada.
Dia dengan hati-hati menentukan posisi di mana musuh berada agar misil yang dia luncurkan tepat mengenai tank musuh dan memberikan efek destruktif yang besar kepada mereka. Rekan di sampingnya juga bersiaga penuh dan siap mencabut nyawa musuh setelah Antonia melakukan serangan pembuka dengan misil anti tank yang akan dia tembakkan.
Antonia menekan tombol pada perangkat misil anti tanknya. Misil melesat dengan cepat dan menghancurkan satu unit tank M48 Patton serta efek ledakannya membunuh dan melukai setidaknya sebelas Tentara Ukraina. Mereka berlarian panik setelah tank mereka dihancurkan.
Suasana yang berkabut dan hening menyebabkan suara ledakan terdengar jelas dari titik di mana Antonia telah menghancurkan kendaraan musuh.
"Serang!" perintah salah seorang Perwira Ukraina begitu mendengar salah salah satu tanknya hancur akibat ledakan.
Tentara Ukraina segera berlari dan menembaki posisi Tentara Donetsk yang berada di garis militer Donetsk. Serangan mereka membunuh dan melukai beberapa Tentara Donetsk.
Para Sniper dari PMC seperti Burgmann dan Wagner Group menembaki beberapa Tentara Ukraina yang bergerak maju maupun para Komandan Tank yang berada di turret mereka.
Antonia mengisi misil anti tanknya dan menembakkannya. Serangannya kembali menghancurkan satu unit tank musuh tipe Altay.
Matthias Albert Hackenholt yang berada di sampingnya menunduk ketika tembakan sniper musuh hanya bersarang di gundukan tanah di mana mereka berdua berjaga. Antonia segera menyimpan perangkat perang anti tanknya agar tidak hancur dan dia mengambil senapan riffle Blaser 93 Tactical dan membantu Matthias menembaki musuh yang bergerak ke arah mereka.
"Instingmu tajam juga, Matt, bisa mengetahui posisi musuh meskipun kabut sangat tebal," puji Antonia.
"Kau juga memiliki insting yang tajam dan tanpa ragu membunuh segerombolan orang-orang sakit tersebut," puji Matthias dengan nada dingin.
"Aku adalah Orang Jerman murni. Hanya saja leluhurku adalah Raja Romania yang digulingkan oleh Kaum Komunis, lalu diterima sebagai Warga Prussia karena kebaikan hati Stadtholder di masa lampau. Nama bernuansa Romania ini hanyalah pengingat bagi Keluargaku bahwa kami adalah keturunan dari Bangsawan Hohenzollern yang pernah menjadi Raja di Romania. Kalau mereka tidak menerima kami di Prussia, mungkin saat ini belum tentu kita bisa menjadi saudara setanah air," ungkap Antonia tentang garis keturunannya.
"Anggota klan Bangsawan Hohenzollern-Sigmaringen memang berbeda," kata Matt.
Mereka berdua segera melompat bertiarap ketika posisi mereka dihantam oleh serangan artileri dari Tentara Ukraina.
"Sialan, mereka benar-benar sangat ngotot untuk menaklukan Donetsk. Tapi, aku tidak akan membiarkan mereka. Atas nama kemanusiaan, kebebasan, keadilan, dan persaudaraan. Sebagai anggota dari Burgmann, aku akan berjuang demi saudara-saudara Donetsk-ku." Antonia meletakkan senapannya dan menarik pedang rapier miliknya. Dia berlari dengan cepat menembus kabut tebal serta menghindari hujan peluru dari musuh-musuhnya.
Pedang papiernya menembus kepala salah satu musuhnya. Dia bergerak dengan cepat membunuh para musuh-musuhnya di mana pedang rapiernya menyobek leher-leher mereka dan membuat mereka mati dalam keadaan yang tersiksa.
Antonia mengambil salah satu peluncur roket dan menembakkannya ke arah posisi musuh yang tengah menghujani posisi Tentara Donetsk dengan mortar. Roket yang dia tembakkan menghancurkan regu mortar dari Tentara Ukraina dan menimbulkan ledakan yang cukup besar.
Antonia segera kembali ke posisinya dengan perlindungan dari Matthias yang melindunginya dari tembakan para Tentara Ukraina. Dia berlari ke sebuah parit dan kemudian bagian luar parit tersebut dihantam oleh serangan artileri musuh.
"Kau itu selalu lolos dari kematian, kawan," kata Matthias. "Kalau saja larimu tidak cepat, sudah pasti serangan artileri barusan sudah membunuhmu."
"Kita harus selalu mengingat Tuhan di manapun berada. Tanpa berkat dan rahmat-Nya kita tidak akan bisa hidup di medan perang," katanya dengan nada bicara yang lebih cepat dari biasanya.
Bagi Matthias, sosok Antonia yang dikenal dengan pembawaan yang tenang dan santai tidak biasanya berbicara dengan nada bicara yang lebih cepat, namun dia bisa memaklumi rekannya tersebut mengingat dalam perang ini dipacu bahwa antara kehidupan, dan kematian selisihnya sangatlah tipis.
Antonia segera berdiri dan dengan mengenakan teropong dia mengecek keadaan sekelilingnya, "Sepertinya Tentara Ukraina telah mundur dalam serangan ini."
"Namun sayangnya beberapa Tentara Donetsk terlihat mudah sekali akan terlena dengan kemenangan. Padahal serangan mereka belum berakhir. Ini hanyalah sebuah pembukaan saja," keluh Matthias menatap datar beberapa Pemuda Donetsk yang tengah melakukan selebrasi.
"Menurutku itu wajar, mengingat kebanyakan dari mereka itu adalah para pemuda yang baru pertama kali terjun ke medan perang dan berperang melawan musuh lalu langsung menang. Padahal kalau mereka sudah lama berada di medan perang hal seperti ini sangatlah umum dan terasa membosankan," balas Antonia.
"Kau benar, Antonia," kata Matthias. Dia menawarkan sebatang rokok kepada Antonia dan dia menerima sebatang rokok dari rekannya.
"Terima kasih, Matt."
"Sama-sama kawan."
Dia mengambil korek yang terbuat dari logam di saku seragamnya lalu menyalakan sebatang rokok tersebut untuk menenangkan pikirannya. Kepulan asap beraroma rempah khas Bumi Nusantara keluar dari mulutya.
"Maaf jika aku menanyakan kehidupan personalmu kawan. Meskipun kau itu lelaki dari Klan Bangsawan Hohenzollern-Sigmaringen, kenapa kau menikahi perempuan dari kalangan biasa?" tanya Matthias yang penasaran dengan kehidupan pribadi rekannya.
"Alicia Beatrix Becker. Kami sudah berteman sejak kecil dan menginjak remaka, aku sadar bahwa dia pilihanku. Awalnya kedua orang tuaku menolak karena aku ingin dijodohkan dengan seorang Bangsawan, namun Stadtholder Nikolaus justru mendukungku dan akhirnya kami menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan. Pernikahanku memang seperti Kanselir Leopold, di mana kedua orang tua kami tidak merestuinya. Namun kini mereka telah sadar dan mereka senang atas kelahiran cucu mereka."
"Aku kira kehidupan sebagai anggota dari klan Bangsawan Hohenzollern-Sigmaringen itu bernasib enak, namun pikiranku selama ini salah juga."
"Semua kehidupan itu ada enak dan tidak enak dan semuanya kembali lagi kepada diri kita bagaimana cara menyikapinya," jawab Antonia dengan bijaknya.
"Tapi kalau tidak begini, bukan hidup namanya, kawan," kata Matthias.
"Kau benar, Matt," balas Antonia. "Kita harus pulang hidup-hidup, keluarga kita sangat menunggu kedatangan kita."
.
.
Warna jingga menghiasi langit Kota Donetsk, dengan sang mentari pelan-pelan tenggelam di ujung barat. Meskipun tadi pagi terjadi sebuah pertempuran yang cukup keras, namun kehidupan di Kota Donetsk terlihat damai seperti sebelum dimulainya serangan Ukraina yang ingin memadamkan api pemberontakan di Donbass.
Anak-anak tengah bermain di jalanan dengan raut wajah yang riang gembira seolah-olah mereka tidak melihat adanya peperangan dan kematian. Meskipun di dalam hati para ibu-ibu merasa khawatir, namun mereka berusaha untuk tetap tegar, dan bersikap seperti biasanya, seperti sebelum perang dimulai. Para ibu-ibu saling berbicara dan memberikan dukungan moral bahwa semua ini akan segera berakhir dan kehidupan akan kembali normal.
Para Tenaga Medis berjuang dengan begitu tabah dan sabar mengobati para Tentara maupun Warga Sipil yang terluka. Mereka memberikan motivasi bahwa ini semua akan segera berakhir dan kedamaian serta kemenangan akan segera tiba. Seorang Perawat tengan menghibur seorang anak kecil yang berwajah datar, dengan segala kesabaran dia berusaha untuk membuat anak tersebut kembali tersenyum seperti sediakala.
Antonia, Matthias, dan dua rekan mereka dari Wagner Group tengah bersantai sambil duduk bersandar pada sebuah dinding di sebuah bangunan di pinggiran Kota Donetsk.
"Kalian berdua dari mana?" tanya Matthias kepada dua rekannya yang berasal dari PMC Wagner Group.
"Kami berdua dari Chechnya," balas mereka berdua secara bersamaan.
Antonia memperhatikan jam pada ponselnya yang menunjukkan pukul delapan belas lebih lima puluh satu, "Sepertinya ini sudah masuk waktu Sholat. Biarkan kami berdua berjaga dan kalian sholat."
"Ayo, sholat, Hassan. Mumpung ada waktu," bisik rekannya.
"Kami mau ambil wudhu lalu sholat. Kumohon jaga kami yah," kata Hussen kepada Antonia dan Matthias.
Antonia dan Matthias tengah bersiaga sambil menenteng senapan AK-47 mereka untuk melindungi dua rekan Chechnya mereka yang tengah menjalankan sholat magrib.
"Bagaimana kau tahu bahwa ini waktunya sholat bagi muslim seperti mereka?" tanya Matthias berbisik.
"Entahlah, aku hanya ingin mengingatkan mereka berdua yang terlihat kebingungan. Kita belum saling kenal lebih dalam sehingga komunikasi terasa sedikit kaku. Jadi, aku hanya asal bicara, dan semoga tidak ada hal yang buruk di antara kita," jawab Antonia dengan santai.
Kedua personil Wagner Group itu telah selesai melaksanakan ibadah sholat magrib dan mereka berdua berjalan menghampiri Antonia dan Matthias.
"Terima kasih sudah menjaga kami berdua. Ngomong-ngomong siapa nama kalian?" tanya seorang Lelaki Chechnya berjenggot dan berkumis tipis yang bernama Hassan.
"Antonia Colville Wilhelm Viktor Ferdinand von Hohenzollern-Sigmaringen," jawab Antonia.
"Matthias Albert Hackenholt."
"Namaku Nur Hassan Muhamadov, dan ini Adikku Nur Hussen Muhamadov. Senang bertemu dengan kalian Prusski."
"Kami juga," balas Matthias.
"Kau tahu, di masa lalu orang-orang Prussia dan Soviet bersatu melawan fasisme, dan kini kita kembali bersatu untuk melawan fasisme," kata Antonia.
"Kau benar, Pangeran Antonia," balas Hassan.
"Kumohon jangan panggil aku dengan imbuhan Pangeran. Panggil aku Antonia," katanya dengan tersenyum ramah.
"Jadi kau itu anggota dari klan Bangsawan Hohenzollern-Sigimaringen dan Keturunan Raja terakhir Romania," kata Hussen. "Bagaimana rasanya kau berperang melawan orang-orang Ukraina yang fasis?"
"Mereka cukup tangguh, dan merepotkan. Namun mereka tidak bisa dianggap remeh. Kita harus berhati-hati dan jangan kasih ampun pada mereka!" tegas Antonia.