Puluhan rumah terlihat kosong. Tak ada aktifitas apalagi kehidupan di sini, dan bagian dalam dari beberapa rumah tersebut terlihat berantakan dan kacau, dengan banyaknya coretan bernada rasis di tembok-tembok rumah.
Antonia, Matthias, dan beberapa Tentara Donetsk memasuki Desa Hostre yang sebelumnya dikuasai oleh Tentara Ukraina. Tidak seperti Donetsk yang cukup besar, Hostre hanyalah sebuah Desa kecil yang terletak tigas belas kilometer selatan Kota Donetsk. Saat dimulainya invasi Ukraina, desa ini ditinggalkan oleh seluruh penduduknya yang mengungsi ke Ibu Kota.
"Bajingan-bajingan itu datang seperti perampok dan berbuat kekacauan," umpat Matthias. "Mereka bertindak layaknya binatang dengan mengotori rumah-rumah yang indah ini."
Mereka terlihat sangat waspada ketika memasuki Hostre yang telah ditinggalkan oleh Tentara Ukraina. Mereka tidak seharusnya meninggalkan wilayah yang telah mereka rebut.
"Waspadalah dengan sekeliling. Kita tidak tahu musuh sekarang ada di mana," ujar Antonia. lelaki Bangsawan Prussia itu menghentikkan langkah kakinya secara tiba-tiba, diikuti oleh rekan-rekannya. Dia berdiri mematung mengamati sekelilingnya dan memberikan sebuah perintah dengan isyarat tangan yang artinya menyebar.
Matthias dan Tentara Donetsk yang memahami maksud dari Antonia segera menyebar dan menggeledah setiap rumah. Dari sepuluh orang Tentara, termasuk Matthias, mereka memasuki setiap rumah, dan menggeledahnya satu per satu. Rumah yang tengah digeledah oleh Matthias terlihat berantakan, di mana kulkas di rumah tersebut telah hancur diberondong oleh peluru dan banyaknya pecahan gelas dan piring yang berserakan di ruang makan. Banyak juga coretan bernada rasis di tembok rumah.
"Ukraina bajingan," hujat Matthias yang jengkel akan kerusakan yang telah dilakukan oleh Tentara Ukraina terhadap rumah-rumah Penduduk yang telah mereka masuki.
Seorang perempuan berambut coklat lurus, berwajah bulat dengan yang pipi tembem, bermata coklat, dan berbadan ramping setinggi seratus enam puluh delapan centimeter memasuki sebuah rumah bertingkat dua berwarna coklat. Sofia Madoyan berjalan perlahan sambil mengarahkan moncong senjatanya.
"Ya ampun, mereka itu benar-benar tidak tahu diri," kata Sofia yang memperhatikan kondisi rumah yang berantakan dan kotor dengan banyaknya coretan-coretan di dinding serta sampah-sampah makanan yang berserakan di lantainya.
Sofia berjalan perlahan menjelajahi isi rumah tersebut, namun sayang seribu sayang sungguh malang nasibnya ketika kakinya menginjak sebuah kabel yang merupakan jebakan granat alias booby trap.
Terjadi sebuah ledakan yang cukup dahsyat dan menghancurkan tubuh Sofia Madoyan.
Ledakan dari sebuah rumah bertingkat dua dengan warna tembok berwarna cokelat mengagetkan para Tentara yang tengah bertugas.
Antonia dan para Tentara lainnya segera berlari menuju ke sumber ledakan dan ketika mereka sampai di sana mereka benar-benar kaget melihat sebuah rumah yang hancur lebur. Para Tentara Donetsk terlihat bersedih atas kematian salah satu rekan mereka. Air mata kesedihan jatuh dari mata mereka yang berwarna cokelat dan teriakan kesedihan memecah keheningan Desa tersebut.
Antonia dan Matthias hanya bisa terdiam mematung melihat kehancuran dan kematian yang telah merenggut nyawa seorang Gadis Russia-Ukraina yang baru kemarin bergabung dengan militer Donetsk.
Antonia menatap langit ketika dia mendengar suara-suara aneh dari arah barat. Sebuah roket katyusha tengah meluncur dari arah barat menuju ke Desa. Serangan pertama roket tersebut menghancurkan menara sebuah Kuil.
Ketakutan dan kepanikan menguasai hati para Tentara Donetsk. Mereka berlarian menuju ke arah timur laut untuk kembali ke Desa Hostre, sedangkan Antonia, dan Matthias mundur secara perlahan dengan mengarahkan senjata mereka.
Sebuah roket meluncur dengan cepat dan langsung membunuh delapan Tentara Donetsk yang berlarian. Puluhan rudal secara acak menghujani Desa Hostre dan menghancurkan sebagian rumah-rumah di sana.
Antonia dan Matthias segera menceburkan tubuh mereka pada sebuah sungai kecil di sana.
"Sialan, mereka benar-benar gila. Mereka terlalu nekat menghujani Desa Hostre dengan rudal katyusha," umpat Matthias dalam hatinya.
Mereka berdua menepi ke tepi timur sungai tersebut dan nafas mereka begitu terengah-engah setelah berenang dengan cepat melewati sungai yang mengaliri wilayah Donetsk.
Antonia segera berlari sambil menodongkan senapan AK-47 miliknya ke udara menembaki drone Bayraktar TB2 yang tengah menembaki beberapa titik posisi Tentara Donetsk. Drone tersebut jatuh dan menabrak sebuah bangunan setelah ditembaki oleh Antonia hanya dengan senapan AK-47.
Matthias hanya terdiam tidak percaya bahwa rekannya menembaki drone Bayraktar TB2, hanya dengan bersenjatakan senapan AK-47.
Antonia menatap rekannya yang terdiam seribu bahasa.
"Kenapa kau terdiam?" tanya Antonia.
"Tidak, bukan apa-apa. Hanya saja kau berhasil menjatuhkan drone Bayraktar TB2 hanya dengan AK-47," jawab Matthias.
"Ini hanya keberuntunganku bisa menembak jatuh drone tersebut dengan senapan AK-47," ungkap Antonia. "Perang ini akan penuh dengan kejutan."
Antonia berjalan menghampiri Matthias dan mengulurkan tangan kanannya, "Apakah kau masih bisa berdiri, Matt?"
Matthias menerima uluran tangan dari Antonia dan bangkit berdiri.
"Masih!" jawabnya tegas.
"Kita harus kembali hidup-hidup, kawan."
.
.
Puluhan rudal melesat dari arah barat disertai dengan tembakan dari meriam-meriam artileri berdaya ledak besar. Serangan Tentara Ukraina dilakukan secara acak dan tanpa pandang bulu, tidak peduli itu gereja, sekolah, rumah sakit, dan rumah warga sipil, semuanya tidak luput dari serangan brutal Tentara Ukraina.
Dalam kepanikan, beberapa Warga Sipil berlarian tak tentu arah sehingga nyawa mereka menghilang ketika terhantam oleh serangan-serangan musuh. Tubuh mereka hancur berantakan akibat serangan roket dan artileri musuh.
Jeritan ketakutan dari anak-anak dan perempuan serta tangisan yang menyayat hati menggema di Kota Artshat yang tengah dihujani oleh rudal dan artileri musuh. Para ibu dan perempuan dewasa memeluk erat anak-anak dan adik mereka yang ketakutan di balik dinding rumah mereka. Mereka hanya bisa memeluk dan membelai kepala para anak dan adik mereka seraya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mereka selamat dan segera mendapatkan kemenangan untuk negeri mereka tercinta.
Di dalam hati para Rakyat Donetsk yang berasal dari etnis Russia. Mereka juga mengumpat kesal bahwa mereka turut menjadi korban dalam serangan yang membabi-buta oleh saudara-saudara setanah Ukraina.
Di mata Tentara Ukraina, tidak peduli apapun etnis mereka. Mereka semua harus dibersihkan dari Donbass.
Sentimen anti-Russia dan anti-komunis digunakan oleh rezim Neo-Nazi Ukraina yang sekarang untuk meraih simpati rakyatnya dan dunia internsional agar mereka bisa mendapatkan simpati komunitas internasional, yaitu memberikan hukuman bagi Bangsa Donetsk. Bagi Ukraina, para separatis di Donbass adalah sumber masalah.
Kekalahan Kievan Commune di Afghanistan merupakan salah satu penyebab runtuhnya negara-negara komunis di Eurasia yang membentang dari Ukraina hingga Samudera Pasifik.
Hanya Belarus yang nasibnya tidak seburuk negara-negara komunis di Eurasia. Negara tersebut berhasil bertahan karena reformasi dalam negeri yang mereka lakukan, khususnya reformasi ekonomi, dan demokrasi, serta minimnya keterlibatan mereka di Konflik Afghanistan dan juga stabilnya kondisi politik dalam negeri mereka yang tidak serumit dengan kondisi politik yang terjadi di Russia dan beberapa negara lainnya.
Serangan Tentara Ukraina yang membabi buta telah berhenti. Suasana terasa begitu hening, dengan orang-orang yang tengah sibuk berlalu lalang sambil mengangkut mayat, membebereskan puing-puing, dan menggali liang lahat.
Antonia dan Matthias beserta Tentara Donetsk dan Tentara Bayaran dari Wagner Group dan Burgmann Group tengah menggali liang lahat untuk memakamkan tubuh-tubuh yang tak bernyawa dari para Warga Sipil yang tak berdosa.
Dalam hatinya, Antonia merasakan sedih dan juga marah karena Warga Sipil yang tak berdosa menjadi korban kebiadaban dari Tentara Ukraina. Beberapa Tentara Donetsk yang tengah bersamanya dalam menggali liang lahat terlihat menangis, karena ada orang tua, saudara, keluarga dan anak mereka yang turut menjadi korban kebrutalan Tentara Ukraina.
Mereka menangis dan hatinya begitu terisis melihat kantung plastik hitam yang berisikan tubuh-tubuh yang hancur yang akibat serangan artileri dan rudal dari Tentara Ukraina. Mereka juga menangis melihat puluhan tubuh yang terbujur kaku tak bernyawa yang dibalut kain putih sebelum dikebumikan ke dalam liang lahat.
Matthias yang terlihat selalu ceria dan bahagia, kini menampilkan ekspresi wajah yang datar dan tanpa ekspresi. Antonia tahu, bahwa jauh di dalam lubuk hatinya, Matthias tengah menangis dan bersedih melihat puluhan jasad dari orang yang tak berdosa.
Antonia menerima jasad salah seorang anak kecil yang mukanya hitam terbakar dan dibalut kain putih beserta jasad seorang perempuan yang dibalut kantung plastik berwarna hitam lalu menaruhnya di liang lahat yang telah dia gali. Antonia tahu bahwa jasad anak tersebut adalah seorang Anak yang ceria, karena kemarin Antonia melihatnya tengah tertawa bahagia bermain bersama dengan ibunya di taman Kota Artashat.
Perlahan air mata mengalir dari matanya yang berwarna cokelat ketika Antonia menutupi jasad ibu dan anak tersebut dengan tanah yang agak basah berwarna cokelat. Melihat sosok mereka mengingatkannya akan istri dan anaknya yang tengah menunggu kepulangannya. Antonia menguatkan diri dan memantapkan hatinya, "Aku harus hidup demi mereka. Keluarga dan Sahabatku menungguku di rumah."