webnovel

Danke

作者: aprilwriters
都市
連載中 · 582.3K ビュー
  • 169 章
    コンテンツ
  • 4.9
    41 レビュー結果
  • NO.200+
    応援
概要

Terima kasih untuk bertahan." New adult—romance. Karang tidak mau tahu jika Pelita harus tetap menjadi kekasihnya meskipun Karang memiliki Valerie, yang ia tahu Pelita adalah piala kemenangan yang ia dapatkan dari Ardo--mantan kekasih Pelita karena kalah balapan. Backstreet, hanya itu yang bisa Pelita dan Karang lakukan di depan Valerie serta banyak orang. Tapi, cinta tahu ke mana dia punya pelabuhan tetap. Tak ada yang takkan hancur bila terus menerus menjadi yang kedua dan menghalangi hubungan orang lain sampai ia bertahan pada titik kelemahannya. "Dia atau aku Kak Karang?"

タグ
1 タグ
Chapter 1Prolog.

Kaki jenjangnya terus menapak trotoar yang dingin tanpa alas kaki dengan begitu cepat, rambutnya bergerak mengikuti ritme derap kaki yang naik-turun, terlihat siluet gadis itu di bawah lampu temaram jalanan nan sunyi. Mereka banyak, tapi tak saling menyapa, setiap waktu dipenuhi kebisuan, tak sudi berbagi keluh kesah menjadi saksi bisu malam ini.

Pelita tak peduli jika keringat mulai mengucur dari pelipisnya, jika bukan karena taruhan malam ini—tak mungkin pukul satu dini hari dia keluar dari rumahnya dan nekat menerobos gulita yang pekat nan kejam. Suara lolongan anjing seolah siulan merdu yang membuat bulu kuduk Pelita meremang, tapi rasa cemasnya lebih bertahta hingga ia putuskan terus bergerak tanpa peduli bahaya lain yang mungkin mengintai.

Masih jauh, arena balap liar itu masih cukup jauh, mau sampai berapa lama ia membiarkan kakinya diselimuti ruam merah akibat lupa mengenakan alas kaki. Meskipun hanya mengenakan piyama tidur juga ia tak peduli, yang penting untuknya adalah Karang tidak boleh menang, harus Ardo yang menang.

Kadang Pelita merasa miris kenapa harus punya pacar seperti Ardo yang punya sifat over pede tingkat Monas, inginnya ketika Ardo pamer ini dan itu Pelita mengecil jadi kutu saja, dia sama sekali tak suka dengan sifat angkuh laki-laki itu. Meski lama bersama, tapi sulit mengubah sifat yang sudah mendarah daging dalam diri Ardo, Pelita angkat tangan, dia menyerah.

Sesekali Pelita yang tergopoh-gopoh itu berhenti sekadar mengatur napasnya yang terengah, dia takut jika tiba-tiba keblabasan dan semuanya hilang, ah lebay. Gadis itu menyentuh perut sisi kiri yang mulai nyeri, sengkil, dan semua itu gara-gara Ardo! Terkutuk kau Ardo!

Dia putuskan melangkah saja, perutnya terasa begitu sakit. Bersyukur matanya sudah menangkap kumpulan cahaya dari lampu motor bagian depan milik orang-orang, kini kakinya kembali bergerak cepat, rasa nyeri perutnya seolah luntur saat helaan napas lega bisa Pelita loloskan.

Banyak gadis berpakaian seksi seperti rok mini dan tank top di sana, mencetak lekuk tubuh mereka nan indah. Pelita berdecak, sudah jam satu malam masih banyak gadis berkeliaran. Lalu dia sendiri pantas disebut apa?

Semua gara-gara Ardo!

"Ardo!" seru Pelita sesaat setelah mata bulatnya menangkap sosok Ardo bertengger di atas motor merah miliknya, laki-laki terlihat murung.

Ardo menengadah, mendapati kekasihnya malam ini datang. "Pelita? Lo ke sini?"

"Iya gue ke sini sampai kayak kuntilanak lari-larian jam satu malem kayak habis dikejar pocong, sekarang pulang!" Tangan Pelita menarik telinga kanan laki-laki itu.

"Maaf," ucap Ardo dengan suara yang agak serak.

"Udah gue maafin, cepat pulang!"

"Gue kalah," akunya seraya menunduk, ia mulai takut menatap bola mata Pelita, kini benar-benar seperti pecundang setelah gugur di medan pertempuran.

"Ya udah emang kenapa kalau kalah, bagus malah lo nggak bisa pamer sekarang," cibir Pelita seraya menyeringai.

"Kita putus." Lontaran kata yang agak gila itu meluncur tanpa penghalang, mulus seperti air terjun.

Pupil mata Pelita melebar, ada rasa tak percaya menghampirinya. "Putus? Lo putusin gue karena kalah balapan?"

Ragu, tapi Ardo memberanikan diri menatap wajah Pelita. "Iya, gue kalah taruhan dari Karang."

"Taruhan apa, hm?"

"Taruhin pacar masing-masing."

Detik berikutnya Pelita memelotot bersamaan rasa tak percaya yang semakin membesar. Apa yang sedang terjadi benar-benar konyol dan sulit dipahami saat ia susah payah keluar dari rumah tanpa izin pada sang ibu di pagi buta hanya karena seorang Ardo, lalu kini kilatan petir seolah menyambar di sekitarnya, seakan hanya Pelita yang bisa mendengar kekacauan di langit yang sebatas imaji semata.

"Sabar, Ta, sabar." Ardo menarik napasnya, bersiap untuk melontrakan dialog selanjutnya. "Jadi gini, gue kira itu taruhan duit sepuluh juta makanya gue ikut. Pas gue udah sampai sini malah Karang bilang taruhin pacar, gue mau nolak tapi gimana yah, Ta. Gue udah telanjur ke sini, kalau mundur malu dong." Nada bicara Ardo terdengar santai seolah semua yang diucapkannya adalah perkara mudah, harusnya Pelita sudah menenggelamkan Ardo di bak mandi sejak lama, atau memberikan santet agar laki-laki itu menuruti keinginan Pelita. Nyatanya, sekarang nasi telah menjadi bubur, harapan yang Pelita impikan harus terkubur saat Ardo telah gugur.

Kedua tangan Pelita terangkat seraya mengepal, giginya gemretak di depan Ardo. "Lo itu ngeselin banget yah, gue itu cewek! Bukan barang yang bisa lo persembahin buat kemenangan seseorang."

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus di wajah Ardo, jika laki-laki itu sanggup ber-orasi dengan mudahnya, maka Pelita sanggup eksekusi sesuai keinginannya. Deal, kan?

"Sakit, Ta." Ardo meringis usapi wajah yang terasa panas, ia tatap Pelita yang pamerkan raut merah padam, tak bisa disanggah kalo gadis itu pasti sangat marah dan kecewa, siapa yang akan terima jika dianggap seperti barang—lalu dipertaruhkan?

Pelita menghela napas guna meluruhkan kadar kekesalan, ia meraup wajah sebelum luruhkan tangan hingga menyentuh lutut dan berakhir terduduk lemas di dekat motor Ardo. Ia merasa masalah besar menggelayut manja di bahu, menertawai Pelita seolah itu lucu.

"Lo itu pacar paling laknat, Ardo!" Pelita menarik lutut hingga menekuk, ia menenggelamkan kepalanya di sana, kepala terasa begitu sakit kala pening tiba-tiba menghunjam tanpa permisi.

"Pelita." Ardo putuskan turun dari motor, ia berlutut di depan gadis itu. "Gue minta maaf, ini emang kesalahan besar, tapi gue bisa apa, Ta? Semua udah—"

"Mending lo diam!" sergah Pelita bersamaan kepalanya yang terangkat, ia edarkan pandang memperhatikan banyaknya orang di sana hingga bola mata itu terkunci pada sosok yang bertengger di jok motornya, seorang gadis kenakan dress abu-abu yang dipadukan cardigan warna senada berdiri di sebelah laki-laki tadi seraya merangkul bahu, ia terus berbicara meski kekasihnya justru membalas tatapan Pelita.

Buru-buru Pelita alihkan pandang dan beranjak, ia takkan sanggup jika menghadapi Karang lebih lama—terutama ditatap tanpa kedip seperti itu, seumur-umur baru kali ini Pelita rasakan hidupnya terancam seolah berdiri di bibir sumur yang cukup dalam, sedangkan di belakangnya adalah jurang, ia tak punya jalan untuk pergi ke mana-mana. Pelaku utama atas bencana yang menimpa Pelita adalah Ardo! Bolehkah sekarang Pelita memanggil ibu peri dan membuat permintaan agar Ardo dikutuk jadi monyet saja?

"Ayo anter gue pulang," perintah Pelita saat Ardo tak kunjung berdiri, "nggak pakai lama, Ar!"

"Tapi—"

Pelita mendelik tajam, malam ini dia sudah mengaktifkan mode cerewetnya, tapi Ardo masih saja sok polos dan enggan mengalah meski salah.

"Antar gue pulang! Cepetan!" Gadis itu buru-buru duduk di belakang Ardo saat bola matanya kembali menangkap tatapan katatonik Karang yang menghunusnya tanpa ampun, meski buksn sosok hantu, tapi berhasil membuat Pelita merinding ketakutan.

Pelita hanya tahu kalau Karang adalah spesies batu.

あなたも好きかも

Terima Aku Apa Adanya (21+)

Charlos adalah CEO Golden Group yang tampan dan sukses di usia muda. Siapa sangka jika ia pernah mengalami masa lalu yang menyakitkan saat ia ditinggal menikah oleh kekasihnya. Hal itu membuatnya sakit hati. Di tengah kesedihannya, ia dekat dengan seorang pemain saxophone, bernama Reva. Charlos jatuh cinta pada Reva, tapi tidak ada seorang pun yang setuju dengan hubungan mereka. Hingga suatu hari, Charlos bertemu dengan Rissa dari perkenalan di sebuah acara latihan drama di gereja. Rissa adalah seorang wanita cantik dengan suara yang merdu. Rissa tanpa sengaja mengetahui hubungan Charlos dengan Reva. Hanya Rissa, satu-satunya yang mendukung hubungan di antara Charlos dan Reva, tanpa mengetahui siapa Reva yang sebenarnya. Seiring berjalannya waktu, Charlos dan Rissa jadi semakin dekat. Cinta perlahan tumbuh di antara mereka. Reva tidak terima jika Charlos akhirnya direbut oleh wanita lain sehingga ia melakukan hal keji untuk bisa mendapatkan cinta Charlos kembali. Siapakah sesungguhnya orang yang Charlos cintai? Dapatkah Rissa menerima Charlos apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ia miliki? Sebuah kisah romantis, sebuah jebakan yang sanggup membuatmu menganga tak percaya, sebuah balas dendam, percobaan pembunuhan, dan hal-hal tak terduga lainnya. Temukan jawabannya di sini! *** Terima kasih untuk kalian yg sudah berbaik hati mau membaca. Untung mendukung author, kalian bisa menekan tombol power stone, komen sebanyak-banyaknya. Follow jg IG saya : santi_sunz9 Siapa tahu saya akan bagi2 koin gratis atau giveaway. Dengan senang hati saya ingin sekali bisa mengenal para readers yang setia. Happy reading! 21+ KHUSUS DEWASA!! HANYA DI WEBNOVEL! Di dalam cerita ini banyak mengandung unsur dewasa. Bagi pembaca di bawah usia 21 dimohon untuk tidak membacanya. Karya lainnya: -Milly's First Love (spin off Terima Aku Apa Adanya) -The Look Of Love (sekuel Milly's First Love) -Farmakologi Cinta -Baron, The Greatest Animagus -Menikahi Barista Ganteng (sekuel Terima Aku Apa Adanya)

Santi_Sunz · 都市
4.9
360 Chs

Pernikahan Elite Penuh Cinta: Suami Licik, Istri Manis Penyendiri

Wen Xuxu adalah seorang wanita ulet, berbakat, cerdas dan berani yang diasuh oleh keluarga Yan pada usia empat tahun ketika dia kehilangan kedua orang tuanya. Dibesarkan untuk menjadi penerus konglomerat besar, Yan Rusheng adalah seorang pria penyendiri, cerdas dan sombong yang merupakan seorang bujangan paling dicari di ibu kota. Meskipun tumbuh bersama, keduanya seperti saling memperlakukan dengan buruk. Wen Xuxu mengecap Yan Rusheng sebagai seorang yang berengsek dan penakluk wanita, sementara di mata Yan Rusheng, Wen Xuxu adalah seorang wanita pemarah. Seiring waktu, mereka saling jatuh cinta, tetapi mereka tetap menyembunyikan perasaan mereka satu sama lain. Karena sebuah nasib, mereka dipaksa untuk menikah. Dan tidak diketahui oleh orang lain dan Yan Rusheng, Wen Xuxu telah menyembunyikan rahasia yang mendalam selama bertahun-tahun .... Kata kunci: Kekasih masa kecil, Penakluk Wanita, Penyendiri, Belahan Jiwa, Pernikahan Paksa, Anak Yatim, Sekretaris Adegan Manis: Tiba-tiba, Wen Xuxu mengulurkan tangannya untuk mencengkeram dan menarik pergelangan tangan Yan Rusheng dengan paksa. Yan Rusheng tertangkap basah dan dia kehilangan pijakannya. Dia jatuh di tempat tidur dan kemudian napasnya melambat. Tuan Muda Yan takut bahwa dia mungkin kehilangan kendali atas dirinya dan melakukan sesuatu pada Wen Xuxu ... wanita yang dibencinya. Oleh karena itu dia buru-buru mengangkat kepalanya. Tetapi dia belum sempat bergerak menjauh ketika Wen Xuxu mengulurkan tangan dan melingkarkannya ke leher Yan Rusheng. "Jangan pergi."

Wei yang · 都市
4.6
1998 Chs
目次
1
2 :volume 2 (LIEBE)
3 :Volume 3 — SAYAP-SAYAP PATAH.

レビュー結果

  • 総合レビュー
  • テキストの品質
  • リリース頻度安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界観設定
レビュー
いいね
最新

応援